Surga dan Neraka Lebih Dekat Terhadap Seseorang Dibandingkan Tali Sandal yang Dikenakannya
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
الجَنَّةُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan tali sandalnya. Neraka pun seperti itu (H.R al-Bukhari)
Ibnu Baththol rahimahullah menyatakan:
Hadits ini merupakan petunjuk yang jelas bahwa ketaatan yang menyampaikan pada surga dan kemaksiatan yang mendekatkan pada neraka, kadangkala berupa sesuatu yang paling mudah (untuk dilakukan). Tidakkah anda melihat sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam (yang artinya): Sesungguhnya seseorang berucap dengan suatu kalimat yang tidak ia terlalu pedulikan namun mendatangkan keridhaan Allah, Allah mencatatkan keridhaan-Nya hingga hari perjumpaan dengan-Nya. Dan sesungguhnya seseorang berucap dengan suatu ucapan yang tidak ia pedulikan, namun mendatangkan kemurkaan Allah, Allah catat untuknya kemurkaan-Nya hingga hari perjumpaan dengan-Nya.
Maka semestinya seorang yang beriman janganlah meremehkan kebaikan meski sedikit yang mampu ia lakukan dan jangan menganggap kecil suatu keburukan untuk ia jauhi, yang bisa jadi besar di sisi Allah. Sesungguhnya seorang yang beriman tidak mengetahui kebaikan apakah yang akan menjadi sebab dia mendapat rahmat Allah. Orang mukmin juga tidak mengetahui keburukan apakah yang menjadi sebab Allah murka padanya. Al-Hasan al-Bashri berkata: Barang siapa yang satu kebaikannya diterima, ia akan masuk surga.
(Syarh Shahih al-Bukhari libni Baththol 10/198, dikutip pula secara makna oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari)
Ibnul Jauzi rahimahullah menyatakan:
“Sesungguhnya mencapai surga adalah mudah, yaitu dengan meluruskan (mengikhlaskan) niat dan menjalankan ketaatan. Neraka pun dekat (untuk dicapai) yaitu dengan mengikuti hawa nafsu dan bermaksiat kepada Sang Pencipta.
(Kaysful Musykil min Haditsi as-Shahihayn 1/312, dikutip pula secara makna oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari)
Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan hafidzhahullah menyatakan:
Begitu dekatnya surga dan neraka terhadap seorang manusia. Tidaklah ada antara dirinya dengan surga dan neraka melainkan kematian. Dia tidak mengetahui, bisa jadi ia meninggal saat itu, mungkin ia akan meninggal beberapa menit lagi atau sebulan lagi atau setahun lagi. Tidak ada antara ia dengan neraka dan surga melainkan kematian. Jika ia meninggal ia akan masuk neraka atau masuk surga. Ini menunjukkan dekatnya surga dan neraka terhadap seorang manusia. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan tali sandalnya. Neraka pun seperti itu.
(I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid 1/99)
Tidaklah ada antara diri seseorang dengan surga melainkan ia meninggal di atas Islam dan bertobat, sehingga ia masuk surga. Sedangkan antara dirinya dengan neraka tidak ada (pembatas) lain kecuali ia mati di atas kesyirikan atau di atas dosa-dosa besar sehingga ia masuk neraka, kecuali Allah memaafkan dirinya terhadap dosa-dosa yang di bawah kesyirikan.
(I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid karya Syaikh Sholih al-Fauzan 2/302).
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
Jika seseorang mengetahui bahwasanya surga lebih dekat kepada dia dibandingkan tali sandalnya, maka ia akan bersemangat untuk berusaha. Ia berkata: Surga tidaklah jauh. Sebagaimana sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika ditanya apakah hal-hal yang menyebabkan seseorang masuk surga dan menjauhkan dari neraka, beliau bersabda (yang artinya): “Sungguh engkau telah bertanya suatu hal yang agung. Sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang Allah mudahkan”.
Neraka jika dikatakan lebih dekat dibandingkan tali sandal, akan membuat seseorang takut dan berhati-hati dalam berjalan agar jangan sampai ia tergelincir hingga celaka. Betapa banyak suatu kalimat yang diucapkan seseorang menyampaikan ia pada tingkatan tertinggi (di surga, pent). Namun ada pula ucapan yang bisa menyampaikan dia pada lapisan terbawah (di neraka, pent)
(al-Qoulul Mufid ala Kitabit Tauhid 1/231)
Oleh: Abu Utsman Kharisman