Syafaat yang Khusus Hanya Untuk Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam
Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzhahullah menjelaskan adanya 4 syafaat yang khusus untuk Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Beliau menyatakan:
Adapun yang khusus untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah:
Syafaat pertama: Syafaatul Udzhma.
Yaitu al-Maqom al-Mahmuud (kedudukan yang terpuji). Ketika manusia datang ke tempat berkumpul (Mahsyar), mereka meminta kepada para Nabi untuk memberikan syafaat kepada mereka di sisi Allah untuk melepaskan mereka (hingga berkelapangan) dari tempat berdiri di padang Mahsyar tersebut. Karena mereka berdiri dalam waktu yang sangat lama dalam kondisi yang panas dan sempit. Mereka berdiri selama 50 ribu tahun. Mereka datang menuju Adam alaihissalaam ayah para manusia untuk memberikan syafaat kepada mereka di sisi Allah. Agar Allah segera menetapkan keputusan untuk mereka dan melepaskan mereka dari kesulitan di tempat berdiri tersebut. Adam meminta maaf tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Kemudian mereka datang kepada Nuh alaihissalaam, Rasul pertama. Nuh juga meminta udzur. Mereka pun mendatangi Ibrahim alaihissalaam. Beliau pun meminta udzur. Mereka pun mendatangi Musa alaihissalaam. Beliaupun meminta udzur. Mereka pun mendatangi Isa alaihissalam. Beliaupun meminta udzur.
Kemudian mereka mendatangi Muhammad shollallahu alaihi wasalam dan beliaupun memenuhinya dengan berkata:
أَنَا لَهَا
Akulah yang berhak terhadapnya
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Setelah manusia datang kepada para Rasul yang menjadi Ulul Azmi seluruhnya meminta udzur tidak bisa memenuhi keinginan mereka kecuali Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Beliau menerima untuk memberikan syafaat bagi mereka di sisi Allah.
Beliau pun sujud di bawah Arsy, berdoa kepada Rabbnya Azza Wa Jalla dan memujiNya. Demikian terus berlangsung hingga dikatakan kepada beliau:
يَا مُحَمَّدُ، اِرْفَعْ رَأْسَكَ، وَسَلْ تُعْطَ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, engkau akan diberi. Berikan syafaat, engkau akan dikabulkan permintaan syafaatmu
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Nabi pun memberikan syafaat di sisi Allah bagi orang-orang yang di padang Mahsyar, agar Allah memberikan keputusan terhadap mereka dan memberikan kelapangan (untuk terlepas dari situasi dan tempat tersebut). Allah pun menerima syafaat dari beliau itu. Ini adalah al-Maqom al-Mahmud (kedudukan yang terpuji) yang dinyatakan oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan pada sebagian malam, bertahajjudlah sebagai nafilah (menambah tinggi kedudukan) untukmu. Rabbmu akan membangkitkan engkau pada kedudukan yang terpuji
(Q.S al-Israa’ ayat 79)
Itulah kedudukan yang dipuji oleh makhluk dari awal sampai akhir. Hal itu menampakkan keutamaan dan kemuliaan beliau shollallahu alaihi wasallam pada tempat yang agung tersebut.
Baca Juga: Penjelasan Tentang Syafaat, Syarat-Syarat, dan Siapa yang Akan Mendapatkannya (Bagian Pertama)
Syafaat Kedua: syafaat Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada penduduk Surga untuk memasukinya
Syafaat yang kedua adalah syafaat Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada penduduk Surga untuk memasukinya. Dibukakan pintu Surga untuk mereka. Beliaulah orang pertama yang meminta dibukakan pintu Surga. Semoga sholawat dan salam tercurah untuk beliau. Karena itu Allah Ta’ala berfirman:
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka digiring menuju Surga dengan berkelompok. Hingga ketika mereka telah datang ke Surga dan dibuka pintu-pintunya…
(Q.S az-Zumar ayat 73)
Pintu Surga tidaklah dibuka langsung saat mereka datang, namun setelah mendapat syafaat.
وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Dan penjaga Surga berkata: Semoga keselamatan untuk kalian. Kalian dalam keadaan baik. Masuklah kekal di dalamnya
(Q.S az-Zumar ayat 73)
Adapun orang-orang kafir – wal iyaadzu billaah- saat mereka sampai di Neraka segera dibukakan pintu-pintunya. Mereka didorong dengan keras ke dalamnya. Wal iyaadzu billah (semoga Allah melindungi kita dari hal itu).
وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا
Dan orang-orang kafir digiring menuju Jahannam dengan berkelompok-kelompok. Hingga ketika mereka datang kepadanya, dibukakan pintu-pintu (Jahannam)…
(Q.S az-Zumar ayat 71)
Demikian disebutkan hingga akhir ayat.
Ini adalah syafaat yang kedua khusus bagi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.
Baca Juga: Penjelasan Tentang Syafaat, Syarat-Syarat, dan Siapa yang Akan Mendapatkannya (Bagian Kedua)
Syafaat yang ketiga : Nabi shollallahu alaihi wasallam memberikan syafaat kepada para penghuni Surga untuk ditinggikan derajatnya di Surga.
Syafaat yang keempat: Syafaat beliau untuk pamannya, Abu Tholib.
Syafaat pada asalnya tidaklah bermanfaat bagi kaum kafir. Namun, Abu Tholib yang membela dan melindungi Nabi, bersabar untuk bersama Nabi dalam kesempitan, berbuat baik kepada Rasul shollallahu alaihi wasallam, namun ia tidak mendapat taufiq untuk masuk ke dalam Islam. Nabi menawarkan Islam kepadanya dan sangat bersemangat agar ia masuk Islam. Namun ia menolak. Karena ia berpandangan bahwasanya masuknya ia ke dalam Islam adalah celaan terhadap agama nenek moyangnya. Ada fanatisme Jahiliyyah yang membuatnya tetap berada pada agama nenek moyangnya.
Walaupun ia sebenarnya mengakui bahwasanya Muhammad shollallahu alaihi wasallam berada di atas kebenaran. Agama beliau adalah agama yang benar. Namun, sikap fanatisme dan kesombongan mencegahnya. Karena menurut dia jika ia masuk Islam, itu adalah celaan terhadap kaumnya.
Dialah (Abu Tholib) yang berkata:
وَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ دِيْنَ مُحَمَّدٍ … مِنْ خَيْرِ أَدْيَانِ الْبَرِيَّةِ دِيْنًا
لَوْلَا الْمَلَامَةُ أَوْ حِذَارُ مَسَبَّةٍ … لَرَأَيْتَنِي سَمْحًا بِذَاكَ مُبِيْنًا
Dan sungguh aku mengetahui bahwasanya agama Muhammad adalah termasuk agama terbaik…
Kalaulah bukan karena celaan atau khawatir cercaan, niscaya sungguh engkau akan melihatku dengan lapang dada menerimanya
Hal yang mencegahnya (untuk masuk Islam) adalah celaan dan khawatir dicerca oleh kaumnya. Rasul shollallahu alaihi wasallam pernah datang kepadanya saat ia hampir meninggal. Nabi berkata kepadanya: Wahai pamanku, ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah, suatu kalimat yang aku akan berhujjah untuk membelamu di hadapan Allah. Di sisinya saat itu juga ada Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah. Keduanya berkata: Apakah engkau membenci agama Abdul Muththolib? Nabi pun mengulang (talqinnya), dan mereka berduapun mengulangi ucapannya. Mereka berdua berkata: Apakah engkau membenci agama Abdul Muththolib? Ia pun berada di atas agama Abdul Muththolib dan meninggal di atas agama itu. Ia menolak untuk mengucapkan Laa Ilaaha Illallah.
Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam menyatakan: Sungguh aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang. Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tidak boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan untuk kaum musyrikin, meskipun mereka adalah karib kerabatnya, setelah jelas bahwasanya mereka termasuk penghuni Neraka (mati di atas kesyirikan/kekafiran)
(Q.S atTaubah ayat 113)
Juga turun ayat terkait Abu Tholib:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya engkau tidaklah bisa memberi hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau cintai (sekalipun), namun Allah memberikan hidayah (taufiq) kepada orang yang dikehendakiNya, dan Dia yang paling mengetahui siapakah (yang layak) mendapat hidayah
(Q.S al-Qoshosh ayat 56)
Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah memberikan syafaat untuk mengeluarkan dia (Abu Tholib) dari Neraka. Namun, sekedar memberikan syafaat untuk meringankan adzab baginya. Ia pun berada di permukaan (atas) Neraka, di kedua telapak kakinya terdapat bara api yang dengan itu mendidihlah otaknya. Ia tidak merasa ada orang lain yang lebih dahsyat siksaannya dibandingkan dia. Padahal dia adalah penduduk Neraka yang paling ringan siksaannya.
Syafaat-syafaat ini khusus untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Sumber: Syarh Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab karya Syaikh Sholih al-Fauzan
Dikutip dari:
Buku “Mari Bersholawat Sesuai Tuntunan Nabi”, Abu Utsman Kharisman