Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Nenek Umar bin Abdil Aziz, Wanita yang Shalihah

Suatu ketika Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu berkeliling memantau keadaan rakyatnya. Beliau berhenti di suatu rumah yang terdengar percakapan antara seorang ibu dengan putrinya.

“Campurkanlah susu ini dengan air wahai putriku”.

Putrinya menjawab, “Ibu, bukankah Umar telah melarang hal demikian hari ini. Tadi petugas Umar telah mengumumkan larangan itu”.

Ibunya menjawab, “Wahai anakku, saat ini Umar tidak akan mendengar. Demikian pula petugas yang mengumumkannya”.

Sang anak perempuan yang shalihah ini berkata:

مَا كُنْتُ لِأُطِيْعه فِي اْلملَأِ وَأَعْصِيه فِي الْخَلَاء

Bagaimana mungkin aku menaatinya (hanya) saat di keramaian, kemudian aku bermaksiat kepadanya saat tidak terlihat?
(riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq dan Ibnu Katsir dalam Musnad al-Faruq)

Allaahu Akbar, jawaban dari seorang wanita yang paham benar makna kewajiban taat kepada pemimpin dalam hal yang ma’ruf. Taat kepada mereka bukan karena takut terhadap sanksi atau berharap hadiah. Namun taat kepada waliyyul amr adalah ibadah kepada Allah. Allah lah yang akan memberikan pahala atas sikap taat kepada waliyyul amr, pemimpin muslim tersebut, selama bukan kemaksiatan kepada Allah.


Baca juga: 


Ketaatan kepada pemerintah muslim itu adalah ibadah, sebagaimana ibadah shalat, puasa, dan zakat yang kita berharap dengan mengerjakannya bisa menghantarkan kita pada surga. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam berkhotbah pada saat Haji Wada’ (haji perpisahan, di tahun meninggalnya beliau):

اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ

Bertakwalah kalian kepada Allah, sholatlah 5 waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan masuk surga (milik) Tuhan kalian
(H.R atTirmidzi no 559, dishahihkan oleh al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, dan al-Albany).

Putri yang shalihah itu nantinya dinikahkan oleh Umar bin al-Khoththob dengan putranya yang bernama Ashim. Putri yang shalihah itulah yang nantinya menjadi nenek Umar bin Abdil Aziz dari jalur ibunya.

 

Dikutip dari:
Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan