Surga Dunia: Keimanan, Ilmu, Ketaatan Dan Cinta Kepada Allah
Meski dunia adalah penjara bagi kaum beriman, tapi dunia bukanlah Neraka bagi mereka. Keimanannyalah yang menuntun mereka menikmati hidup dalam kecintaan kepada Allah, berbahagia karena bisa menyuguhkan ketaatan kepada Allah. Duhai sungguh nikmatnya.
Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
Barangsiapa yang beramal sholih baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan berikan kepada mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka perbuat (Q.S anNahl ayat 97)
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa ‘kehidupan yang baik’ itu adalah kebahagiaan di dunia (Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi (4/125)).
Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan bahwa makna kehidupan yang baik (indah) itu adalah Surga dunia (al-Jawaabul Kaafi (1/139)).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
Manusia jika terus menerus taat kepada Allah secara lahir dan batin, ia berada dalam kenikmatan iman, dan ilmu memasukinya pada sisi-sisinya, maka ia berada di Surga dunia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: Jika kalian bertemu dengan kebun-kebun Surga, bergabunglah. Ditanyakan kepada Nabi: Apakah kebun-kebun Surga itu? Nabi menjawab: Majelis-majelis dzikir (ilmu).
(Majmu’ al-Fataawa (14/160))
Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu tidak kerasan tinggal di dunia kalau tidak ada 3 hal:
- Sholat,
- Duduk di majelis ilmu,
- Berjihad dijalan Allah.
Umar radhiyallahu anhu berkata:
لَوْلَا ثَلَاث لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُوْنَ قَدْ لَقِيْتُ اللهَ لَوْلَا أَنْ أَضَعَ جَبْهَتِي لله أَوْ أَجْلِسَ فِي مَجَالِسٍ يُنْتَقَى فِيْهَا طَيِّبُ الْكَلَامِ كَمَا يُنْقَى جَيِّدُ التَّمْرِ أَوْ أَنْ أَسِيْرَ فِي سَبِيْلِ الله عَزَّ وَجَلَّ
Kalaulah tidak karena 3 hal, aku ingin segera berjumpa dengan Allah. Kalaulah tidak karena aku letakkan dahiku (bersujud) untuk Allah, atau aku duduk di majelis untuk memetik ucapan-ucapan yang baik sebagaimana memetik kurma yang baik, atau aku berjalan (berjihad) di jalan Allah Azza Wa Jalla (riwayat Ahmad dalam az-Zuhd)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan makna ucapan Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu tersebut:
Ucapan Umar radhiyallahu anhu itu termasuk ucapan yang padat dan sempurna. Beliau adalah orang yang diberi ilham (kebenaran). Setiap ucapan beliau berisi kebaikan yang banyak. Seperti 3 hal yang beliau sebutkan itu. Beliau menyebutkan sholat, jihad, dan ilmu. Tiga hal ini adalah termasuk amalan yang paling utama menurut kesepakatan umat (Islam).
(Minhajus Sunnah anNabawiyyah (6/39))
Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan:
Sikap menghadapkan diri kepada Allah Ta’ala, inabah (kembali bertaubat) kepadaNya, ridha kepadaNya, penuhnya cinta kepada Allah dalam hati, tekun dalam berdizkir mengingatNya, gembira dan bahagia karena mengenalNya, adalah balasan yang disegerakan. Itu adalah Surga (dunia). Juga (kenikmatan) kehidupan yang tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan raja-raja sekalipun.
Dan aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah menyucikan ruh beliau- berkata: Sesungguhnya di dunia terdapat Surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, tidak akan memasuki Surga akhirat (al-Waabilus Shoyyib (1/67))
Dikutip dari Buku “DAHSYATNYA KENIKMATAN SURGA DAN ADZAB DI NERAKA”, Abu Utsman Kharisman, Penerbit atTuqo Yogyakarta