Bukan Kemaksiatan Biasa yang Menyebabkan Kekal di Neraka
Potongan ayat ke-23 dari surah al-Jinn menjelaskan bahwa barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, ia akan mendapatkan siksaan di neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya. Namun, jika kita menelaah kitab-kitab tafsir para Ulama Ahlussunnah, yang dimaksud dengan kemaksiatan di ayat itu bukanlah kemaksiatan biasa. Namun kemaksiatan yang berupa kekafiran.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan:
{وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا} وهذا المراد به المعصية الكفرية، كما قيدتها النصوص الأخر المحكمة. وأما مجرد المعصية، فإنه لا يوجب الخلود في النار، كما دلت على ذلك آيات القرآن، والأحاديث عن النبي صلى الله عليه وسلم، وأجمع عليه سلف الأمة وأئمة هذه الأمة
“Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia akan mendapatkan neraka Jahannam kekal di dalamnya selamanya”. Ini yang dimaksud adalah kemaksiatan berupa kekafiran. Sebagaimana dijelaskan dalam nash-nash lain yang muhkam. Adapun sekedar kemaksiatan tidaklah menyebabkan kekal di neraka. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat alQuran maupun hadits-hadits dari Nabi shollallahu alaihi wasallam serta kesepakatan para pendahulu umat ini dan para imam pada umat ini (Tafsir as-Sa’diy)
Demikian juga jika merujuk pada kitab tafsir Ulama terdahulu. Penafsirannya menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan kemaksiatan di ayat itu bukanlah sekedar kemaksiatan biasa.
Ibnul Jauziy rahimahullah Ulama yang wafat tahun 597 Hijriyah menafsirkan:
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ بِتَرْكِ الْإِيْمَانِ وَالتَّوْحِيْدِ
Dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan meninggalkan keimanan dan tauhid (Zaadul Masiir karya Ibnul Jauziy)
Demikian juga dengan Ibnu Jarir atThobariy, Ulama tafsir yang wafat tahun 310 Hijriyah, menafsirkan kemaksiatan yang dilakukan sehingga menyebabkan kekal di neraka adalah kemaksiatan atau kedurhakaan berupa mendustakan ajaran Rasul dan menentangnya. Sehingga itu sudah masuk kategori kekafiran akbar berupa kufr takdzib (mendustakan) dan kufr juhuud (menentang).
Al-Imam Ibnu Jarir atThobariy rahimahullah menyatakan:
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ فِيمَا أَمَرَهُ وَنَهَاهُ، وَيُكَذِّبُ بِهِ وَرَسُولِهِ، فَجَحَدَ رِسَالَاتِهِ، فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا. …..يَقُولُ: مَاكِثِينَ فِيهَا أَبَدًا إِلَى غَيْرِ نِهَايَة
Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah terhadap perintah dan larangan-Nya, mendustakan wahyu Allah itu dan Rasul-Nya, menentang risalah-risalahNya, maka baginya neraka Jahannam yang ia masuki….. Mereka kekal di dalamnya tanpa akhir (Tafsir atThobariy)
Pada kesempatan ini, tepat kiranya juga menukil terjemahan Kemenag Republik Indonesia. Ayat ke-22 dah 23 surah al-Jinn itu berikut terjemahannya adalah sebagai berikut:
قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (22) إِلَّا بَلَاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالَاتِهِ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا (23)
Katakanlah, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain-Nya. (Yang aku mampu lakukan) hanyalah menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”(Terjemah Kemenag RI Q.S al-Jinn ayat 22-23)
Di dalam terjemahan Kemenag RI tersebut dinyatakan: “Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”.
Kita bersyukur atas perhatian pemerintah Republik Indonesia sejak dahulu kala dengan menyusun terjemahan Quran ke Bahasa Indonesia. Hal itu memberi kemudahan kepada kaum muslimin di Indonesia. Sebuah pekerjaan besar yang melibatkan para ahli dari berbagai disiplin keilmuan.
Namun, sebagai pekerjaan manusia, tidak luput dari kekurangsempurnaan. Karena terjemah tersebut sudah tersebar luas, sebagai bagian dari masukan pada terjemahan ayat ke-23 surah al-Jinn itu semestinya ditambahkan keterangan yang memadai. Boleh ditambahkan sebagai keterangan yang masuk dalam terjemahan misalkan dengan menambahkan dalam kurung. Atau boleh juga berupa catatan kaki penjelas. Semoga bisa diterapkan pada cetakan atau terbitan berikutnya jika memang saat ini belum ada.
Sebagai contoh, kutipan terjemahan yang sebelumnya adalah: “Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”. Sebaiknya diubah menjadi: “Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya (dengan kekafiran) sesungguhnya akan mendapat (azab) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”.
Karena kurangnya penjelasan yang memadai akan hal itu berpotensi disalahpahami menjadi seperti pemahaman menyimpang Khawarij atau Mu’tazilah. Khawarij memiliki pemahaman bahwa pelaku dosa besar adalah kafir. Sedangkan Mu’tazilah meyakini bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka. Sedangkan Ahlussunnah meyakini bahwa seorang yang secara asal muslim dan pelaku dosa besar, jika ia belum sempat bertobat hingga meninggal, ia berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah kehendaki, Allah bisa mengampuninya. Kalaupun Allah berkehendak menyiksanya di neraka, selama keislamannya tidak gugur, ia tidak kekal di neraka. Ada masa ia keluar dari neraka menuju surga.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq, pertolongan, dan ampunan kepada kita dan segenap kaum muslimin.
Penulis: Abu Utsman Kharisman