Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Makna Tauhid Adalah Menyembah Hanya Kepada Allah dan Meninggalkan Sesembahan Selain Allah (Bagian Ke-3)

SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-24)


BAB KEENAM:
TAFSIR TAUHID DAN PENJELASAN SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH

Dalil Ketiga:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mereka (Yahudi dan Nashara) menjadikan para pemuka agama Yahudi dan ahli ibadah Nashara sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan al-Masih putra Maryam. Padahal tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka menyembah sesembahan yang satu (Allah). Tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Q.S atTaubah ayat 31)


Baca Bagian Sebelumnya:
Makna Tauhid Adalah Menyembah Hanya Kepada Allah dan Meninggalkan Sesembahan Selain Allah (Bagian Ke-2)


Penjelasan Dalil Ketiga

Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa Yahudi dan Nashara menjadikan pemuka-pemuka agama mereka sebagai tuhan selain Allah. Memang para pendeta dan rahib itu tidak disembah dalam arti pengikutnya ruku’ dan sujud kepada mereka. Tapi, jika para pendeta dan rahib itu menghalalkan sesuatu pengikutnya akan ikut dengan penuh ketundukan, demikian juga saat pendeta dan rahib itu mengharamkan sesuatu, para pengikutnya juga akan ikut-ikutan tidak peduli apakah bertentangan dengan syariat Tuhan mereka atau tidak.

Diriwayatkan bahwa seorang Sahabat Nabi Adi bin Hatim saat masih Nashrani beliau menghadap Nabi dengan berkalung salib. Melihat hal itu Nabi memerintahkan kepada beliau untuk melempar salib tersebut. Kemudian Nabi membaca surat atTaubah, di antaranya ayat ini.

Kemudian Adi bin Hatim menyatakan: Kami dulu tidak menyembah pemuka-pemuka agama tersebut.

Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bertanya:

أَلَيْسَ يُحَرِّمُوْنَ مَا أَحَلَّ اللهُ فَتُحَرِّمُوْنَهُ وَ يُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَتَسْتَحِلُّوْنَهُ ؟

Bukankah ketika mereka (para pemuka agama itu) mengharamkan yang Allah halalkan, mereka (Ahlul Kitab) mengharamkannya juga dan ketika mereka (para pemuka agama itu) menghalalkan yang diharamkan Allah mereka (Ahlul Kitab) juga menghalalkannya?

Adi bin Hatim menyatakan : Ya, benar.

Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam menyatakan:

فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ

Maka itulah bentuk peribadatan mereka kepada para pemuka agamanya.

(H.R atTirmidzi, atThobarony, al-Baihaqy, lafadz sesuai atThobarony dihasankan al-Albany)

Diriwayatkan pula bahwa Hudzaifah bin al-Yaman ditanya tentang makna ayat ini (surat atTaubah ayat 31) bahwa apa benar Ahlul Kitab itu menyembah para pendeta dan rahib-rahibnya? Hudzaifah radhiyallahu anhu menyatakan:

لاَ كَانُوْا إِذَا أَحَلُّوْا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلَّوْهُ، وَإِذَا حَرَّمُوْا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوْهُ

Tidak. Tetapi jika para pendeta dan rahibnya menghalalkan sesuatu, mereka juga menghalalkan. Jika mereka mengharamkan sesuatu, mereka ikut mengharamkan. (Riwayat atThobary dalam tafsirnya)

Maka kaum muslimin jangan sampai mengikuti jejak buruk Ahlul Kitab ini. Kaum muslimin tidak boleh menjadikan pemuka-pemuka agama Islam sebagai tandingan bagi Allah dalam menentukan halal dan haram. Mereka tidak boleh taklid buta dan mengkultuskan individu Ulama secara berlebihan. Ulama adalah panutan yang membimbing umat agar mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Jangan mengikuti seorangpun meski ia adalah guru kita sendiri jika ia menyimpang dari kebenaran, atau jelas bertentangan dengan dalil al-Quran dan hadits yang shahih.


Baca Juga:
Terjemah At-Tafsir Al-Muyassar Surah Al-Bayyinah


Kesesuaian Dalil dalam Surah atTaubah Ayat 31 dengan Bab ini

Bahwa seorang muslim yang mentauhidkan Allah adalah orang-orang yang tunduk dan patuh dalam penentuan hukum Allah. Mereka tidak mengkultuskan para Ulama secara melampaui batas. Para Ulama itu diikuti hanya jika sesuai dengan aturan Allah. Karena jika setiap ucapan Ulama diikuti tidak peduli sesuai dengan syariat Allah atau tidak, maka pada hakikatnya mereka menuhankan Ulama itu, sebagaimana orang-orang Nashara disebut menuhankan pendeta-pendeta mereka.

 

Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan