Ketika Jasad Seorang yang Murtad di Masa Nabi Tertolak Bumi
Laki-laki dari Bani anNajjaar itu sebelumnya beragama Nasrani. Kemudian ia masuk Islam. Begitu besar nikmat yang ia dapatkan sebenarnya, karena ia bisa bertemu langsung dengan manusia terbaik, Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.
Saat masih beragama Islam, ia bahkan telah menghafal surah al-Baqoroh dan Ali Imran. Dia pun pernah menjadi penulis bagi Nabi shollallahu alaihi wasallam. Tapi kemudian dia murtad kembali menjadi seorang Nasrani dan lari bergabung dengan kaum Nashara. Ia pun dielu-elukan dan begitu dihormati oleh kaum Nashara, karena dianggap pernah menjadi orang penting dalam Islam. Bahkan dengan congkak dan pongah, orang itu berkata bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak tahu apa-apa kecuali apa yang dia tuliskan sebagai sekertaris saat itu.
Allah pun menghinakan orang itu. Saat ia meninggal, rekan-rekannya menguburkannya. Tapi keesokan harinya, mereka mendapati jasad pria itu telah kembali ke permukaan bumi. Orang-orang Nashara itu beranggapan, ini pasti perbuatan (Nabi) Muhammad dan Sahabatnya, yang membongkar kuburnya dan mengeluarkan jasad itu lagi. Sungguh tuduhan yang tidak berdasar. Setelah jasad itu dikuburkan lebih dalam, keesokan harinya kembali terjadi hal yang sama. Perut bumi memuntahkan jasad orang itu hingga di permukaan tanah. Orang-orang Nashara kemudian berusaha menguburkan jasadnya sedalam-dalamnya yang mereka mampu lakukan. Namun, ketika keesokan harinya jasad itu tetap saja terlempar dari dalam tanah, mereka baru yakin bahwa itu bukan perbuatan manusia.
Berikut ini kita akan simak pemaparan hadits itu dalam Shahih al-Bukhari maupun Shahih Muslim.
Dalam Shahih al-Bukhari
Dalam Shahih al-Bukhari, disebutkan:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَجُلٌ نَصْرَانِيًّا فَأَسْلَمَ وَقَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ فَكَانَ يَكْتُبُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَادَ نَصْرَانِيًّا فَكَانَ يَقُولُ مَا يَدْرِي مُحَمَّدٌ إِلَّا مَا كَتَبْتُ لَهُ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ فَدَفَنُوهُ فَأَصْبَحَ وَقَدْ لَفَظَتْهُ الْأَرْضُ فَقَالُوا هَذَا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وَأَصْحَابِهِ لَمَّا هَرَبَ مِنْهُمْ نَبَشُوا عَنْ صَاحِبِنَا فَأَلْقَوْهُ فَحَفَرُوا لَهُ فَأَعْمَقُوا فَأَصْبَحَ وَقَدْ لَفَظَتْهُ الْأَرْضُ فَقَالُوا هَذَا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وَأَصْحَابِهِ نَبَشُوا عَنْ صَاحِبِنَا لَمَّا هَرَبَ مِنْهُمْ فَأَلْقَوْهُ فَحَفَرُوا لَهُ وَأَعْمَقُوا لَهُ فِي الْأَرْضِ مَا اسْتَطَاعُوا فَأَصْبَحَ وَقَدْ لَفَظَتْهُ الْأَرْضُ فَعَلِمُوا أَنَّهُ لَيْسَ مِنْ النَّاسِ فَأَلْقَوْهُ
Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata: Ada seorang yang sebelumnya Nasrani masuk Islam. Ia menghafal alBaqarah dan Ali Imran. Ia juga menjadi penulis bagi Nabi shollallahu alaihi wasallam. Kemudian ia kembali menjadi Nasrani. Ia berkata: Muhammad tidak mengetahui kecuali apa yang aku tuliskan untuknya. Kemudian Allah mematikannya. Mereka menguburkannya. Pada pagi harinya bumi telah melemparkan dia (berada di permukaan bumi). Orang-orang itu berkata ini perbuatan Muhammad dan para sahabatnya karena ia lari dari mereka sehingga mereka mengeluarkan lagi rekan kita ini. Mereka pun menggali lagi dan mendalamkan galian itu (menguburkannya lagi). Pada pagi harinya, bumi melemparkan dia (berada di permukaan bumi). Orang-orang itu berkata ini perbuatan Muhammad dan para sahabatnya yang mengeluarkan lagi rekan kita kini ketika lari dari mereka. Mereka pun menggali lagi dan mendalamkan galian itu sedalam yang bisa mereka lakukan (menguburkannya lagi). Pagi harinya jenazahnya telah dilemparkan oleh bumi (di atas permukaan tanah). Mereka pun tahu bahwa itu bukan dari (perbuatan) manusia. Maka mereka pun melemparkan begitu saja (H.R al-Bukhari dalam Bab Alaamatin Nubuwwah fil Islaam)
Dalam Shahih Muslim
Dalam Shahih Muslim, disebutkan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ مِنَّا رَجُلٌ مِنْ بَنِى النَّجَّارِ قَدْ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَكَانَ يَكْتُبُ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَانْطَلَقَ هَارِبًا حَتَّى لَحِقَ بِأَهْلِ الْكِتَابِ – قَالَ – فَرَفَعُوهُ قَالُوا هَذَا قَدْ كَانَ يَكْتُبُ لِمُحَمَّدٍ فَأُعْجِبُوا بِهِ فَمَا لَبِثَ أَنْ قَصَمَ اللَّهُ عُنُقَهُ فِيهِمْ فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتِ الأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتِ الأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتِ الأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا فَتَرَكُوهُ مَنْبُوذًا
