Kapan Seorang Hamba Mengetahui Bahwa Sebuah Musibah adalah Ujian atau Adzab?
Al-‘Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah -mantan mufti besar kerajaan Saudi Arabia- pernah ditanya oleh seseorang:
Apabila seseorang ditimpa musibah berupa sakit atau bencana pada jiwa dan juga hartanya, bagaimanakah dia mengetahui bahwa musibah tersebut adalah ujian atau kemurkaan dari Allah ﷻ?
Beliau menjawab:
Allah ﷻ telah menguji hamba-hambaNya dengan kesenangan dan kesulitan, juga kesempitan dan kesejahteraan (dalam hidup).
Terkadang Allah ﷻ menguji hamba-hamba Nya dalam rangka mengangkat derajat mereka, meninggikan kedudukan mereka disisiNya, dan juga melipatgandakan kebaikan-kebaikan mereka.
Seperti ujian yang Allah timpakan kepada para Nabi dan Rasul alaihimush sholatu was salaam, demikian juga kepada orang-orang salih dari hamba-hamba-Nya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,
أَشَدُّ الناسِ بَلاَءاً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصالحِونَ ثمَّ الامثَلُ فالأَمثَلُ
“Manusia yang paling dahsyat cobaannya adalah para Nabi kemudian orang-orang salih kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka”.
Artikel penting lainnya: Selalu Bersyukur dalam Segala Situasi kepada Allah Al-Hamid
Terkadang pula Allah menguji hamba-Nya disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan yang mereka lakukan, maka yang demikian adalah adzab yang disegerakan. Allah ﷻ berfirman:
وَما أَصابكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِماَ كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَن كَثِيْرٍ
“Dan apa yang menimpa kalian dari musibah-musibah, maka itu disebabkan oleh (perbuatan dosa) tangan-tangan kalian sendiri, dan Dia (Allah) memaafkan sebagian besar dari (dosa-dosa) itu.”
(QS. asy-Syuro: 30)
Kebanyakan dari manusia mereka sering abai dan tidak melaksanakan perkara-perkara yang diwajibkan (dalam syariat). Maka musibah yang menimpa orang tersebut adalah disebabkan dosa-dosanya dan juga karena dia meninggalkan perintah-perintah Allah.
Apabila ada seorang hamba Allah yang sholih ditimpa sebuah musibah berupa penyakit atau semisalnya, maka ini termasuk dari jenis ujian seperti yang Allah timpakan kepada para Nabi dan Rasul untuk diangkat derajatnya dan dibesarkan ajr (pahala) baginya, dan sebagai qudwah (teladan) bagi selainnya dalam hal kesabaran dan mengharapkan balasan pahala dari Allah.
Artikel bermanfaat lainnya: Doa Memohon Ampunan dan Keselamatan Setiap Pagi dan Petang
Jadi memang, musibah itu bisa sebagai ujian yang Allah berikan untuk mengangkat derajat atau memperbanyak pahala seseorang, sebagaimana yang Dia timpakan kepada para Nabi dan Rasul dan kepada sebagian orang-orang yang baik. Bisa pula Allah berikan musibah tersebut kepada hamba-Nya sebagai penghapus dosa-dosa baginya, hal ini sebagaimana yang Allah katakan dalam ayat Nya:
مَن يَعْمَل سُوْءاً يُجْزَ بِهِ
“Barangsiapa yang melakukan sebuah kejelekan niscaya ia akan dibalas karenanya.”
(QS. an-Nisa’: 123)
Juga sebagaimana yang Nabi ﷺ sabdakan:
ما أصابَ المُسلمُ مِن هَمٍّ ولا غَمٍّ ولا نَصَبٍ ولا وَصَبٍ ولا حُزْنٍ ولا أَذَىً إلا كَفَّرَ اللَّهُ بِها مِن خَطاياهُ حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها
“Tidaklah menimpa seorang muslim sebuah musibah berupa penyakit dan keletihan, kekhawatiran dan kesedihan, dan tidak pula berupa gangguan ataupun kesusahan, kecuali Allah akan hapuskan dengan sebab itu dosa-dosanya sampaipun sepotong duri yang melukainya.”
Demikian pula sabda beliau ﷺ:
من يرد الله به خيرا يصب منه
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan untuknya, dia akan diberikan cobaan dengan sebab itu.”
Baca Juga: Faktor-Faktor Pendukung Terkabulkannya Doa
Dan bisa jadi juga, musibah itu adalah adzab/hukuman yang disegerakan kepada hamba-hamba Allah karena kemaksiatan-kemaksiatan dan tidak bersegeranya mereka untuk bertaubat dari kemaksiatan tersebut, agar dengan (adanya musibah) itu dia bertaubat. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ:
إذاَ أرادَ اللهُ بعَبْدِهِ الخَيْرَ عَجَّلَ لهَ العُقُوبَةَ في الدُّنيا وإذا أرادَ اللهُ بِعبدِه الشَّرَّ أمسَكَ عنه بِذَنبِهِ حتى يُوافِيَ يَومَ القِيامةِ
“Kalau seandainya Allah menginginkan untuk hamba-Nya kebaikan, nicaya Dia akan menyegerakan hukuman bagi hamba tersebut di dunia. Namun jika Allah menginginkan kejelekan untuk seorang hamba, niscaya Allah akan menahan dosa-dosanya sampai (terkumpul) dan akan dibalaskan dengan sempurna di hari kiamat kelak.”
(HR. at-Tirmidzi dan beliau menghasankannya)
Disadur dari kitab: Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Ibnu Baaz (4/371).
Teks Arab:
متى يعرف العبد أن هذا الابتلاء امتحان أو عذاب؟
س: إذا ابتلي أحد بمرض أو بلاء سيئ في النفس أو المال، فكيف يعرف أن ذلك الابتلاء امتحان أو غضب من عند الله؟
ج: الله يبتلي عباده بالسراء والضراء وبالشدة والرخاء، وقد يبتليهم بها لرفع درجاتهم وإعلاء ذكرهم ومضاعفة حسناتهم كما يفعل بالأنبياء والرسل -عليهم الصلاة والسلام- والصلحاء من عباد الله، كما قال النبي ﷺ: أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل، وتارة يفعل ذلك سبحانه بسبب المعاصي والذنوب، فتكون العقوبة معجلة كما قال سبحانه: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ [الشورى:30].
فالغالب على الإنسان التقصير وعدم القيام بالواجب، فما أصابه فهو بسبب ذنوبه وتقصيره بأمر الله، فإذا ابتلي أحد من عباد الله الصالحين بشيء من الأمراض أو نحوها فإن هذا يكون من جنس ابتلاء الأنبياء والرسل رفعًا في الدرجات وتعظيمًا للأجور، وليكون قدوة لغيره في الصبر والاحتساب.
فالحاصل أنه قد يكون البلاء لرفع الدرجات وإعظام الأجور كما يفعل الله بالأنبياء وبعض الأخيار، وقد يكون لتكفير السيئات كما في قوله تعالى: مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ [النساء:123] وقول النبي ﷺ: ما أصاب المسلم من هم ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها، وقوله ﷺ من يرد الله به خيرا يصب منه، وقد يكون ذلك عقوبة معجلة بسبب المعاصي وعدم المبادرة للتوبة كما في الحديث عنه ﷺ أنه قال: إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة خرجه الترمذي وحسنه[1].
مجموع فتاوى ومقالات ابن باز (4/ 371).
Diterjemahkan oleh:
Abu Hatim Ismail
Sumber:
https://bit.ly/3ws6MSs