Muslim Sejati Tidaklah Mengikuti Jejak Nashara yang Berlebihan Memuji Nabinya
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang menganugerahkan hidayah Islam kepada kita. Kaum muslimin sebagai umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang sebenarnya adalah kaum yang adil. Mereka terhindar dari sikap berlebihan kaum Nashara yang sesat, dan sikap kurang ajar kaum Yahudi terhadap para Nabi-Nya.
Berikut ini akan dikutipkan sebagian penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang menunjukkan bahayanya sikap memuji Nabi secara berlebihan yang itu bisa menyeret pada keserupaan dengan perbuatan Nashara.
Dalam kitab Iqtidho’ ash-Shirathil Mustaqim Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
Sesungguhnya Nashara mengagungkan para Nabi hingga menyembah mereka, dan menyembah patung-patung mereka. Sedangkan Yahudi merendahkan mereka hingga membunuh para Nabi tersebut. Sedangkan umat ini (kaum muslimin) adalah pertengahan. Mereka mengenal kadar (kemuliaan) para Nabi tersebut, tidak bersikap melampaui batas sebagaimana kaum Nashara, dan tidak bersikap kurang ajar seperti Yahudi. Karena hal tersebut, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits shahih:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُوْلُوْا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana kaum Nashara berlebihan memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah (sebagai): hamba Allah dan utusan-Nya (H.R al-Bukhari, Ahmad, dan lainnya, pen)
(Iqtidho’ as-Shirathil Mustaqim 2/193)
Baca Juga: Menolak Taqlid, Pengingat Bimbingan Seputar Maulid
Dalam kitab Daqoiqut Tafsir beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata:
Sesungguhnya pada Nashara terdapat sikap melampaui batas terhadap al-Masih (Isa) dan tokoh agama maupun Ulama mereka. Allah mencela mereka karena hal itu di dalam alQuran, dan Allah jadikan itu sebagai pelajaran bagi kita agar kita tidak menempuh jalan mereka. Karena hal tersebut, pemuka para anak Adam (Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam, pen) bersabda:
لَا تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيسَى ابْن مَرْيَم فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ الله ِوَرَسُوْلُهْ
Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana kaum Nashara berlebihan memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah (sebagai): hamba Allah dan utusan-Nya (H.R al-Bukhari, Ahmad, dan lainnya, pen) (Daqoiqut Tafsir karya Ibnu Taimiyyah 2/223)
Baca Juga: Bantahan Terhadap Artikel Berjudul: “Inilah Sejarah yang Benar Tentang Awal Perayaan Maulid Nabi”
Sedangkan dalam kitab al-Akhna’iyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
Adapun kebid’ahan yang tidak disyariatkan (oleh Nabi) bahkan dilarang oleh beliau, jika mengandung sikap melampaui batas dan kesyirikan serta pujian berlebihan terhadap beliau seperti yang dilakukan oleh Nashara, tidaklah menghasilkan pahala bagi yang mengerjakannya. Tidak ada manfaat pula bagi Rasul. Justru pelakunya, apabila memiliki udzur (misal karena ketidaktahuan, pen), ia sesat dan tidak berpahala. Apabila telah tegak hujjah kepadanya (tapi ia tetap melakukan kebid’ahan itu, pen), ia berhak mendapatkan siksaan. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang shahih:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُوْلُوْا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana kaum Nashara berlebihan memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah (sebagai): hamba Allah dan utusan-Nya (H.R al-Bukhari, Ahmad, dan lainnya, pen) (al-Akhnaiyyah 1/283)
Kutipan Kalam Syaikhul Islam dalam Naskah Bahasa Arab:
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى : فإن النصارى عظموا الأنبياء حتى عبدوهم، وعبدوا تماثيلهم، واليهود استخفوا بهم حتى قتلوهم، والأمة الوسط عرفوا مقاديرهم؛ فلم يغلوا فيهم غلو النصارى، ولم يجفوا عنهم جفاء اليهود، ولهذا قال صلى الله عليه وسلم فيما صح عنه: «لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى ابن مريم، فإنما أنا عبد، فقولوا: عبد الله ورسوله» (اقتضاء الصراط المستقيم)
فَإِن فِي النَّصَارَى من الغلو فِي الْمَسِيح والأحبار والرهبان مَا ذمهم الله عَلَيْهِ فِي الْقُرْآن وَجعل ذَلِك عِبْرَة لنا لِئَلَّا نسلك سبيلهم وَلِهَذَا قَالَ سيد ولد آدم لَا تطروني كَمَا أطرت النَّصَارَى عِيسَى ابْن مَرْيَم فَإِنَّمَا أَنا عبد فَقولُوا عبد الله وَرَسُوله (دقائق التفسير)
وأما البدع التي لم يشرعها بل نهى عنها وإن كانت متضمنة للغلو فيه والشرك به والإطراء له كما فعلت النصارى فإنه لا يحصل بها أجر لمن عمل بها، فلا يكون للرسول فيها منفعة، بل صاحبها إن عذركان ضالاًّ لا أجر له فيها، وإن قامت عليه الحجة استحق العذاب، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم في الحديث الصحيح (لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى بن مريم، فإنما أنا عبد، فقولوا: عبد الله ورسوله) . (الأخنائية)
Oleh: Abu Utsman Kharisman