Setiap yang Disembah Selain Allah Tidak Memiliki Penciptaan dan Kekuasaan Sedikitpun (Bagian Pertama)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-56)
Bab Ke-15: Firman Allah Ta’ala:
Apakah Mereka Menyembah Sesuatu yang Tidak Menciptakan Apapun dan Justru Mereka Diciptakan?
(Q.S al-A’raaf: 191)
Pendahuluan
Muallif (penulis Kitabut Tauhid) menuliskan judul babnya adalah Firman Allah dalam al-Quran. Hal ini mencontoh metode yang dipakai para Ulama hadits, seperti al-Imam al-Bukhari. Sangat banyak nama bab pada Shahih al-Bukhari adalah firman Allah Ta’ala. Contoh:
بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا}
Bab Firman Allah Ta’ala: “dan tidaklah mereka diberi ilmu kecuali sedikit” (Q.S al-Israa’ ayat 85) (Shahih al-Bukhari Kitabul ‘Ilmi)
بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى}
Bab Firman Allah Ta’ala: “dan jadikanlah tempat berdiri Ibrohim sebagai tempat sholat “ (Q.S al-Baqoroh:126) (Shahih al-Bukhari Kitabus Sholah)
Pada bab ini disebutkan firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191) وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (192)
Apakah mereka berbuat kesyirikan terhadap sesuatu yang tidak bisa menciptakan, dan mereka sendiri diciptakan? (191) dan mereka tidak mampu memberikan pertolongan untuk mereka (si peminta pertolongan), dan juga tidak bisa menolong dirinya sendiri
(Q.S al-A’raaf: 191-192)
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala mengajak orang-orang musyrikin itu berfikir: Apakah pantas kalian menyembah sesuatu yang tidak bisa menciptakan dan justru mereka diciptakan. Mereka adalah makhluk. Mereka juga tidak bisa menolong kalian, bahkan menolong dirinya sendiripun tidak bisa.
Segala jenis penciptaan yang berupa membuat sesuatu yang asalnya tidak ada menjadi ada, hanya Allah yang mampu. Selebihnya, makhluk hanya mempu mengubah bentuk dari suatu yang sudah ada dirakit atau diubah bentuknya menjadi bentuk lain. Itu bukanlah penciptaan yang hakiki.
Dalam ayat ini, segala sesuatu yang diciptakan (makhluk) tidak layak disembah. Apapun bentuknya, selama mereka adalah makhluk seperti pepohonan, batu, atau orang sholih, Malaikat, maupun para Nabi, tidak layak untuk disembah. Persembahan ibadah hanya bisa diserahkan untuk Allah semata, Sang Pencipta dan satu-satunya yang bisa memberi pertolongan.
Pada bab ini akan disebutkan dalil-dalil yang menunjukkan kelemahan makhluk. Mereka tidak mampu menciptakan satu penciptaan yang sangat kecil dan remeh. Mereka tidak punya kepemilikan (kekuasaan) hakiki kepada benda apapun. Mereka juga tidak mampu memberikan hidayah taufiq. Bahkan termasuk Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam, sebagaimana akan disebutkan dalil-dalilnya pada bab ini.
Baca bab sebelumnya: Bab Ke-14: Beristighotsah dan Berdoa kepada Selain Allah adalah Kesyirikan (Bag.5)
Dalil Pertama:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
Dan pihak-pihak yang disembah selain Allah, tidak memiliki kekuasaan (terhadap suatu apapun) meski hanya qithmir (selaput tipis pada biji kurma)
(QS Faathir ayat 13)
Penjelasan Dalil Pertama:
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menjelaskan kehinaan dan kelemahan berhala-berhala yang disembah orang-orang musyrik tersebut. Berhala-berhala itu tidak punya kekuasaan (kepemilikan) sedikitpun. Meskipun hanya sebuah selaput tipis yang ada pada biji kurma yang disebut ‘qithmir’, mereka tidak punya.
Maka bagaimana bisa dibandingkan dengan Allah Sang Penguasa (Pemilik) seluruh langit dan bumi yang Allah Maha Berkuasa untuk mengatur dan merubah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Maka perhatikan kalimat lengkap dalam ayat ini, untuk menunjukkan sesuatu hal yang sangat jauh. Kekuasaan Allah yang Tak Terbatas dibandingkan dengan kekuasaan berhala- berhala itu yang tidak punya apa-apa, meski hanya ‘qithmir’.
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
Dialah (Allah) yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia menundukkan matahari dan bulan. Semuanya berjalan sesuai waktu yang ditetapkan. Itulah Allah Robb kalian, miliknyalah semata kekuasaan. Dan pihak-pihak yang disembah selain Allah, tidak memiliki kekuasaan (terhadap suatu apapun) meski hanya qithmir (selaput tipis pada biji kurma) (QS Faathir ayat 13).
Kepemilikan dan kekuasaan yang hakiki hanya milik Allah di dunia dan di akhirat. Sedangkan kepemilikan/kekuasaan yang terbatas mungkin dipunyai sebagian makhluk selama mereka masih hidup atau bahkan periodenya lebih singkat dari itu. Ada raja-raja dan penguasa yang kekuasaannya pernah mereka banggakan. Tapi saat turun tahta, ia menjadi tak berkuasa.
Namun saat di akhirat nanti, setiap makhluk yang dulunya para raja-raja yang bangga dengan kekuasaannya itu, akan datang menghadap Allah dengan tidak membawa kepemilikan apapun, bahkan meski hanya pakaian yang dipakai, atau alas kaki yang dulu mereka kenakan. Tidak ada yang dimilikinya sama sekali.
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا
Manusia dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan (H.R al-Bukhari dan Muslim)
يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
Pada hari (kiamat) mereka menampakkan diri, pada mereka tidak ada yang tersembunyi sedikitpun bagi Allah. Siapakah yang memiliki (menguasai) hari ini? Hanya milik Allah Yang Maha Tunggal lagi Maha Mengalahkan (Q.S Ghofir (40) ayat 16).
يَقْبِضُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى الْأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ
Allah Tabaaroka Wa Ta’ala menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat langit dengan Tangan KananNya. Kemudian Dia berkata: Akulah Penguasa, mana raja-raja bumi? (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lafadz sesuai riwayat Muslim)
Maka hak untuk diibadahi/ disembah hanyalah milik Allah semata, karena kekuasaan mutlak yang hakiki di dunia dan di akhirat hanya milikNya semata.
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman