Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Fatwa Syaikh Bin Baz Tentang Seorang yang Telah Berumrah Untuk Dirinya Kemudian Hendak Berumah Untuk Orangtuanya

Pertanyaan:

Apakah boleh bagi saya setelah menunaikan manasik umroh, kemudian saya berumrah untuk ayah dan ibu saya di waktu yang sama (dalam satu kali safar, namun masing-masing satu rangkaian umrah hanya untuk satu orang, pen)?

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah:

Tidak mengapa. Jika seorang muslim telah umrah untuk dirinya dan ia ingin umrah untuk ayah dan ibunya, hal itu tidak mengapa. Jika kedua orangtuanya itu telah meninggal, atau keduanya tidak mampu melaksanakan umrah karena sudah lanjut usia atau karena sakit yang tidak bisa diharap kesembuhannya, tidak mengapa berumrah untuk mereka. Justru hal itu disyariatkan, termasuk bentuk sikap berbakti bagi kedua orangtua adalah umrah untuk keduanya dan haji untuk keduanya.

Jika seseorang telah selesai dari umrahnya, ia bisa keluar menuju Tan’im atau Ji’ronah atau Arafaat, artinya daerah halal di luar wilayah Haram, kemudian ia berihram dari sana, kemudian thawaf, sa’i, dan memendekkan rambutnya dengan niat untuk ibunya atau untuk ayahnya, atau untuk orang-orang lain yang telah meninggal, atau tidak mampu melaksanakan haji dan umrah karena sudah sangat tua atau karena sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya.

Hal itu tidak khusus untuk kedua orangtua saja. Jika ia umrah untuk saudara laki-lakinya, anaknya, paman dari jalur ibu, paman dari jalur ayah, atau saudara laki-laki, atau temannya yang muslim. Hal itu tidak mengapa. Apabila orang-orang tersebut telah meninggal atau tidak mampu berhaji dan umrah karena sudah lanjut usia atau karena sakit yang tidak bisa diharap kesembuhannya.

Nabi shollallahu alaihi wasallam memerintahkan kepada Aisyah keluar menuju Tan’im saat ia berada di Makkah, kemudian berumrah dari sana. Hal itu menunjukkan bahwa seorang yang berada di Makkah jika hendak umrah, cukup keluar menuju Tan’im atau tempat halal lainnya. Berihram dari sana, bertalbiyah umrah dari sana. Hal itu telah mencukupi. Adapun jamaah haji, tidak demikian. Ia bisa berihram dari Makkah (jika sudah berada di Makkah). Jamaah haji bisa berihram dari Makkah, tidak harus keluar. Demikian. Apabila ia termasuk penduduk Makkah atau tinggal di Makkah. Demikian.


Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/10321/حكم-تادية-العمرة-عن-الوالدين-في-وقت-واحد

Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab

السؤال: هل يجوز لي عند تأدية مناسك العمرة أن أعتمر لوالدي ولوالدتي في نفس الوقت؟ 

الجواب: لا حرج في ذلك إذا اعتمر المسلم لنفسه، وأحب أن يعتمر لأبيه وأمه؛ فلا بأس؛ إذا كانا ميتين، أو كانا عاجزين لكبر سنهما، أو لمرضهما الذي لا يرجى برؤه، فلا بأس أن يعتمر عنهم، بل يشرع ذلك، بل من برهما العمرة عنهما، والحج عنهما

فإذا فرغ من عمرته، خرج للتنعيم، أو للجعرانة أو لعرفات، يعني: الحل خارج الحرم، فيحرم من هناك، ثم يطوف ويسعى ويقصر بالنية عن أمه، أو عن أبيه، أو عن غيرهما من الأموات، أو العاجزين عجزًا لا يستطيعون معه الحج والعمرة؛ لكبر سنهما، لكبر السن، أو لمرض لا يرجى برؤه، ليس خاصًا بالأبوين، بل لو اعتمر عن أخيه أو ابنه أو خاله أو عمه أو أخيه أو صديقه المسلم؛ لا بأس، إذا كان ميتًا أو عاجزًا عجزًا يمنعه من الحج والعمرة؛ لكبر السن، أو للمرض الذي لا يرجى برؤه.

والنبي ﷺ أمر عائشة من التنعيم لما كانت في مكة، أخرجها للتنعيم واعتمرت فدل ذلك على أن الذي في مكة إذا أراد العمرة يكفيه الخروج إلى التنعيم، أو غيره من الحل، يحرم من هناك، ويلبي بالعمرة من هناك، ويكفي، أما الحاج لا، من نفس مكة، الحج يحرم من نفس مكة، ولا يحتاج إلى الخروج، نعم، إذا كان من أهل مكة، أو مقيم بها، نعم

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan