Tafsir Adh-Dhuha Ayat 1-3
Allah Ta’ala berfirman:
وَالضُّحَى (1) وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (2) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (3)
Demi waktu dhuha/ siang. Dan demi waktu malam apabila telah tenang dan gelap. Tidaklah Tuhanmu meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu (Q.S adh-Dhuha ayat 1-3)
Sebab Diturunkannya Permulaan Surah adh-Dhuha
اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَقُمْ لَيْلَتَيْنِ – أَوْ ثَلاَثًا ، فَجَاءَتْ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ شَيْطَانُكَ قَدْ تَرَكَكَ، لَمْ أَرَهُ قَرِبَكَ مُنْذُ لَيْلَتَيْنِ – أَوْ ثَلاَثَةٍ – فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى، مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى} [الضحى: 1-3]
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengalami sakit sehingga beliau tidak melakukan qiyamul lail dalam 2 atau 3 malam. Kemudian datanglah seorang wanita (musyrik) berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya aku benar-benar berharap setanmu telah meninggalkanmu. Aku tidak melihat ia mendekatimu sejak 2 atau 3 malam ini. Kemudian turunlah firman Allah Azza Wa Jalla (yang artinya): Demi waktu Dhuha, dan (demi) malam ketika tenang/gelap. Tuhanmu tidaklah meninggalkan engkau maupun membencimu (Q.S adh-Dhuha ayat 1-3)(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Jundub bin Sufyan)
Wanita tersebut adalah Ummu Jamil bintu Harb, istri Abu Jahl (al-Bahrul Muhiith ats-Tsajjaaj karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam al-Ityubiy 31/360).
Dalam riwayat hadits yang lain disebutkan bahwa hal itu juga dilatarbelakangi oleh lamanya Malaikat Jibril tidak menemui Nabi dalam penyampaian wahyu. Tertunda dalam durasi waktu tertentu.
أَنَّ جِبْرِيلَ أَبْطَأَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَزِعَ. قَالَ: فَقِيلَ لَهُ: قَالَ: فَنَزَلَتْ: {وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى}
Kedatangan Malaikat Jibril tertunda beberapa lama sehingga tidak berjumpa dengan Nabi shollallahu alaihi wasallam. Hal itu membuat beliau bersedih (sakit). Kemudian ada orang yang berkomentar terhadap hal itu. Hingga turun firman Allah (yang artinya): Demi waktu Dhuha, dan (demi) malam ketika tenang/gelap. Tuhanmu tidaklah meninggalkan engkau maupun membencimu (Q.S adh-Dhuha ayat 1-3)(H.R Ahmad dari Jundub bin Sufyan dengan sanad yang shahih)
Penjelasan Makna Kata Gharib (Asing)
Makna kata:
الضُّحَى
Adh-Dhuha adalah waktu Dhuha, yang disunnahkan melaksanakan shalat Dhuha padanya, dengan rentang waktu dari sejak sekitar 15 menit setelah terbit matahari hingga sekitar 10 menit sebelum masuk waktu Dzhuhur/tergelincirnya matahari (penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Syarh Riyadhis Sholihin 4/222). Namun, para Ulama berbeda pendapat tentang makna adh-Dhuha sebagai isi sumpah dalam ayat ini. Sebagian Ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan adh-Dhuha di sini adalah waktu siang seluruhnya. Di antara Ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu Jarir atThobariy dan al-Baghowiy.
Makna kata:
سَجَى
Tenang dan menetap kegelapannya, tidak bertambah lagi kegelapannya setelah itu. Sebagaimana penafsiran Qotadah dan Ibnu Zaid yang dinukil al-Baghowiy dalam tafsirnya. Demikian juga penafsiran Ibnu Qutaibah sebagaiman dinukil Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masiir.
Makna kata:
وَدَّعَكَ
Benar-benar meninggalkanmu. Artinya, Allah tidak meninggalkanmu (wahai Nabi Muhammad) sejak Dia memilihmu (Tafsir al-Baghowiy)
Makna kata:
قَلَى
Membencimu. Artinya, Allah tidak membencimu (wahai Nabi Muhammad) sejak Dia mencintaimu (Tafsir al-Baghowiy)
Hadits tentang Shalat Dhuha Sebagai Sedekah Bagi Seluruh Persendian dalam Tubuh Manusia
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ. وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Dari Abu Dzar dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: pada setiap tulang (persendian) kalian di pagi hari hendaknya dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih (ucapan SUBHANALLAH) adalah merupakan sedekah. Setiap tahmid (ucapan ALHAMDULILLAH) adalah sedekah. Setiap tahlil (ucapan LAA ILAAHA ILALLAH) adalah sedekah. Setiap takbir (ucapan ALLAAHU AKBAR) adalah sedekah. Setiap perintah kepada yang ma’ruf (kebaikan) adalah sedekah dan (setiap) larangan terhadap kemunkaran adalah sedekah. Mencukupi dari itu semua, pelaksanaan 2 rakaat di waktu Dhuha (H.R Muslim)
فِي الْإِنْسَانِ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَسِتُّونَ، مَفْصِلًا فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهُ بِصَدَقَةٍ. قَالُوا: وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟ قَالَ: النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا، وَالشَّيْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُكَ
Pada manusia terdapat 360 persendian. Hendaknya dikeluarkan sedekah pada setiap persendian itu. Para Sahabat berkata: Siapakah yang mampu demikian, wahai Nabi Allah? Nabi bersabda: Dahak di masjid yang ditimbun (dihilangkan)(adalah termasuk sedekah, pen), sesuatu (gangguan) yang disingkirkan dari jalan (adalah termasuk sedekah, pen). Apabila ia tidak mendapatkan hal itu, 2 rakaat shalat Dhuha telah mencukupimu (H.R Abu Dawud dari Buraidah)
Nukilan dan Intisari Penjelasan Ulama
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan: (Allah) tidaklah meninggalkan engkau sejak Dia memperhatikanmu. Dia (Allah) tidaklah mengabaikan engkau sejak Dia merawat dan memeliharamu. Justru pemeliharaan-Nya terus berlanjut dengan tarbiyah yang terbaik, serta meninggikan derajatmu secara berkelanjutan (Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan 1/928)
Allah tidaklah membenci Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Justru makhluk yang paling Allah cintai berdasarkan yang kita ketahui adalah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Karena Allah hanya memilih 2 khalil (status kedudukan orang yang sangat dicintai), yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. (Disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir Juz Amma).
Sebagian Pelajaran yang Bisa Dipetik
- Begitu besarnya kemahakuasaan Allah dalam menciptakan siang dan malam. Terang dan gelapnya alam semesta berada di bawah kekuasaan-Nya.
- Sebagaimana siang hari yang bercahaya menerangi para makhluk sehingga bisa mencari penghidupannya, demikian juga wahyu yang Allah turunkan adalah sinar yang menerangi kehidupan mereka guna menggapai kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.
- Pembelaan Allah terhadap Nabi-Nya, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan atau membenci beliau.
Penulis: Abu Utsman Kharisman