Sebagian Profesi dan Pekerjaan Para Nabi Menurut Penjelasan Al Qurthubiy
Para Nabi –semoga sholawat dan salam tercurah kepada mereka- sebagai insan teladan dan paling mulia, memiliki pekerjaan untuk mencari penghasilan. Sebagian Nabi itu ada yang bekerja sebagai petani, ada pula yang menjadi tukang kayu, pengrajin besi, dan penulis. Mereka juga pernah menjadi penggembala kambing.
Al-Qurthubiy (Abul Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim – wafat tahun 656 H) rahimahullah menyatakan:
وقد نُقل عن كثير من الأنبياء أنهم كانوا يحاولون الأعمال، فأوّلهم آدم – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – علَّمه الله صناعة الحراثة، ونوح – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – علّمه الله صناعة النجارة، وداود – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – علَّمه الله صناعة الحدادة، وقيل: إن موسى – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كان كاتبًا، كان يكتب التوراة بيده، وكلهم قد رَعَى الغنم، كما قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعليهم أجمعين
Telah ternukil dari banyak para Nabi bahwasanya mereka berusaha (mencari penghasilan). Yang pertama adalah (Nabi) Adam –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau -. Allah ajarkan kepada beliau keahlian bertani. Nuh –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau – diajari oleh Allah keterampilan pertukangan kayu. Dawud –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau – diajari oleh Allah keterampilan kerajinan besi. Ada yang menyatakan bahwasanya Musa –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau – adalah seorang penulis. Beliau menulis Taurat dengan tangan beliau. Semuanya pernah menjadi penggembala kambing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau dan mereka seluruhnya –
(al-Mufhim li maa Asykala min Talkhishi Kitaabi Muslim 6/227-228)
Penjelasan al-Qurthubiy itu disebutkan setelah hadits dalam Shahih Muslim bahwa Nabi Zakariyya adalah seorang tukang kayu.
Para Nabi adalah penggembala kambing, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah:
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الغَنَمَ ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia (pernah) menggembala kambing. Para Sahabat bertanya: Apakah anda juga (wahai Rasulullah)? Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam bersabda: Ya, aku pernah menggembalakan kambing dengan upah beberapa qirath bagi penduduk Makkah (H.R al-Bukhari)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
Bahkan Nabi (Muhammad) –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau- dulu penggembala kambing. Para Ulama berkata: Hikmah dari (dibiasakannya seorang Nabi menjadi penggembala kambing) adalah sebagai bentuk pelatihan dalam mengasuh (memelihara) makhluk, memberi pengarahan kepada mereka kepada kemaslahatan. Karena penggembala kambing kadang mengarahkan kambing-kambingnya ke sebuah lembah yang subur dan hijau. Kadang menuju lembah yang tidak seperti itu. Kadang kambing-kambingnya diarahkan pada sebuah tempat yang tidak subur tidak pula terlalu tandus. Kadang tidak digembalakan sama sekali. Kadang dibiarkan diam (mendekam di kandang, pen).
Nabi –semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau- akan menggembala (mengasuh; membimbing) umat dan mengarahkan mereka pada kebaikan didasari oleh ilmu, petunjuk, dan bashirah (keyakinan). Seperti seorang penggembala yang berilmu tentang tempat penggembalaan yang baik. Ia juga menginginkan kebaikan (tidak berkhianat, pen), mengarahkan kambing-kambing itu pada hal yang baik, penuh makanan dan minuman bergizi.
Dipilihnya kambing (sebagai binatang yang digembalakan) karena penggembala kambing adalah orang-orang yang tenang dan santun. Berbeda dengan penggembala unta. Para penggembala unta kebanyakannya memiliki sifat keras dan kaku. Karena unta (yang digembalakan) bertabiat keras dan kaku. Karena itulah Allah Yang Maha Suci memilihkan untuk para Rasul-Nya kambing-kambing untuk digembalakan. Hingga mereka (para Nabi itu) terbiasa dan terlatih untuk menggembala makhluk.
(Syarh Riyadhis Sholihin karya Syaikh Ibn Utsaimin 3/513)
Oleh: Abu Utsman Kharisman