Dari Anas bin Malik ia berkata: Ada seorang laki-laki dari Bani anNajjaar yang sudah hafal alBaqoroh dan Ali Imran. Ia menulis (wahyu) untuk Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Suatu hari ia lari (murtad) hingga berkumpul dengan Ahli Kitab. Mereka pun memuliakan dia dan berkata: Ini adalah orang yang pernah menjadi sekretaris Muhammad, maka mereka pun kagum dengannya. Tidak berapa lama, Allah patahkan lehernya (hingga meninggal) di tengah-tengah mereka. Mereka pun menggali (kuburnya) dan menimbunnya dengan tanah. Tapi bumi kembali melemparkan jasadnya ke permukaan tanah. Kemudian mereka pun kembali menggali dan menimbun jasadnya. Pagi harinya bumi melemparkan jasadnya hingga ke permukaan tanah. Kemudian mereka pun kembali menggali dan menimbun jasadnya. Pagi harinya bumi melemparkan jasadnya hingga ke permukaan tanah. Hingga mereka meninggalkan dia terlempar begitu saja (H.R Muslim)
Beberapa Pelajaran dari Hadits
Sebagian pelajaran yang bisa diambil dari hadits tersebut, di antaranya adalah:
Pertama: Kemurtadan yang dilakukan seseorang tidaklah memudaratkan Allah sama sekali. Islam dan kaum muslimin pun tidak dirugikan. Kerugian hanyalah ditanggung oleh dia sendiri.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Janganlah membuatmu bersedih sikap orang-orang yang bersegera dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka tidak akan pernah memudaratkan Allah sedikit pun. Allah menginginkan agar mereka tidak mendapat bagian (kebaikan) di akhirat dan mereka mendapatkan siksaan yang besar (Q.S Ali Imran ayat 176)
Kedua: Sejak Nabi masih hidup, ada sebagian orang yang murtad. Padahal ia bertemu dengan pendakwah yang terbaik, orang yang paling bertakwa dan paling baik akhlaknya, yaitu Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Namun, hidayah taufiq hanyalah berasal dari Allah Ta’ala semata.
Ketiga: Kaum beriman dan orang-orang yang baik, tidak jarang mendapat tuduhan terhadap sesuatu yang tidak mereka lakukan. Atau ucapan-ucapan yang menyakitkan dari Ahlul Kitab maupun kaum musyrik. Orang-orang Nashara itu menuduh bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam dan para Sahabatnya yang telah membongkar kuburan laki-laki itu dan mengeluarkannya. Padahal, Nabi dan para Sahabat tidak tahu menahu akan hal itu.
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
…dan sungguh kalian akan mendengar dari orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang musyrik banyak ucapan yang menyakitkan. Jika kalian bersabar dan bertakwa, sesungguhnya itu adalah termasuk hal yang ditekankan (untuk dilakukan)(Q.S Ali Imran ayat 186)
Keempat: Berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Laki-laki itu sampai menghafal surah al-Baqoroh dan Ali Imran. Sebuah pencapaian hafalan alQuran yang banyak kaum muslimin menginginkan untuk mencapainya. Namun, hafalannya itu sekedar hafalan yang tidak membuahkan ilmu yang bermanfaat yang menyelamatkan dia di dunia dan di akhirat. Hal itu menunjukkan bahwa jangan berhenti sekedar membaca atau menghafal alQuran saja. Adalah sangat penting untuk mengkaji maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itulah yang diperintahkan Allah Ta’ala dan merupakan tujuan diturunkannya alQuran.
Kelima: Mukjizat Nabi shollallahu alaihi wasallam. Seorang yang berdusta atas nama beliau, Allah akan hinakan. Sehingga al-Imam al-Bukhari meletakkan hadits itu dalam Bab Alaamatin Nubuwwah fil Islam (Tanda-tanda Kenabian dalam Islam) pada Kitabul Manaqib Shahih al-Bukhari.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan: Orang yang terlaknat ini, yang mengada-adakan kedustaan atas Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwa Nabi tidaklah mengetahui kecuali apa yang dia tuliskan saja, Allah binasakan dia dan Allah mempermalukan dia dengan dikeluarkannya dia dari kubur setelah dimakamkan berkali-kali. Ini adalah peristiwa yang di luar kebiasaan. Menunjukkan kepada siapapun bahwasanya ini adalah balasan terhadap ucapan dia dan bahwa dia adalah pendusta. Karena kebanyakan orang yang mati tidak mengalami seperti ini. Dosanya juga lebih besar dari sekedar murtad. Karena kebanyakan orang yang murtad mati dan tidak mengalami seperti ini (as-Shorimul Maslul ala Syatimir Rasul 1/116).
Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman