Menjelaskan Kebenaran Bagian Perjanjian Orang Berilmu kepada Allah
Firman Allah Azza wa Jalla:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
[آل عمران : ١۸٧]Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian terhadap orang-orang yang diberikan alKitab, “hendaklah kalian menjelaskan (kebenaran) kepada manusia dan janganlah kalian menyembunyikannya.” Kemudian mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Maka sangat buruk yang mereka pertukarkan itu.
(QS. Ali Imran: 187)
Apakah yang dimaksud Al-Miitsaq?
Al ‘Allamah al-Mufassir asySyaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahimahullah menjelaskan:
الميثاق هو العهد الثقيل المؤكد
Al-Miitsaq adalah perjanjian yang kuat yang sangat ditekankan. (Taisirul Karimir Rahman hal. 160)
Artikel bermanfaat lainnya: Komitmen Berpegang Teguh dengan Manhaj Salaf Meskipun Manusia Menjauhinya
Siapa saja yang terikat perjanjian tersebut?
Berkata Abul Mudzaffar asSam’any asy Syafi’iy (w 489 H) rahimahullah dalam tafsirnya:
وَقيل: أراد به اليهود، أخذ اللّٰه ميثاقهم أن يبينوا نعت محمد للناس ولا يكتمونه. و قيل : هُوَ فِي جَمِيع الْعلمَاء، أَخذ الله مِيثَاق الْعلمَاء: أَن يبينوا الْعلم للنَّاس وَلَا يكتمونه، وَفِي الحَدِيث: مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
(Para ulama) ada yang mengatakan: Yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi yang Allah telah mengambil perjanjian mereka agar mereka menjelaskan sifat Muhammad ﷺ kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.
Dikatakan juga (oleh para ahli tafsir): Perjanjian itu tertuju terhadap setiap ulama, Allah telah mengikat perjanjian para ulama supaya mereka menerangkan ilmu kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.
Di dalam sebuah hadits (disebutkan):
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ) بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian dia menyembunyikannya maka dia akan diberi tali kekang (pada hari kiamat) dengan tali kekang dari api (neraka) (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan Syaikh al Albani rahimahullah -pent)
(Tafsir alQur’an: 1/387)
Baca juga: Ingin Mengerti Mana yang Benar dan yang Batil? Kuncinya Bertaqwa kepada Allah
Pendapat kedua inilah yang didukung oleh Syaikh Abdurrahman As Sa’diy masih di halaman yang sama dalam tafsirnya, pada ucapan beliau:
وهذا الميثاق أخذه الله تعالى على كل من أعطاه الله الكتب وعلمه العلم، أن يبين للناس ما يحتاجون إليه مما علمه الله، ولا يكتمهم ذلك، ويبخل عليهم به، خصوصا إذا سألوه، أو وقع ما يوجب ذلك، فإن كل من عنده علم يجب عليه في تلك الحال أن يبينه، ويوضح الحق من الباطل. فأما الموفقون، فقاموا بهذا أتم القيام، وعلموا الناس مما علمهم الله، ابتغاء مرضاة ربهم، وشفقة على الخلق، وخوفا من إثم الكتمان. وأما الذين أوتوا الكتاب، من اليهود والنصارى ومن شابههم، فنبذوا هذه العهود والمواثيق وراء ظهورهم، فلم يعبأوا بها، فكتموا الحق، وأظهروا الباطل، تجرؤا على محارم الله، وتهاونا بحقوق الله، وحقوق الخلق، واشتروا بذلك الكتمان ثمنا قليلا، وهو ما يحصل لهم إن حصل من بعض الرياسات، والأموال الحقيرة، من سفلتهم المتبعين أهواءهم، المقدمين شهواتهم على الحق
فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ، لأنه أخس العوض، والذي رغبوا عنه -وهو بيان الحق، الذي فيه السعادة الأبدية، والمصالح الدينية والدنيوية- أعظم المطالب وأجلها، فلم يختاروا الدنيء الخسيس ويتركوا العالي النفيس، إلا لسوء حظهم وهوانهم، وكونهم لا يصلحون لغير ما خلقوا له
Dan Allah telah mengambil perjanjian ini atas seluruh yang Allah berikan kitab-kitab (Samawi), dan kepada yang telah Allah ajarkan ilmu kepadanya, agar dia menjelaskan kepada manusia perkara yang mereka butuhkan dari apa yang telah Allah ajarkan kepadanya. Dan dia tidak menyembunyikan (ilmu) kepada mereka, dan dia tidak bersikap kikir atas mereka dengannya.
Secara khusus apabila mereka bertanya kepadanya, atau apabila terjadi sebuah perkara yang mewajibkan (butuh kepada penjelasan). Maka sungguh setiap pemilik ilmu dalam kondisi tersebut wajib untuk menjelaskannya, dan menerangkan yang benar dari yang batil.
Adapun orang-orang yang diberi taufik, mereka akan menegakkan perkara ini dengan bentuk penegakan yang sempurna, mereka akan mengajarkan kepada manusia apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka, dalam rangka mengharap keridhaan Rabb mereka, dan kasih sayang mereka kepada makhluk. Dan mereka takut dari dosa menyembunyikan (ilmu).
Adapun orang-orang yang diberikan kepada mereka al-Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan yang semisal dengan mereka, maka mereka melemparkan perjanjian-perjanjian ini ke belakang punggung mereka dan mereka tidak peduli dengannya. Mereka menyembunyikan kebenaran dan menampakkan kebatilan. Mereka lancang terhadap perkara-perkara yang diharamkan Allah, dalam keadaan mereka mengangap remeh hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Dan mereka menukar dengan menyembunyikan (kebenaran) dengan harga yang sedikit, yaitu mereka ingin meraih apa yang bisa mereka raih jika mereka bisa meraihnya, dari sebagian kepemimpinan dan harta-harta yang rendah, dari orang-orang rendahan mereka yang mengikuti hawa nafsu mereka, yang mendahulukan syahwat-syahwat mereka diatas kebenaran.
فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ
Maka sangat buruk apa yang mereka pertukarkan itu, dikarenakan ia merupakan ganti yang paling buruk.
Dan perkara yang mereka benci yaitu menjelaskan kebenaran yang di dalamnya ada kebahagiaan yang abadi dan kemaslahatan agama dan dunia. (Yang itu adalah) perkara yang paling agung yang dituntut dan yang paling mulianya.
Sehingga tidaklah mereka memilih sesuatu yang hina dan murahan dan meninggalkan sesuatu yang tinggi dan berharga kecuali karena jeleknya bagian dan rendahnya mereka, dan kondisi mereka yang tidak pantas untuk selain dari apa yang mereka telah diciptakan untuknya.
(Taisirul Karimir Rahman hal. 160)
Artikel bermanfaat lainnya: Agama adalah An-Nashiihah
Apa maksud Al Kitman dalam ayat tersebut dan bagaimana saja bentuknya?
Disebutkan oleh asySyaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah dalam tafsirnya terhadap surah Ali Imran ayat 187:
والكتمان نوعان: إما إخفاء بعض الآيات، وإما تحريف الآيات إلى معانٍ أخرى، فإن هذا يعد كتمًا؛ لأن الذي يحرف الآيات إلى معانٍ أخرى لم يبين الآيات على ما هي عليه، بل كتم المعنى الحقيقي المراد إلى معنًى آخر، فالكتم إذن نوعان: إخفاء لبعض الآيات كما قال الله تعالى: ﴿تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا﴾ [الأنعام ٩١]، وإما أن يكون الكتم كتم المعنى، أي لا يُبين المعنى، وإنما يُحرف
فالكتم إذن نوعان: إخفاء الألفاظ، والثاني: إخفاء المعاني، بحيث لا يغير اللفظ لكن يغير المعنى، فهذا كتمان
Menyembunyikan (al-kitman) terbagi menjadi dua:
– bisa dengan menyembunyikan sebagian ayat-ayat
– bisa juga menyimpangkan makna ayat kepada makna-makna yang lain, maka ini juga tergolong bentuk menyembunyikan. Dikarenakan seorang yang menyimpangkan ayat-ayat kepada makna yang lain, dia tidak menjelaskan makna ayat di atas makna yang sebenarnya. Bahkan dia menyembunyikan makna yang sebenarnya yang dimaksud kepada makna yang lain. Maka bentuk menyembunyikan jika demikian ada dua bentuk, menyembunyikan sebagian ayat sebagaimana firman Allah:
تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا
Kalian menyalinnya (Taurat) dalam lembaran kertas-kertas yang kalian tampakkan (kepada manusia) dan kalian sembunyikan sebagian besar isinya (QS. al-An’am: 91)
Dan (al-kitman) bisa dengan menyembunyikan makna yaitu dia tidak menjelaskan makna (yang benar), akan tetapi disimpangkan (maknanya).
Dengan demikian, bentuk menyembunyikan itu ada dua: menyembunyikan lafadz-lafadznya dan menyembunyikan makna-maknanya dari sisi dia tidak mengubah lafadznya akan tetapi mengubah maknanya, maka ini bentuk menyembunyikan.
(Transkrip kajian tafsir surah Ali Imran Syaikh Ibnu Utsaimin)
Penulis:
Abu Ali Zain