Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Wasiat Allah kepada Nabi Isa untuk Menegakkan Shalat dan Zakat Selama Hidupnya

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Dan Dia (Allah) mewasiatkan kepadaku untuk (menegakkan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup (Q.S Maryam ayat 31)

Sebagai bagian dari bentuk penghambaan kepada Allah itu, Nabi Isa juga menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Hal itu terus beliau lakukan sepanjang hidupnya.

Sebagaimana Nabi-Nabi terdahulu juga diperintah melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala. Nabi Ismail memerintahkan kepada keluarganya untuk menegakkan shalat dan menunaikan zakat.

وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ

Dan beliau (Nabi Ismail) memerintahkan kepada keluarganya untuk shalat dan zakat (Q.S Maryam ayat 55)

Nabi Musa alaihissalam juga diperintah oleh Allah untuk menegakkan shalat dalam rangka mengingat Allah.

فَاعْبُدْنِي وَأَقِمْ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

Maka beribadahlah (hanya) kepada-Ku dan tegakkanlah shalat untuk mengingatku (Q.S Thoha ayat 14)

Makna zakat sebagai salah satu perintah ibadah kepada Nabi Isa itu ada 2 penafsiran. Penafsiran pertama adalah zakat harta. Sedangkan penafsiran kedua artinya adalah pembersihan badan dari kotoran dosa. Bisa diartikan bahwa Allah berwasiat kepada Nabi Isa untuk meninggalkan dosa-dosa dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Penafsiran kedua ini yang sepertinya dikuatkan oleh al-Imam Ibnu Jarir atThobariy, karena Nabi Isa menurut beliau tidak pernah menyimpan simpanan (kepemilikan) hingga besok sehingga tidak ada zakat maal yang diwajibkan untuk beliau. Kecuali jika zakat yang dimaksud adalah sedekah pemberian karena adanya kelebihan dari makanan pada hari itu.

Perintah Allah Ta’ala kepada Nabi Isa untuk terus menerus beribadah menghamba kepada Allah sepanjang hidupnya adalah seperti yang Allah firmankan kepada Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang keyakinan (kematian)(Q.S al-Hijr ayat 99)

Demikian yang dijelaskan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya.


Dikutip dari: Buku “Nabi Isa dan Bunda Maryam dalam Pandangan Ulama Islam”, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan