Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Pelajaran Berharga dalam Kisah Tobatnya Kaab bin Malik (2-selesai)

Baca bagian 1

Beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil dari hadits tobatnya Kaab bin Malik radhiyallahu anhu tersebut (dirangkum dari penjelasan para Ulama) di antaranya adalah:

Pertama

Bolehnya menceritakan keadaan diri sendiri di masa lalu yang kurang dalam menerapkan perintah agama, diiringi dengan penyebutan sebab dan akibatnya, agar menjadi pelajaran bagi orang lain.

Kedua

Keutamaan Sahabat Nabi Kaab bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau adalah salah seorang yang ikut dalam Baiatul Aqobah, tidak pernah absen dalam pertempuran bersama Nabi kecuali pada perang Badr dan perang Tabuk. Penerimaan tobatnya diabadikan dalam alQuran oleh Allah Ta’ala dalam surah atTaubah.

Ketiga

Keutamaan Sahabat Nabi Hilal bin Umayyah dan Murooroh bin Robi’ah al-‘Aamiriy. Keduanya ikut dalam perang Badr. Penerimaan tobatnya diabadikan dalam alQuran oleh Allah Ta’ala dalam surah atTaubah.

Keempat

Keburukan sikap menunda-nunda. Membuat seseorang bisa terhalangi untuk mendapatkan kebaikan. Bahkan bisa membuatnya terjatuh dalam dosa.

Kelima

Jika pemimpin muslim memerintahkan kaum muslimin untuk keluar berjihad secara umum, wajib diikuti oleh setiap laki-laki dewasa yang mampu dan tidak memiliki udzur.

Keenam

Disyariatkannya menjauhi orang-orang yang melakukan dosa besar maupun kebid’ahan. Tidak terbatas hanya dalam batasan 3 hari. Hal itu jika dipandang adanya maslahat bagi diri orang yang menjauhinya ataupun pihak yang dijauhi.

Ketujuh

Disunnahkannya shalat sunnah dua rakaat di masjid saat baru tiba dari safar. Sebagaimana yang dilakukan Nabi sepulang dari perang Tabuk, beliau singgah di masjid untuk shalat sunnah dua rakaat terlebih dahulu kemudian duduk menunggu orang-orang datang.

Kedelapan

Kejujuran akan menghasilkan akibat akhir yang baik, meskipun mungkin pahit di awalnya. Sebaliknya, kedustaan akan mengantarkan pada akibat akhir yang buruk, meskipun seakan-akan manis di awal. Tiga Sahabat Nabi tersebut bersikap jujur, sehingga mereka mendapat kemurkaan dari Nabi dan tidak diajak bicara oleh kaum muslimin dalam waktu 50 malam. Itu terasa pahit di awal. Namun, hasil akhirnya adalah kebaikan yang terus berlangsung, diabadikan dalam alQuran. Sebaliknya, orang-orang munafik itu berdusta sehingga tidak mendapat hukuman di awal. Namun mereka mendapatkan celaan yang diabadikan dalam alQuran.

Kesembilan

Menetapkan hukum di dunia berdasarkan yang nampak secara zhahir. Sebagaimana Nabi menerima pernyataan secara zhahir dari orang-orang munafik itu, tanpa harus menduga hal yang tersimpan dalam hatinya.

Kesepuluh

Nabi tidak mengetahui hal yang ghaib. Beliau tidak bisa membaca isi hati manusia, kecuali yang diberitahukan oleh Allah Taala.

Kesebelas

Nabi adalah manusia yang paling sempurna secara kemampuan fisik maupun akhlaknya. Penglihatan beliau sangat tajam. Saat berada di Tabuk, dari kejauhan beliau melihat sosok yang masih belum terlihat dalam pandangan kebanyakan orang, tapi beliau sudah bisa menebak bahwa itu Abu Khoytsamah.

Keduabelas

Ketundukan para Sahabat dalam menjalankan perintah Nabi. Para Sahabat bersegera menjalankan perintah Nabi untuk tidak berbicara kepada 3 Sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk itu, meskipun mereka adalah orang-orang dekatnya. Seperti Abu Qotadah yang sangat dekat dengan Kaab bin Malik, tidak mau berbicara sepatah katapun dengannya, kecuali setelah didesak dengan menyebut Nama Allah 3 kali. Itupun sekedar menyatakan: Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Tidak lebih dari itu.

Ketigabelas

Memusnahkan media yang bisa menyeret seseorang terjatuh dalam dosa. Ajakan dari raja Ghossan kafir saat Kaab dijauhi Nabi dan para Sahabat lain adalah suatu ujian. Suratnya kemudian dibakar agar tidak ada celah lagi dalam mengikuti tawaran itu.

Keempatbelas

Bagian dari bentuk tobat adalah penyesalan yang sebenar-benarnya. Hilal bin Umayyah dan Murooroh bin Robi’ah al-‘Aamiriy demikian larut dalam kesedihan dan penyesalan sebagai bentuk kesungguhan tobatnya. Terus menangis di rumahnya.

Kelimabelas

Pernyataan seorang suami pada istrinya: “Pulanglah ke rumah orangtuamu” tidaklah selalu bermakna talak. Tergantung apa yang diniatkan suami kepada istrinya saat mengucapkan hal itu. Kaab bin Malik menyuruh istrinya untuk tinggal sementara bersama orangtuanya sampai Allah menetapkan keputusannya. Hal itu tidaklah bermakna talak.

Keenambelas

Dianjurkannya bersedekah sebagai bentuk tobat. Sebagaimana Kaab bin Malik menyedekahkan hartanya sebagai bentuk tobat yang disetujui oleh Nabi. Namun Nabi mengarahkan agar jangan semua hartanya disedekahkan. Kemudian Kaab menahan hartanya yang diterima dalam perang Khaibar, tidak termasuk yang disedekahkan.

Ketujuhbelas

Meyakini bahwa tidak ada jalan lain untuk menghindar dari kemurkaan Allah kecuali dengan inabah (kembali) kepada Allah Ta’ala.

Kedelapanbelas

Disukainya menyampaikan kabar gembira kepada seorang muslim. Para Sahabat Nabi berlomba-lomba menyampaikan kabar gembira diterimanya tobat ketiga Sahabat itu selepas Nabi mengumumkannya selepas shalat Subuh setelah malam ke-50.

Kesembilanbelas

Bolehnya berdiri untuk menghampiri seseorang yang baru datang kemudian menjabat tangannya, sebagaimana yang dilakukan Sahabat Nabi Tholhah bin Ubaidillah terhadap Kaab bin Malik.

Keduapuluh

Tobat yang dilakukan seseorang adalah taufik dari Allah Ta’ala.

Keduapuluh satu

Jika Allah menerima tobat seseorang, itu suatu anugerah yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Nabi menyebut bahwa hari saat Allah menerima tobat Kaab bin Malik sebagai hari terbaik baginya sejak ia dilahirkan.

Abu Utsman Kharisman


??????
WA al I’tishom

Tinggalkan Balasan