Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Syafaat Puasa dan AlQuran yang Menghantarkan Menuju Surga

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: رَبِّ إِنِّي مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan alQuran keduanya memberikan syafaat bagi seorang hamba. Puasa berkata: Wahai Rabbku, sesungguhnya aku mencegahnya dari makanan dan syahwat (keinginan-keinginan yang terlarang) di siang hari. Jadikanlah aku pemberi syafaat untuknya. alQuran berkata: Akulah yang menahan dia dari (sepenuhnya) tidur di waktu malam. Maka keduanya pun diberi kewenangan untuk memberikan syafaat (H.R Ahmad, atThobaroniy, al-Baihaqiy, dan al-Hakim dari Abdullah bin ‘Amr. Lafadz sesuai riwayat al-Hakim. Dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Misykatul Mashobih)

Ibnu Rajab al-Hanbaliy rahimahullah menyatakan:

Puasa akan memberikan syafaat bagi orang yang puasanya mencegah dia dari makan dan segala syahwat yang haram. Baik pengharamannya khusus terkait puasa, seperti syahwat (keinginan) terhadap makanan, minuman, dan hubungan suami istri, ataupun faktor-faktor yang mendorong pada hal-hal itu, maupun (keharaman) yang tidak khusus bagi orang yang berpuasa, seperti banyak berbicara yang haram, memandang yang haram, mendengar yang haram, dan penghasilan yang haram.

Jika puasa mencegahnya dari seluruh hal yang haram ini, maka ia akan memberikan syafaat baginya di sisi Allah pada hari kiamat. Puasa akan berkata: Wahai Rabb, akulah yang mencegah ia dari syahwatnya. Maka jadikanlah aku pemberi syafaat baginya. Ini untuk orang yang menjaga puasanya dan mencegahnya dari syahwat-syahwatnya.

Adapun orang yang menyia-nyiakan puasanya, tidak mencegahnya dari hal-hal yang diharamkan Allah, maka layak untuk dilemparkan pada wajah pelakunya disertai ucapan: Semoga Allah menyia-nyiakan engkau, sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku (puasa). Sebagaimana tersebutkan hal yang semisal itu tentang shalat.

Sebagian Ulama Salaf berkata: Jika seorang mukmin akan meninggal dunia, dikatakan kepada Malaikat: Ciumlah aroma kepalanya. Malaikat itu berkata: Aku mendapati di kepalanya terdapat (aroma) alQuran. Dikatakan kepadanya: Ciumlah (aroma) hatinya. Malaikat itu berkata: Aku dapati di hatinya ada puasa. Dikatakan: Ciumlah (aroma) kedua telapak kakinya. Malaikat itu berkata: Aku dapati di kedua telapak kakinya qiyamul lail. Maka dikatakan: Dia telah menjaga dirinya, maka Allah Azza Wa Jalla pun akan menjaganya.

Demikian juga alQuran, hanyalah akan memberikan syafaat kepada orang yang alQuran membuatnya tidak (sepenuhnya) tidur di waktu malam. Sesungguhnya orang yang membaca alQuran dan melakukan qiyamul lail dengannya, maka ia telah menunaikan haknya dan (alQuran) akan memberikan syafaat untuknya. Nabi shollallahu alaihi wasallam menyebutkan tentang seorang laki-laki yang beliau bersabda (yang artinya): Orang itu adalah yang tidak berbantalkan alQuran. Artinya, semestinya ia tidaklah tidur hingga qiyamul lail dengan membaca alQuran terlebih dahulu, sehingga seakan-akan menjadikannya sebagai “bantal”.

(Lathoiful Ma’arif fii Maa li Mawaasimil ‘Aam minal Wadzhooif karya Ibnu Rajab tahqiq Thoriq bin ‘Iwadhillah halaman 307).

al-Munawiy rahimahullah menyatakan: Allah memberikan kewenangan syafaat bagi keduanya sehingga memasukkan orangnya ke dalam surga (atTaisiir bi Syarhil Jami’is Shoghir 2/109)


Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan