Sen 5 Dzulkaidah 1445AH 13-5-2024AD

Tidak Melupakan Perbuatan Baik Seseorang Kepada Kita

Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak melupakan orang-orang yang pernah berjasa kepada beliau. Beliau benar-benar mengingat dan memperhitungkan hal itu sebagai kebaikan besar yang tidak akan dilupakan. Bahkan meskipun orang yang berbuat baik itu adalah orang kafir.

Sebagai contoh, paman beliau Abu Tholib. Begitu besar pembelaannya terhadap Nabi shollallahu alaihi wasallam. Nabi pun memberikan syafaat pada paman beliau tersebut yang meninggal dalam keadaan musyrik dengan memperoleh siksaan yang lebih ringan di neraka. Apabila tanpa syafaat itu, paman beliau tersebut berhak untuk mendapatkan siksaan yang sangat pedih di dasar neraka yang paling dalam.

عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَىْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ: نَعَمْ هُوَ فِى ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِى الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

dari al-Abbas bin Abdil Muththolib bahwasanya ia berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau bisa memberikan manfaat kepada Abu Tholib, karena dia yang menjagamu dan marah (jika ada yang ingin mengganggu)mu. Nabi bersabda: Ya, dia berada di permukaan (atas) Neraka. Kalaulah tidak karena aku niscaya ia berada di tingkatan Neraka paling bawah (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim)

Memang, syafaat dari Nabi shollallahu alaihi wasallam itu tidak bisa mengeluarkan pamannya dari neraka, karena ia meninggal dalam keadaan kafir. Namun setidaknya meringankan siksaan untuknya, dengan izin Allah Ta’ala.

Contoh lainnya adalah al-Muth’im bin ‘Adiy. Dialah yang menjamin keselamatan Nabi shollallahu alaihi wasallam saat beliau kembali dari Thaif menuju Makkah.

Nabi benar-benar tidak melupakan jasa baik itu. Sampai-sampai, ketika terdapat tawanan perang Badr dari orang-orang musyrik, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

 لَوْ كَانَ الْمُطْعِمُ بْنُ عَدِيٍّ حَيًّا ثُمَّ كَلَّمَنِي فِي هَؤُلَاءِ النَّتْنَى لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ

Kalau seandainya al-Muth’im bin ‘Adiy masih hidup, kemudian ia berbicara kepadaku (meminta agar) para tawanan-tawanan yang busuk (ini dilepaskan), niscaya akan aku serahkan padanya (H.R al-Bukhari)

Apabila demikian teladan yang beliau tunjukkan pada kebaikan orang yang kafir kepada kita, apalagi terhadap orang beriman. Tentu, kebaikan dan jasa dari orang yang beriman, selayaknya lebih diingat dan benar-benar diperhitungkan untuk dibalas dengan kebaikan sesuai kemampuan.

Nabi shollallahu alaihi wasallam juga sangat mengingat jasa baik Khodijah, sang istri yang beriman. Setelah meninggal pun Nabi sangat sering menyebut-nyebut jasa baiknya, sampai Aisyah radhiyallahu anha demikian cemburu, meski belum sekalipun berjumpa dengannya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا غِرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مِنْ نِسَائِهِ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ لِكَثْرَةِ ذِكْرِهِ إِيَّاهَا وَمَا رَأَيْتُهَا قَطُّ

Dari Aisyah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Aku tidak pernah cemburu terhadap istri Nabi yang lain sebagaimana kecemburuanku kepada Khodijah. Karena Nabi begitu sering menyebut-nyebut tentang dia. Padahal aku tidak pernah melihatnya sama sekali (H.R Muslim)

Aisyah radhiyallahu anha juga menceritakan bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam adakalanya menyembelih seekor kambing kemudian dihadiahkan kepada orang-orang yang dulunya dekat atau dicintai oleh Khodijah radhiyallahu anha.

وَإِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ ثُمَّ يُهْدِي فِي خُلَّتِهَا مِنْهَا

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam benar-benar menyembelih seekor kambing kemudian beliau hadiahkan sebagian kepada rekan-rekan sahabat dekat Khodijah (H.R al-Bukhari dari Aisyah)

Maka bagian dari akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah tidak melupakan jasa baik orang kepada kita. Apabila mampu, berusahalah membalas kebaikan itu sesuai kemampuan kita. Jika tidak mampu, doakanlah kebaikan untuknya.

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوْفًا فَكَافِئُوْهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا مَا تُكَافِئُوْنَهُ فَادْعُوْا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوْهُ

Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian, balaslah. Jika ia tidak bisa mendapatkan hal yang bisa dibalaskan secara setimpal, doakanlah (kebaikan) untuknya hingga ia menyangka bahwa telah membalas secara setimpal (H.R Abu Dawud dari Abdullah bin Umar)


Dikutip dari: Buku “Islam Rahmatan Lil Alamin (Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan alQuran dan Sunnah), Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan