Namun Kalian Lebih Mementingkan Dunia Padahal Akhirat Lebih Baik dan Kekal
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
بَل تُؤثِرُونَ ٱلحَيَوٰةَ ٱلدُّنيَا ١٦ وَٱلأٓخِرَةُ خَيرٌ وَأَبقَىٰٓ ١٧
Tetapi kalian lebih mementingkan kehidupan dunia. Padahal akhirat lebih baik dan kekal (Q.S al-A’laa ayat 16-17)
فَمَا مَتَٰعُ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا فِي ٱلأٓخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Tidaklah kenikmatan kehidupan dunia dibandingkan akhirat melainkan hanyalah sedikit (Q.S atTaubah ayat 38)
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
وَاللهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ؟
Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti kalian celupkan jari telunjuk kalian ke dalam samudera. Perhatikanlah, berapa banyak yang menempel (di jari kalian dibandingkan yang masih tersisa di samudera)? (H.R Muslim dari Mustawrid)
anNawawiy rahimahullah menyatakan:
Makna hadits ini menunjukkan bahwa tidaklah dunia dibandingkan akhirat dari sisi pendeknya durasi waktunya, dan lenyapnya kenikmatan yang dirasakan dibandingkan akhirat yang kenikmatannya berlangsung terus menerus adalah seperti air yang menempel di jari dibandingkan air samudera yang masih tersisa (setelah jari itu dicelupkan ke samudera, pent).
(al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj)
Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
آثرنا الدنيا؛ لأنا رأينا زينتها ونساءها وطعامها وشرابها، وزُوِيت عنا الآخرة، فاخترنا هذا العاجل، وتركنا الآجل
Kita lebih mendahulukan dunia, karena kita melihat keindahannya, para wanitanya, makanan dan minuman (yang terpampang di dunia). Tertutup bagi kita (penglihatan terhadap kehidupan akhirat). Maka kita lebih memilih yang segera dibandingkan yang masih ditunda.
(riwayat atThobariy dalam Tafsirnya)
Malik bin Dinar rahimahullah menyatakan:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا مِنْ ذَهَبٍ يَفْنَى، وَالْآخِرَةُ مِنْ خَزَفٍ يَبْقَى، لَكَانَ الْوَاجِبُ أَنْ يُؤْثَرَ خَزَفٌ يَبْقَى، عَلَى ذَهَبٍ يَفْنَى. قَالَ: فَكَيْفَ وَالْآخِرَةُ مِنْ ذَهَبٍ يَبْقَى، وَالدُّنْيَا مِنْ خزف يفنى
Kalau seandainya dunia itu terbuat dari emas dan akan sirna, sedangkan akhirat terbuat dari tembikar/keramik yang akan tetap langgeng, niscaya wajib bagi kita untuk lebih mendahulukan tembikar/keramik yang tetap langgeng dibandingkan emas yang akan sirna. Lalu bagaimana jika akhirat itu adalah berupa emas yang akan tetap langgeng sedangkan dunia adalah tembikar/keramik yang akan sirna?
(dikutip al-Qurthubiy dalam Tafsirnya)
Oleh: Abu Utsman Kharisman