Jum 6 Jumadil awal 1446AH 8-11-2024AD

Bagaimana Pelaksanaan Iddah Bagi Seorang Wanita yang Bekerja?

Pertanyaan:

Apabila seorang wanita muslimah yang bekerja ditinggal wafat oleh suaminya, dan dia tinggal di sebuah negeri yang memberi waktu cuti bagi seseorang yang kerabatnya meninggal tidak lebih dari 3 hari saja. Lalu bagaimana wanita tadi dapat melaksanakan iddahnya dalam kondisi seperti itu? Karena jika dia tetap ingin melaksanakan iddah sesuai waktu yang ditetapkan oleh Syariat, dia akan dipecat dari pekerjaannya. Apakah boleh sesuatu yang sifatnya wajib dalam agama ditinggalkan karena lebih memilih pekerjaannya?

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah:

Dia tetap wajib melaksanakan iddah syar’i, sehingga dia tetap berkabung selama masa iddah tersebut. Namun di siang hari dia boleh keluar rumah untuk bekerja. Karena pekerjaan merupakan suatu kebutuhan yang penting dipenuhi. Para Ulama sendiri telah menyebutkan bahwa seorang wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya boleh untuk keluar rumah untuk menunaikan kebutuhannya. Dan bekerja merupakan kebutuhan yang terpenting.

Kalau dia bekerja di malam hari boleh pula baginya keluar karena sifatnya mendesak. (Semisal) adanya kekhawatiran akan dipecat dari pekerjaannya. Dan tentu tak asing lagi berbagai dampak buruk yang akan terjadi akibatnya jika pekerjaan itu benar-benar dia butuhkan.

Para Ulama juga menyebutkan sekian banyak sebab yang memperbolehkan seorang wanita (yang sedang dalam masa iddah) untuk keluar dari rumah suaminya, di mana dia harus melaksanakan iddah di dalamnya. Sebagian sebab itu lebih rendah kepentingannya dibandingkan keperluannya bekerja – dengan catatan dia benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan tersebut -.

Landasan dasar semua ini adalah firman Allah subhanahu wata’ala:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Bertakwalah kalian kepada Allah semaksimal kemampuan kalian (QS. At Taghobun: 16)

Demikian pula sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا منه ما اسْتَطَعْتُمْ

Apabila aku memerintahkan kalian dengan suatu perintah maka lakukanlah semaksimal kemampuan kalian (Muttafaqun Alaihi)

Dan Allahlah yang lebih mengetahui.


Sumber:

https://binbaz.org.sa/fatwas/19467/%C2%A0المراة-الموظفة-كيف-تعتد

Naskah fatwa dalam bahasa Arab:

السؤال: إذا توفي عن المرأة المسلمة الموظفة زوجها، وهي في دولة لا تعطي لأي إنسان توفي عنه قريبه إجازة أكثر من ثلاثة أيام، فكيف تعتد في مثل هذه الظروف؛ لأنها إن قررت أن تعتد المدة المشروعة تُفصل من العمل، فهل تترك الواجب الديني من أجل اكتساب المعيشة؟

الجواب: عليها أن تعتد العدة الشرعية، وتلزم الإحداد الشرعي في جميع مدة العدة، ولها الخروج نهارًا لعملها؛ لأنه من جملة الحاجات المهمة، وقد نص العلماء على جواز خروج المعتدة للوفاة في النهار لحاجتها، والعمل من أهم الحاجات، وإن احتاجت لذلك ليلًا جاز لها الخروج من أجل الضرورة؛ خشية أن تُفصل، ولا يخفى ما يترتب على الفصل من المضار إذا كانت محتاجة لهذا العمل

وقد ذكر العلماء أسبابًا كثيرة في جواز خروجها من منزل زوجها، الذي وجب أن تعتد فيه، بعضها أسهل من خروجها للعمل -إذا كانت مضطرة إلى ذلك العمل- والأصل في هذا قوله سبحانه: فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ [التغابن:16]. وقول النبي ﷺ: إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم متفق على صحته، والله سبحانه وتعالى أعلم

Penerjemah: Abu Dzayyal Muhammad Wafi

Tinggalkan Balasan