Kadar Wajib Dalam Gerakan Membungkuk Saat Ruku’
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
والركوع يعني انحناء الظهر قال العلماء والفرض منه الانحناء بحيث يمكن الرجل المعتدل مس ركبتيه بيديه. وقولهم المعتدل احترازا من الرجل القصير اليدين أو الطويل اليدين لأن الطويل اليدين يمكنه أن يمس ركبتيه وهو قريب الوقوف والقصير اليدين لا يمكنه إلا إذا ركع ركوعا تاما فالواجب من الركوع أن ينحني بقدر أن يمس ركبتيه بيديه إذا كان معتدل اليدين وقال بعض العلماء الواجب من الركوع أن يكون إلى الركوع التام اقرب منه إلى القيام التام وهذا أيضا حد جيد
“Ruku’ artinya membungkukkan punggung. Ulama berkata bahwa yang wajib dari ruku’ adalah membungkuk, sehingga memungkinkan orang yang (panjang tangannya) normal bisa menyentuhkan kedua telapak tangannya di kedua lutut.
Maksud orang yang tubuhnya normal adalah bukan orang yang pendek tangannya atau panjang tangannya. Karena orang yang tangannya panjang memungkinkan untuk menyentuhkan (telapak tangan) ke kedua lutut dalam posisi ia dekat dengan berdiri. Sedangkan orang yang tangannya pendek, tidak memungkinkan (menyentuhkan telapak tangan ke lutut) kecuali jika ia ruku’ secara sempurna.
Maka kadar yang wajib dalam ruku’ adalah membungkuk sesuai kadar (memungkinkan) untuk menyentuhkan kedua telapak tangan pada kedua lutut. Jika (panjang) tangannya normal.
Sebagian Ulama berkata: kadar wajib dalam (membungkuk saat) ruku’ adalah jika posisi menuju ruku’ sempurna lebih dekat dibandingkan posisi berdiri sempurna. Ini juga definisi yang baik”.
(asy-Syarhul Mukhtashar ala Bulughil Maram lisy Syaikh Ibn Utsaimin 3/102)
Catatan Penerjemah:
Demikianlah penjelasan Ulama tentang kadar minimal untuk terpenuhi sahnya membungkuk saat ruku’. Sedangkan kadar membungkuk yang sempurna adalah seperti yang disebutkan dalam hadits:
عَنْ وَابِصَةَ بْنَ مَعْبَدٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَكَانَ إِذَا رَكَعَ سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لَاسْتَقَرَّ
Dari Wabishoh bin Ma’bad beliau berkata: Saya melihat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat, jika beliau ruku’ meluruskan punggungnya. Hingga jika seandainya dituangkan air di atas punggung beliau, niscaya airnya akan diam (tidak mengalir)
(H.R Ibnu Majah, dishahihkan al-Albany – dikuatkan dengan jalur lain dari Ibnu Abbas riwayat Abu Ya’la)
Penerjemah:
Abu Utsman Kharisman