Ming 4 Muharram 1447AH 29-6-2025AD

Santun Ketika Berkendara Bagian dari Akhlak yang Mulia

Seorang muslim yang baik semestinya melewati jalanan dengan tenang dan santun.

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا…

Hamba-hamba ar-Rahmaan adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan tenang/santun…(Q.S al-Furqan ayat 63)

Ibnu Katsir menafsirkan sikap berjalan itu dengan tidak angkuh dan sombong. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy menekankan pentingnya tawadhu’ (rendah hati) di hadapan Allah dan kepada hamba Allah.

Demikian juga saat berkendara. Begitu banyak kejadian konflik sesama pengguna jalan karena merasa tersinggung dengan aksi sebagai pengendara yang terkesan ugal-ugalan. Tidak santun.

Bisa karena memotong jalan tiba-tiba, berpindah ruas jalan secara mendadak. Atau menggeber suara mesin dan menyalip tidak dengan santun.

Semestinya, saat hendak menyalip kendaraan di depannya pastikan jarak yang aman. Dari arah berlawanan, terdapat ruang yang lebih dari cukup untuk kita memakai ruas jalan itu. Saat berubah posisi dari satu jalur ke jalur yang lain tidak bermanuver secara mendadak. Beri tanda yang mencukupi agar pengguna jalan di belakang kita tidak terkejut atau tidak mengira kita akan berpindah demikian.

Jangan sampai membuat pengguna jalan dari arah berlawanan harus menepi bahkan sampai bahu jalan, atau justru terpinggirkan di area yang tidak rata dan membahayakan mereka. Meskipun mereka berkendara sepeda motor atau bahkan sepeda kayuh. Karena sesungguhnya itu adalah hak mereka. Kita yang mengambil jalur mereka. Tentu kita pun tidak suka diperlakukan demikian saat kita dalam posisi seperti mereka.

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ

Barang siapa yang suka dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaknya saat datang kematiannya ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir. Bersikaplah kepada manusia sebagaimana ia suka diperlakukan demikian (H.R Muslim)

Pengendara jalan dari arah berlawanan kadang kaget, terkejut, dan takut, saat tiba-tiba mobil dari arah berlawanan mengambil bagian jalannya. Sedangkan Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam melarang membuat terkejut dan takut muslim.

‌لَا ‌يَحِلُّ ‌لِمُسْلِمٍ ‌أَنْ ‌يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

Tidak halal bagi seorang muslim membuat terkejut dan takut muslim lainnya (H.R Abu Dawud)

Muslim yang baik seharusnya menebarkan keselamatan di mana pun dia berada. Dirinya selamat dan menempuh jalan-jalan keselamatan. Demikian juga ia berupaya agar muslim lainnya atau manusia lain yang terjaga darahnya selamat juga.

Patuhilah aturan lalu lintas yang dibuat pemerintah muslim sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bacalah doa saat keluar rumah, saat naik kendaraan, sesuai dengan sunnah Nabi dalam hadits-hadits yang shahih.

Jangan terburu-buru, karena ketergesaan itu dari setan.

التَّأَنِّي مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Bersikap taanni (cermat, teliti, tenang) itu dari Allah sedangkan tergesa-gesa itu adalah dari setan (H.R Abu Ya’la dari Anas bin Malik dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib)

Begitu juga seorang muslim harus paham kapan perlu memperlambat laju kendaraannya. Misalkan saat berada di keramaian, atau area-area persimpangan. Berhati-hati ketika akan menyeberang. Saat berada di area pemukiman, jangan mempercepat laju kendaraan. Sadari bahaya anak-anak kecil melintas secara tiba-tiba. Bersikap santunlah.

Muslim yang baik akan berusaha menyingkirkan gangguan dari jalan. Jangan justru menjadi sebab terganggunya para pengguna jalan. Misalkan dengan memarkirkan kendaraan secara serampangan. Tidak mengapa berjalan kaki agak jauh dengan mengorbankan posisi parkir kendaraan yang lebih jauh, daripada mengganggu para pengguna jalan atau justru mengakibatkan kemacetan.

Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan adanya seseorang yang belum pernah berbuat kebaikan sama sekali. Namun karena ia pernah menyingkirkan gangguan dari jalan, hal itu menjadi penyebab ia masuk surga.

نَزَعَ رَجُلٌ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ غُصْنَ شَوْكٍ عَنِ الطَّرِيقِ إِمَّا كَانَ فِي شَجَرَةٍ فَقَطَعَهُ وَأَلْقَاهُ، وَإِمَّا كَانَ مَوْضُوعًا فَأَمَاطَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ بِهَا فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ

Seorang laki-laki yang belum pernah berbuat kebaikan sama sekali menarik dahan berduri yang melintang di jalan. Bisa dari sebuah pohon yang ditebang sebelumnya, kemudian dilemparkan (hingga berada di jalan). Bisa juga berupa gangguan yang diletakkan (orang lain) di jalan, kemudian ia singkirkan. Kemudian Allah bersyukur kepada laki-laki itu, hingga memasukkannya ke surga (H.R Abu Dawud dari Abu Hurairah, dinilai hasan shahih oleh Syaikh al-Albaniy)

Semoga Allah Ta’ala memberikan keselamatan kepada kita di dunia dan di akhirat serta menjadikan kita sebagai sebab keselamatan bagi orang lain.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan