Keutamaan Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
1️⃣ Bulan al-Quran
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ…
Bulan Ramadhan adalah (bulan) diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelas berupa petunjuk dan pembeda (al-haq dengan al-bathil)… (Q.S al-Baqoroh:185)
Rasulullah ﷺ pada bulan Ramadhan setiap malam selalu bertadaarus al-Quran dengan Jibril.
وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
Jibril menemui Nabi setiap malam di bulan Ramadhan dan mengajarkan/ menyimak bacaan al-Quran (dari beliau)(H.R alBukhari)
Tadaarus al-Quran adalah proses belajar menepatkan bacaan al-Quran. Satu orang membaca, yang lain menyimak. Bisa dengan hafalan, atau dengan melihat mushaf. Bisa dalam hal pengucapan (kaidah-kaidah qiro’ah dan tajwid) atau pemahaman makna. Sebagian Ulama’ menjelaskan bahwa tadaarus al-Quran antara Nabi ﷺ dengan Jibril tersebut adalah keduanya saling membaca dan menyimak bergantian. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Tujuan utama tadaarus adalah belajar menepatkan bacaan. Karena itu tidak benar jika tadaarus dijadikan ajang balapan bacaan, sesegera mungkin ingin menyelesaikan, tanpa memperhatikan benar tidaknya pengucapan lafadz al-Quran. Selain itu, tadaarus di masjid tidak perlu menggunakan pengeras suara yang bisa mengganggu kaum muslimin lain di sekitarnya yang sebagian mereka ada yang berdzikir, membaca al-Qur’an atau bahkan sholat.
Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan para Sahabat yang sholat dan mengeraskan bacaan qur’annya sehingga mengganggu Sahabat lain yang juga sedang sholat.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ
Dari Abu Said beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam beri’tikaf di masjid kemudian beliau mendengar para Sahabat mengeraskan bacaan. Kemudian beliau menyingkap tirai, dan bersabda: Ingatlah, setiap kalian sedang bermunajat kepada Tuhannya. Maka jangan sekali-kali sebagian mengganggu yang lain. Jangan mengeraskan bacaan satu sama lain (H.R Abu Dawud no 1135, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim, adz-Dzahaby dan al-Albany)
Ramadhan adalah bulan al-Quran. Karena itu para Ulama Salaf semakin menyibukkan diri dengan al-Quran di bulan Ramadhan. Waktu mereka banyak terisi dengan bacaan al-Quran, terlebih di waktu malam.
2️⃣Dibuka pintu surga, ditutup pintu neraka.
3️⃣Syaithan dibelenggu
Dalil untuk poin 2 dan 3, adalah hadits:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
Jika datang bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu Jahannam, dan dibelenggu para Syaithan (H.R alBukhari dan Muslim)
Jika ada pertanyaan: ‘Jika Syaithan telah terbelenggu, mengapa di bulan Ramadhan masih ada kemaksiatan’?
Jawabannya adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Imam al-Qurthuby:
1. Berkurangnya kemaksiatan terjadi pada orang-orang yang menjalankan shoum dengan benar, memenuhi syarat-syarat dan adab-adabnya dengan baik.
2. Yang dibelenggu tidaklah semua Syaithan, namun marodatus syayaathiin (Syaithan-Syaithan yang tergolong paling durhaka), sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain.
3. Pada bulan Ramadhan, kemaksiatan menjadi berkurang dibandingkan pada bulan lain (tidak berarti hilang kemaksiatan seluruhnya).
4. Seandainya seluruh Syaithan telah dibelenggu, hal-hal yang menyebabkan adanya kemaksiatan masih ada, seperti: jiwa yang buruk, kebiasaan yang buruk, dan Syaithan dari kalangan manusia.
(disarikan dari nukilan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (4/114)).
4️⃣Tiap malam pada bulan Ramadhan ada yang terlepas dari api neraka.
إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَنَادَى مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
Jika (masuk) malam pertama Ramadhan, Syaithan-syaithan dan yang paling durhaka dari Jin dibelenggu. Ditutup pintu-pintu neraka, dan tidak dibuka satupun. Dibuka pintu-pintu surga dan tidak ditutup satupun. Ada penyeru yang berseru: Wahai yang mengharapkan kebaikan, menghadaplah. Wahai yang menginginkan keburukan, tahanlah. Dan Allah memiliki orang-orang yang dikeluarkan dari neraka. Dan itu terjadi pada tiap malam (H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Albany).
Inilah yang shahih. Itqun minan Naar terjadi pada tiap malam bulan Ramadhan. Sedangkan pembagian Ramadhan menjadi 10 hari pertama rahmat, 10 hari kedua maghfirah (ampunan), dan 10 hari terakhir adalah itqun minan Naar adalah berdasar hadits yang tidak shahih. Dilemahkan oleh al-‘Uqoily dan al-Albany. Sesungguhnya pada tiap malam Ramadhan adalah penuh dengan rahmat, maghfirah, dan itqun minan naar. Wallaahu A’lam.
5️⃣Terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qodr)
وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ
Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalangi darinya, maka sungguh telah terhalangi kebaikan seluruhnya (H.R Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan Syaikh al-Albany).
6️⃣Kekhususan qiyaamul lail (tarawih dan witir) di bulan Ramadhan, penghapus dosa yang telah lalu.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang qiyaamul lail di Ramadhan dengan iman (terhadap pensyariatannya) dan ihtisab (ikhlas) maka diampuni baginya dosa yang telah lalu (H.R alBukhari dan Muslim)
7️⃣Disyariatkannya puasa wajib.
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Barangsiapa yang menyaksikan (datangnya) bulan itu (Ramadhan), maka hendaknya berpuasa (Q.S al-Baqoroh:185).
8️⃣Waktu terbaik untuk menghapus dosa
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Sholat-sholat lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan, adalah penghapus dosa-dosa di antara (yang satu dengan berikutnya) jika ia meninggalkan dosa-dosa besar (H.R Muslim)
Nabi ﷺ pernah naik ke atas mimbar. Mimbar Nabi terdiri dari 3 tingkatan. Pada tingkatan pertama, beliau mengucapkan Aamiin. Kemudian naik ke tingkatan kedua dan mengucapkan Aamiin. Kemudian naik ke tingkatan ketiga, dan mengucapkan Aamiin.
Para Sahabat yang mengetahui hal itu bertanya: Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengucapkan aamiin 3 kali. Beliau bersabda: Ketika aku naik ke tingkat pertama, datang Jibril dan berkata: Celaka seseorang yang mendapati Ramadhan hingga berakhirnya, namun ia tidak diampuni. Kemudian aku mengucapkan Aamiin. Kemudian Jibril mengatakan (saat aku di tingkat kedua): Celaka seseorang yang mendapati salah satu atau kedua orangtuanya masih hidup, namun hal itu tidak bisa memasukkannya ke dalam surga. Maka aku katakan: Aamiin. Kemudian Jibril berkata (saat aku di tingkat ketiga): Celaka seseorang yang ketika dirimu disebut, tidak bersholawat. Aku mengucapkan Aamiin.
(H.R alBukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan Syaikh al-Albany).
CATATAN:
Banyak terjadi salah penukilan hadits ini sehingga menjadikan redaksi kalimat dan maknanya berbeda. Menjelang Ramadhan banyak orang yang berkirim sms dan menyebutkan hadits: “Doa Jibril : Ya Allah, abaikan puasa umat Muhammad bila sebelum masuk Romadhon tidak memohon maaf kepada orangtua, keluarga, saudara dan sekitarnya. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengaminkan sampai tiga kali”. Tidak ada hadits dengan redaksi kalimat semacam itu. Perhatikan perbedaan yang jelas dengan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dalam Adabul Mufrad di atas. Perbedaan redaksi kalimat juga menyebabkan perbedaan makna yang sangat jauh. Tidak ada ketentuan khusus untuk meminta maaf menjelang datangnya Ramadhan atau berakhirnya Ramadhan. Seseorang disyariatkan meminta maaf dan memberi maaf pada setiap keadaan, terutama pada saat terjadi kesalahan/ khilaf terkait orang lain.
Ramadhan adalah momentum terbaik untuk banyak beristighfar dan bertaubat. Perbaiki puasa dan qiyaamu romadhon. Bagi yang berhalangan karena udzur syar’i sehingga tidak bisa berpuasa atau sholat, janganlah berdiam diri. Tetaplah memperbanyak istighfar dan taubat. Perbanyak kebaikan dan amal sholih yang lain seperti dzikir, doa, bershodaqoh, dan sebagainya. Jauhi kebid’ahan, kemaksiatan, dan kesyirikan. Jangan sampai kita melewatkan Ramadhan tanpa terampuni dosanya. Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala mengampuni seluruh kaum muslimin.
Dikutip dari buku “Ramadhan Bertabur Berkah”, Abu Utsman Kharisman