Memikirkan Kehidupan di Surga dan Neraka
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata:
كَانَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ يَوْمًا سَاكِتًا وَأَصْحَابُهُ يَتَحَدَّثُوْنَ، فَقَالُوْا لَهُ : مَا لَكَ لَا تَتَكَلَّمُ يَا أَمِيْرَ المْؤُمْنِيْنَ؟ قَالَ : كُنْتُ مُفَكِّرًا فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ كَيْفَ يَتَزَاوَرُوْنَ فِيْهَا ، وَفِي أَهْلِ النَّارِ كَيْفَ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَا. ثُمَّ بَكَى
Umar bin Abdil Aziz suatu hari terdiam, sedangkan rekan-rekan (di sekeliling beliau) saling bercakap-cakap.
Maka rekan-rekannya berkata: Mengapa anda tidak berbicara sama sekali wahai Amirul Mukminin?
Beliau berkata: “Aku memikirkan kehidupan penduduk surga, bagaimana mereka bisa saling berkunjung satu sama lain. Aku pun memikirkan tentang penduduk neraka, bagaimana mereka berteriak-teriak (saat merasakan siksaan)”.
Kemudian Umar bin Abdil Aziz menangis.
(riwayat Ibnu Abid Dunya dalam kitab ar-Riqaaq wal Bukaa’)
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menyatakan:
إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا كَمَنْ رَأَى أَهْلَ الْجَنَّةِ فِي الْجَنَّةِ وَهُمْ مُخَلَّدُونَ، وَكَمَنْ رَأَى أَهْلَ النَّارِ فِي النَّارِ مُعَذَّبُون… صَبَرُوا أَيَّامًا قِصَارًا لِعُقْبَى رَاحَةٍ طَوِيلَةٍ، أَمَّا اللَّيْلُ فَصَافَّةٌ أَقْدَامُهُمْ، تَسِيلُ دُمُوعُهُمْ عَلَى خُدُودِهِمْ، يَجْأَرُونَ إِلَى رَبِّهِمْ: رَبَّنَا رَبَّنَا، وَأَمَّا النَّهَارَ فَحُكَمَاءُ، عُلَمَاءُ، بَرَرَةٌ، أَتْقِيَاءُ
Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang seakan-akan melihat penduduk surga di dalam surga yang kekal di dalamnya. Ia juga seakan-akan melihat penduduk neraka disiksa di neraka… mereka bersabar melewati hari-hari yang pendek untuk mendapat hasil akhir yang panjang menyenangkan (di akhirat, pent).
Di waktu malam kaki mereka berbaris (melakukan qiyamul lail, pent), air mata mereka mengalir membasahi pipi. Berdoa dengan sepenuh hati seraya berkata: Wahai Rabb kami, wahai Rabb kami. Adapun di waktu siang mereka adalah orang-orang yang bijaksana, orang-orang yang berilmu, banyak berbuat kebaikan dan bertakwa.
(riwayat Ibnu Abid Dunya dalam al-Awliyaa’ dan Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)
Dikutip dari: Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman