Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Selalu Bersyukur dalam Segala Situasi Kepada Allah Al Hamid

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah menyampaikan pengajaran sekaligus nasihat :

Allah subhaanahu wata’la Maha Terpuji dalam segala keadaan.

Dan termasuk petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم:

  • Bahwa apabila terjadi kepada beliau kondisi yang menggembirakan, beliau mengucapkan:

الحَمْدُ لِله الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ
“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata Yang telah menyebabkan sempurnanya berbagai kebaikan dengan nikmat-Nya.”

  • Dan apabila terjadi kepada beliau kondisi sebaliknya (yang menyedihkan-pen.) maka beliau mengucapkan dzikir:

الحَمْدُ لِله عَلَى كُلِّ حَالٍ
“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata pada segala keadaan.”

Dan memang demikianlah yang sepantasnya (diucapkan-pen.) oleh seseorang hendaknya ia berucap ketika mendapati sesuatu kondisi yang tidak disukai dengan;

الحَمْدُ لِله عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata pada segala keadaan.”

Adapun ungkapan yang kita dengar dari sebagian masyarakat yang mengucapkan:

الحمد لله الذي لا يحمد على مكروه سواه

“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata yang tidak ada pihak lain Yang memperoleh pujian dalam kondisi yang tidak disukai selain Dia saja,”
maka ungkapan ini menyelisihi ajaran yang dituntunkan dalam Assunnah (petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم).

Mestinya (cukup) berdzikir seperti yang diucapkan Nabi عليه الصلاة وااسلام:

الحَمْدُ لِله عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata pada segala keadaan.”

Adapun jika anda mengucapkan

الحمد لله الذي لا يحمد على مكروه سواه

“Segala pujian kesempurnaan bagi Allah semata yang tidak ada pihak lain Yang memperoleh pujian dalam kondisi yang tidak disukai selain Dia saja.”
Seakan-akan anda menampakkan bahwa anda membenci keadaan yang ditaqdirkan Allah kepada anda.
Dan yang demikian tidaklah pantas.

Sehingga merupakan kewajiban manusia untuk ridha terhadap keadaan yang ditakdirkan Allah subhaanahu wata’la baginya baik berupa kesusahan ataupun kebahagiaan.
Karena yang menetapkan takdir keadaan tersebut bagi anda, siapa?
(Tentunya) Allah ‘azza wajalla, Yang Dia adalah Tuhan anda. Sedangkan anda adalah hamba-Nya. Dan Dia juga Mahakuasa. Sementara anda berada dibawah kekuasan-Nya

Apabila Allah Yang Menetapkan takdir keadaan yang tidak anda sukai, janganlah anda gelisah. (Justru) wajib bagi anda untuk rela, bersabar, dan jangan sampai anda terbawa emosi.
Jangan terbawa emosi (meski hanya) dalam hatimu, ataukah dengan lisanmu, apalagi dengan anggota badanmu.

Sabar dan tabahlah!

Sementara keadaan itu akan berlalu. Sedangkan (sebagaimana ungkapan);

ﻭَﺩَﻭَاﻡُ اﻟﺤَﺎﻝِ ﻣِﻦْ اﻟﻤُﺤَﺎﻝِ

“(mengira) keadaan yang tidak berubah merupakan bagian dari perkara mustahil.” (yakni yakinlah segala sesuatu pasti ada akhirnya-pent)

Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﻭَاﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺼْﺮَ ﻣَﻊَ اﻟﺼَّﺒْﺮِ، ﻭَﺃَﻥَّ اﻟْﻔَﺮَﺝَ ﻣَﻊَ اﻟْﻜَﺮْﺏِ، ﻭَﺃَﻥَّ ﻣَﻊَ اﻟْﻌُﺴْﺮِ ﻳُﺴْﺮًا
“Dan ketahuilah, bahwa pertolongan akan diberikan dengan kesabaran. Sedangkan jalan keluar akan muncul setelah dilaluinya kesusahan. Dan (yakinlah) bahwa sesudah kesulitan akan diperoleh kemudahan.”
(HR. Ahmad 1/307).

Sehingga Allah ‘Azza waJalla Maha Terpuji pada segala situasi, baik di kala lapang maupun sempit.
Karena apabila Dia Memutuskan takdir berupa kelapangan berarti itu hakekatnya adalah cobaan dan ujian.

Allah ta’ala berfirman:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan Kami menguji kalian baik berupa keburukan maupun kebaikan sebagai cobaan.” [QS. Al Anbiya : 35]

Ketika Nabi Sulaiman alaihissalam mendapati singgasana Ratu Bilqis telah sampai di hadapan beliau, beliau bersabda (sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Firman-Nya):

هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ
“Ini termasuk karunia Tuhanku sebagai ujian bagiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya itu).” [QS. An Naml : 40]

Jadi, apabila anda dikaruniai kenikmatan janganlah sekedar merasa bahwa itu benar-benar kenikmatan semata, sehingga anda puas dan bersuka cita.

Benar memang, bahwa itu merupakan nikmat, tanpa diragukan lagi.
Akan tetapi ketahuilah bahwa anda sedang diuji dengannya.
Apakah anda menunaikan rasa syukur terhadapnya ataukah tidak?

Jika anda tertimpa kesusahan, bersabarlah. Karena yang demikian juga merupakan cobaan dan ujian dari Allah.

Sesungguhnya Allah telah berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanyalah bagi orang-orang yang bersabarlah dipenuhi balasan kebaikannya tanpa batas.” [QS. Az Zumar : 10]

■■■■■■■■■■■■■■■

Teks Arab:

ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻫﺪﻱ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺇﺫا ﺟﺎءﻩ ﻣﺎ ﻳﺴﺮ ﺑﻪ ﻗﺎﻝ: «اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﺑﻨﻌﻤﺘﻪ ﺗﺘﻢ اﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ» ، ﻭﺇﺫا ﺟﺎءﻩ ﺧﻼﻑ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻝ: «اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ» (¹) ، ﻭﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﺬﻱ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻹﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻋﻨﺪ اﻟﻤﻜﺮﻭﻩ «اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ» ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﻘﻮﻟﻪ ﺑﻌﺾ اﻟﻨﺎﺱ (اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺤﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﺳﻮاﻩ) ﻓﻬﺬا ﺧﻼﻑ ﻣﺎ ﺟﺎءﺕ ﺑﻪ اﻟﺴﻨﺔ ﺑﻪ، ﻗﻞ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ اﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ: «اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ» ﺃﻣﺎ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻝ: (اﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺤﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﺳﻮاﻩ) ﻓﻜﺄﻧﻚ اﻻﻥ ﺗﻌﻠﻦ ﺃﻧﻚ ﻛﺎﺭﻩ ﻣﺎ ﻗﺪﺭ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ، ﻭﻫﺬا ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ، ﺑﻞ اﻟﻮاﺟﺐ ﺃﻥ ﻳﺼﺒﺮ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺪﺭ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻤﺎ ﻳﺴﻮﺅﻩ ﺃﻭ ﻳﺴﺮﻩ، ﻷﻥ اﻟﺬﻱ ﻗﺪﺭﻩ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻫﻮ ﺭﺑﻚ ﻭﺃﻧﺖ ﻋﺒﺪﻩ، ﻫﻮ ﻣﺎﻟﻜﻚ ﻭﺃﻧﺖ ﻣﻤﻠﻮﻙ ﻟﻪ، ﻓﺈﺫا ﻛﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﻫﻮ اﻟﺬﻱ ﻗﺪﺭ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﺎ ﺗﻜﺮﻩ ﻓﻼ ﺗﺠﺰﻉ، ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﺼﺒﺮ ﻭﺃﻻ ﺗﺘﺴﺨﻂ ﻻ ﺑﻘﻠﺒﻚ ﻭﻻ ﺑﻠﺴﺎﻧﻚ ﻭﻻ ﺑﺠﻮاﺭﺣﻚ، اﺻﺒﺮ ﻭﺗﺤﻤﻞ ﻭاﻷﻣﺮ ﺳﻴﺰﻭﻝ ﻭﺩﻭاﻡ اﻟﺤﺎﻝ ﻣﻦ اﻟﻤﺤﺎﻝ، ﻗﺎﻝ اﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ: «ﻭاﻋﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﻨﺼﺮ ﻣﻊ اﻟﺼﺒﺮ، ﻭﺃﻥ اﻟﻔﺮﺝ ﻣﻊ اﻟﻜﺮﺏ، ﻭﺃﻥ ﻣﻊ اﻟﻌﺴﺮ ﻳﺴﺮا» (²) ، ﻓﺎﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ ﻣﻦ اﻟﺴﺮاء ﺃﻭ اﻟﻀﺮاء؛ ﻷﻧﻪ ﺇﻥ ﻗﺪﺭ اﻟﺴﺮاء ﻓﻬﻮ اﺑﺘﻼء ﻭاﻣﺘﺤﺎﻥ، ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: {ﻭﻧﺒﻠﻮﻛﻢ ﺑﺎﻟﺸﺮ ﻭاﻟﺨﻴﺮ ﻓﺘﻨﺔ} [ اﻷﻧﺒﻴﺎء: 35].
ﻭﻟﻤﺎ ﺭﺃﻯ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﻋﺮﺵ ﺑﻠﻘﻴﺲ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ ﻗﺎﻝ: {ﻫﺬا ﻣﻦ ﻓﻀﻞ ﺭﺑﻲ ﻟﻴﺒﻠﻮﻧﻲ ءﺃﺷﻜﺮ} [ اﻟﻨﻤﻞ: 40]
.ﻓﺈﺫا ﺃﺻﺒﺖ ﺑﺎﻟﻨﻌﻤﺔ ﻻ ﺗﺄﺧﺬﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻬﺎ ﻧﻌﻤﺔ ﻓﺘﻤﺮﺡ ﻭﺗﻔﺮﺡ، ﻫﻲ ﻧﻌﻤﺔ ﻻ ﺷﻚ ﻟﻜﻦ اﻋﻠﻢ ﺃﻧﻚ ﻣﻤﺘﺤﻦ ﺑﻬﺎ ﻫﻞ ﺗﺆﺩﻱ ﺷﻜﺮﻫﺎ ﺃﻭ ﻻ ﺗﺆﺩﻱ، ﺇﻥ ﺃﺻﺎﺑﺘﻚ ﺿﺮاء ﻓﺎﺻﺒﺮ ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ اﺑﺘﻼء ﻭاﻣﺘﺤﺎﻥ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻟﻴﺒﻠﻮﻙ ﻫﻞ ﺗﺼﺒﺮ ﺃﻭ ﻻ ﺗﺼﺒﺮ، ﻭﺇﺫا ﺻﺒﺮﺕ ﻭاﺣﺘﺴﺒﺖ اﻷﺟﺮ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﻓﺈﻥ اﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ: {ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻮﻓﻰ اﻟﺼﺎﺑﺮﻭﻥ ﺃﺟﺮﻫﻢ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﺴﺎﺏ} [ اﻟﺰﻣﺮ: 10]
___
(1) ﺗﻘﺪﻡ ﺗﺨﺮﻳﺠﻪ ﺻ (15) .
[ﺃﺧﺮﺟﻪ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻓﻲ ﺃﺑﻮاﺏ اﻷﺩﺏ، ﺑﺎﺏ: ﻓﻀﻞ اﻟﺤﺎﻣﺪﻳﻦ (3803) ، ﻭاﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺘﺪﺭﻙ 1/449 ﻛﺘﺎﺏ اﻟﺪﻋﺎء ﻭﻗﺎﻝ: ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ اﻹﺳﻨﺎﺩ، ﻭﺃﻗﺮﻩ اﻟﺬﻫﺒﻲ.]
(2) ﺃﺧﺮﺟﻪ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﻨﺪ (1/307).

□□□□□□□□□□□□□□□□□
Diterjemahkan oleh Abu Abdirrohman Sofian dari sumber:
Tafsir Juz ‘Amma 1/127-128, ayat ke-8 dari Surah Al Buruj, penjelasan makna Nama Allah; Al Hamid.

Tinggalkan Balasan