Sab 21 Syawal 1446AH 19-4-2025AD

Meminta Kepada Orang yang Sudah Meninggal Adalah Syirik Besar

Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan:

Termasuk macam (kesyirikan besar) adalah memohon kebutuhan kepada orang yang sudah meninggal, beristighotsah kepada mereka, menghadapkan (keperluan) kepada mereka. Ini adalah pangkal kesyirikan di alam. Karena orang yang sudah meninggal terputuslah amalannya. Ia tidak memiliki kekuasaan untuk dirinya sendiri dalam menolak kemudaratan maupun menghasilkan manfaat. Apalagi untuk orang yang beristighotsah kepadanya dan orang yang memohon kepadanya.

Atau, meminta (kepada orang yang sudah mati) agar ia memberikan syafaat untuknya kepada Allah. Ini adalah kebodohan tentang pihak yang memberi syafaat maupun obyek penerima syafaat di sisi-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan terdahulu.

Karena, tidak ada yang mampu memberikan syafaat di sisi Allah kecuali jika diizinkan oleh Allah. Sedangkan Allah tidaklah menjadikan dengan sebab istighotsah dia maupun permintaan tolong dia (kepada orang yang mati itu) sebagai sebab untuk mendapatkan izin-Nya. Sebab pemberian izin itu hanyalah kesempurnaan tauhid.

Kemudian orang musyrik ini justru melakukan sebab yang menghalangi diperolehnya izin itu. Itu adalah seperti orang yang minta tolong untuk suatu keperluan dengan melakukan hal yang justru mencegah ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Ini adalah keadaan seluruh orang musyrik.

Orang yang sudah meninggal dunia justru memerlukan orang yang masih hidup untuk mendoakan dia, memohonkan rahmat untuknya, memohonkan ampunan untuknya. Sebagaimana yang diwasiatkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam jika kita berziarah ke kuburan kaum muslimin, agar kita memohonkan rahmat (Allah) untuk mereka, meminta agar mereka mendapatkan afiyat (keselamatan) dan ampunan.


Sumber: Madaarijus Saalikin Bayna Manaazil Iyyaaka Na’budu wa Iyyaaka Nasta’in karya Ibnul Qoyyim 1/353

Naskah dalam Bahasa Arab

قال العلامة ابن القيم رحمه الله تعالى:

وَمِنْ أَنْوَاعِهِ (أي الشرك الأكبر) طَلَبُ الْحَوَائِجِ مِنَ الْمَوْتَى، وَالِاسْتِغَاثَةُ بِهِمْ، وَالتَّوَجُّهُ إِلَيْهِمْ.

وَهَذَا أَصْلُ شِرْكِ الْعَالَمِ، فَإِنَّ الْمَيِّتَ قَدِ انْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَهُوَ لَا يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرَّا وَلَا نَفْعًا، فَضْلًا عَمَّنِ اسْتَغَاثَ بِهِ وَسَأَلَهُ قَضَاءَ حَاجَتِهِ، أَوْ سَأَلَهُ أَنْ يَشْفَعَ لَهُ إِلَى اللَّهِ فِيهَا، وَهَذَا مِنْ جَهْلِهِ بِالشَّافِعِ وَالْمَشْفُوعِ لَهُ عِنْدَهُ، كَمَا تَقَدَّمَ، فَإِنَّهُ لَا يَقْدِرُ أَنْ يَشْفَعَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَاللَّهُ لَمْ يَجْعَلِ اسْتِغَاثَتَهُ وَسُؤَالَهُ سَبَبًا لِإِذْنِهِ، وَإِنَّمَا السَّبَبُ لِإِذْنِهِ كَمَالُ التَّوْحِيدِ، فَجَاءَ هَذَا الْمُشْرِكُ بِسَبَبٍ يَمْنَعُ الْإِذْنَ، وَهُوَ بِمَنْزِلَةِ مَنِ اسْتَعَانَ فِي حَاجَةٍ بِمَا يَمْنَعُ حُصُولَهَا، وَهَذِهِ حَالَةُ كُلِّ مُشْرِكٍ، وَالْمَيِّتُ مُحْتَاجٌ إِلَى مَنْ يَدْعُو لَهُ، وَيَتَرَحَّمُ عَلَيْهِ، وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ، كَمَا أَوْصَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا زُرْنَا قُبُورَ الْمُسْلِمِينَ أَنْ نَتَرَحَّمَ عَلَيْهِمْ، وَنَسْأَلَ لَهُمُ الْعَافِيَةَ وَالْمَغْفِرَةَ،

مدارج السالكين لابن القيم ١/ 353

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan