Khotbah Jumat: Kemerdekaan Bangsa Indonesia Didapatkan dengan Rahmat Allah
Disampaikan di masjid al-Fauzan Ma’had al I’tishom Sumberlele Kraksaan Probolinggo pada 11 Shafar 1446 H/ 16 Agustus 2024 M
Khotbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ باِللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} .{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً}{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً}أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Segala puji bagi Allah Ta’ala atas segala nikmat-Nya. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan-Nya. Marilah kita bertakwa kepada-Nya karena tidak ada keselamatan dari siksaan-Nya melainkan kembali berlindung kepada-Nya.
Salah satu bacaan sujud yang dibaca Nabi di dalam shalat malam adalah:
اللهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu. Dan (aku berlindung) dengan pemaafan-Mu dari siksaan-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian terhadap-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri (H.R Muslim dari Aisyah)
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Bangsa Indonesia bergembira dengan kemerdekaannya. Bahkan, dituangkan pernyataan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan ini didapatkan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Pengakuan bahwa tanpa rahmat Allah, tidak akan tercapai kemerdekaan ini.
Maka janganlah mengisi kemerdekaan ini dengan bermaksiat kepada-Nya. Jangan meluapkan kegembiraan yang justru mengakibatkan kemurkaan Allah Ta’ala.
Jangan dengan alasan merayakan kemerdekaan, bercampur baur laki dan wanita yang bukan mahram, kemudian para wanita menampakkan auratnya. Wal Iyaadzu Billaah.
Semua kita berharap rahmat Allah. Semua kita berharap agar rahmat Allah itu tetap dicurahkan kepada kita tanpa terputus.
Ikuti bimbingan Allah agar kita mendapatkan rahmat-Nya. Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kita mendapatkan rahmat.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kalian mendapatkan rahmat (Q.S Ali Imran ayat 132)
Bagian dari menaati Rasul itu adalah menjauhi kebid’ahan. Jangan mengada-adakan hal-hal baru dalam syariat agama ini yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Dalam khotbah Jumat, Nabi shollallahu alaihi wasallam memperingatkan dari bahaya kebid’ahan:
وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Setiap bid’ah adalah sesat (H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah ketika menjelaskan khotbah Nabi shollallahu alaihi wasallam)
Tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan taati Rasul, agar kita mendapatkan rahmat Allah.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan taatilah Rasul, agar kalian mendapatkan rahmat (Q.S anNuur ayat 56)
Jangan sampai dengan alasan merayakan kemerdekaan, kalian meninggalkan shalat. Jangan sampai dengan alasan merayakan kemerdekaan, kalian justru membuat kebisingan yang mengganggu orang-orang yang shalat di masjid-masjid.
Bertakwalah kalian kepada Allah agar kalian mendapat rahmat-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah Kedua:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجَمَعِيْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah….
Bagian dari larangan Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah mencela dan mencaci para pemimpin. Begitu banyak saat ini celaan dan cacian kepada para pemimpin, baik secara langsung atau melalui media-media sosial. Sesungguhnya hal itu dilarang oleh Nabi dan para Sahabat beliau.
لَا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ، وَلَا تَغِشُّوهُمْ، وَلَا تَبْغَضُوهُمْ، وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا؛ فَإِنَّ الْأَمْرَ قَرِيبٌ
Janganlah kalian mencela para pemimpin kalian, jangan menipu mereka, jangan marah kepada mereka, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, karena urusannya sudah dekat (H.R Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah dengan sanad yang baik (jayyid))
Sahabat Nabi Anas bin Malik radhiyallahu anhu menyatakan:
كَانَ اْلأَكَابِرُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَوْنَنَا عَنْ سَبِّ اْلأُمَرَاءِ
Para pembesar dari Sahabat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang kami dari mencela para pemimpin (riwayat Ibnu Abdil Bar dalam atTamhid)
Sahabat Nabi Abud Darda’ radhiyallahu anhu menyatakan:
وإنَّ أوَّل نِفَاقِ الْمَرْءِ طَعْنُهُ عَلَى إِمَامِهِ
Sesungguhnya awal kemunafikan pada seseorang adalah celaannya kepada pemimpinnya (riwayat Ibnu Abdil Bar dalam atTamhid dan Ibnu Asakir)
Kemerdekaan bukan berarti bebas mencela dan mencaci. Terapkan adab dan akhlak yang baik. Seorang muslim yang baik tidaklah suka mencaci dan mencela.
Taatilah waliyyul amr (pemimpin/penguasa) dalam hal yang ma’ruf. Selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta UlulAmri (pemegang kekuasaan) di antara kalian…(Q.S anNisaa’ ayat 59)
Doakan kebaikan untuk para pemimpin kaum muslimin. Apabila ada nasihat yang perlu disampaikan, sampaikanlah dengan penyampaian yang terbatas hanya engkau dan beliau saja. Sebagaimana bimbingan Nabi dalam hadits riwayat al-Hakim dan lainnya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, dan pertolongan-Nya kepada kita semua.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ
Oleh: Abu Utsman Kharisman