Jum 3 Dzulhijjah 1446AH 30-5-2025AD

Pandangan Syaikh Bin Baz Tentang Berkurban Untuk Orang yang Sudah Meninggal

Pertanyaan:

Apakah hukum berkurban, apakah boleh berkurban untuk mayit (diniatkan pahalanya untuk orang yang sudah meninggal, pen)?

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah:

Berkurban adalah sunnah muakkadah (ditekankan) menurut pendapat mayoritas Ulama. Karena Nabi shollallahu alaihi wasallam berkurban dan menganjurkan umatnya untuk berkurban.

Secara asal, ibadah kurban diharapkan dilaksanakan pada waktunya oleh orang yang masih hidup untuk dirinya dan keluarganya. Boleh juga ia serikatkan (gabungkan niat pahalanya) untuk siapa saja yang ia kehendaki baik orang yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia.

Adapun berkurban untuk orang yang meninggal dunia jika ia (sebelum meninggal) berwasiat pada sepertiga hartanya, atau ia jadikan untuk wakaf, wajib untuk ditunaikan wakaf maupun wasiat itu. Apabila ia (mayit) tidak mewasiatkan atau menjadikannya sebagai wakaf, dan seseorang ingin untuk berkurban untuk ayahnya atau ibunya atau selain keduanya, itu adalah hal yang baik. Hal ini terhitung bagian dari bersedekah untuk mayit. Bersedekah untuk mayit disyariatkan menurut pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Sedangkan bersedekah sesuai nominal binatang kurban, bagi yang berpandangan bahwasanya itu lebih utama dari berkurban, apabila keinginan berkurban itu tersebutkan dalam wakaf atau wasiat, tidak boleh bagi wakil berpindah dari (wakaf atau wasiat) berkurban menuju sedekah sesuai nominal tersebut. Adapun jika itu adalah perbuatan sunnah (bukan kewajiban) yang ia lakukan untuk orang lain, maka yang demikian ini terdapat kelapangan.

Berkurban untuk diri seorang muslim yang masih hidup dan keluarganya (ahli baitnya) adalah sunnah muakkadah (ditekankan) bagi yang mampu. Menyembelih kurban lebih utama dibandingkan bersedekah senilai nominalnya.

Hanya Allah sajalah Sang Pemberi taufiq.


Sumber: Majmu’ Fatawa wa Maqolaat Mutanawwi’ah – Ibn Baz 18/41

Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab

س: ما حكم الأضحية، وهل تجوز عن الميت؟

ج: الأضحية سنة مؤكدة في قول أكثر العلماء؛ لأنه صلى الله عليه وسلم ضحى وحث أمته على الأضحية، والأصل أنها مطلوبة في وقتها من الحي عن نفسه وأهل بيته، وله أن يشرك في ثوابها من شاء من الأحياء والأموات.

أما الأضحية عن الميت فإن كان أوصى بها في ثلث ماله مثلا، أو جعلها في وقف له وجب على القائم على الوقف أو الوصية تنفيذها، وإن لم يكن أوصى بها ولا جعل لها وقفا وأحب إنسان أن يضحي عن أبيه أو أمه أو غيرهما فهو حسن. ويعتبر هذا من أنواع الصدقة عن الميت، والصدقة عنه مشروعة في قول أهل السنة والجماعة

وأما الصدقة بثمن الأضحية بناء على أنه أفضل من ذبحها، فإن كانت الأضحية منصوصا عليها في الوقف أو الوصية لم يجز للوكيل العدول عن ذلك إلى الصدقة بثمنها، أما إن كانت تطوعا عن غيره فالأمر في ذلك واسع، وأما الأضحية عن نفس المسلم الحي وعن أهل بيته فسنة مؤكدة للقادر عليها، وذبحها أفضل من الصدقة بثمنها، وبالله التوفيق

مجموع فتاوى ومقالات متنوعة – ابن باز 18\41

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan