Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Pelajaran dari Umar bin alKhoththob radhiyallahu anhu dan Uwais alQorniy rahimahullah

Bakti anak kepada orangtua adalah perilaku terpuji yang disepakati bahkan dihasung berbagai ajaran. Berbagai kisah dan dongeng pun tak jarang disajikan masyarakat untuk mendorongnya.

Dibalik sedikit ‘sudut persamaan’ ternyata banyak sisi perbedaan antara bakti seorang muslim dibandingkan selainnya yang perlu terus kita pelajari dan amalkan.

Kisah Uwais alQorniy kerap dijadikan inspirasi dalam keteladanan ini. Mungkin sudah banyak dari kita yang telah membaca haditsnya, atau bahkan biografi beliau rahimahullah.

Namun sebagaimana sifat dasar ilmu yang memang tak kan lekang dengan berlalunya waktu, juga dalam rangka memetik pelajaran dari hadits nabi, serta nasehat terkhusus bagi penulis juga mungkin bermanfaat bagi pembaca sekalian, mari kita hayati bersama petikan faidah akhlaq yang nampak dan tersirat dari alFaruq (Umar ibnulKhoththob) sang penutur kisah maupun sosok yang dikisahkan (Uwais), radhiyallahu ‘anhu warahimahullah ta’ala.

Al Imam Muslim rahimahullah, menyebutkan dalam Kitab Shahih beliau pada Bab Fadhailu Uwais no. 2542:

أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فَقَالَ عُمَرُ : هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنَ الْقَرَنِيِّينَ ؟ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ، فَقَالَ عُمَرُ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ : “إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنَ الْيَمَنِ، يُقَالُ لَهُ : أُوَيْسٌ، لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ، قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ، إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَمِ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ 

Bahwa penduduk Kufah mengirimkan delegasi mereka kepada Umar sedangkan diantara mereka terdapat seseorang yang pernah merendahkan dan menghina Uwais. Umarpun berkata: “Adakah di sini orang dari Qabilah alQorniy?” Maka menghadaplah orang tersebut. Lalu kemudian Umarpun berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya kalian akan berjumpa dengan seseorang berasal dari Yaman yang dipanggil Uwais hanya ia tinggalkan ibundanya di Yaman. Dulunya dia mengalami kelainan warna putih (kulit badannya). Ia senantiasa berdoa kepada Allah sehingga Allah sembuhkan darinya, hingga hanya tersisa seukuran mata uang dinar atau dirham saja. Barangsiapa diantara kalian berjumpa dengannya hendaklah Uwais bersedia memintakan ampunan bagi kalian.”

Beberapa faidah yang bisa dipetik dari penjelasan para Ulama dari hadits di atas dan riwayat yang semakna dengannya:

  1. Keutamaan Uwais rahimahullah, yang masyhur nama lengkap beliau adalah Uwais bin ‘Amir alQorniy (sebagian melafalkan dengan alQoroniy) rahimahullah. Bahkan pada sebagian riwayat hadits dengan gamblang dinyatakan;

     إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ : أُوَيْسٌ، وَلَهُ وَالِدَةٌ، وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ 

    “Sesungguhnya Tabi’in terbaik adalah seorang yang disebut Uwais, dia memiliki seorang ibu, dan juga pernah mengalami kelainan warna putih (pada badannya). Mintalah dia agar bersedia memintakan ampunan bagi kalian”.

  2. Mu’jizat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang dengan ilmu dari Allah Ta’ala beliau menyampaikan suatu kabar di masa mendatang, termasuk perihal Tabi’i mulia Uwais ini, subhanallah.

  3. Sikap bijak sebagaimana dilakukan Khalifah Umar bin alKhoththob radhiyallahu ‘anhu dengan menanyakan keberadaan si pencela dengan mengisyaratkan asal kabilahnya, bukan dengan pertanyaan menonjolkan perbuatan tercelanya. Menjadi tirai penutup aib bagi yang belum pernah tahu celaan orang dari kabilah alQorniy itu, dan pengajaran untuk tidak mengungkit-ungkit kesalahan dalam masa nasehat dan perbaikan, lebih-lebih jika dia malah telah bertaubat.

  4. Keutamaan iman, ikhlash, taqwa dibarengi kebaikan amal yang diantara bentuk utamanya berupa bakti kepada orangtua bisa mengalahkan keutamaan kecerdasan dan wawasan, sebagaimana Uwais walaupun tidak lebih banyak riwayatnya dibanding tokoh-tokoh Tabi’in yang mulia semisal Sa’id bin alMusayyib dan lainnya rahimahumullah, Allah angkat derajatnya dengan kemuliaan pondasi dasar iman dan amal. Tentu tidak boleh mengecilkan keutamaan ilmu, justru kisah teladan semacam ini patut menyadarkan kita bahwa ilmu hakiki hanyalah ternilai pada kesesuaian dengan keyakinan dan amal.

  5. Pada lanjutan kisah dalam riwayat lain disebutkan tindaklanjut Umar mengunjungi pasukan dari penduduk Yaman dalam rangka mencari Uwais, yang berasal dari negeri Yaman. Diperoleh kesimpulan bahwa sejak masa Khalifah arRasyidin muslimin Yaman telah banyak terlibat dalam jihad dan turut serta membuka wilayah negeri Islam. Ta’awun berbagai negeri muslim masa kini dalam konteks perang di Yaman, semoga mencerminkan barokah persaudaraan Islam yang telah dijalin oleh pendahulu umat ini.

  6. Tawadhu’nya Umar bin alKhoththob dan demikian patuhnya beliau terhadap hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Dengan segala keutamaanya, beliau masih memburu doa ampunan dari manusia yang direkomendasikan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Allan asySyafi’iy rahimahullah menyampaikan analisa beliau bahwa yang demikian bukan berarti Uwais lebih mulia dari Umar, atau Umar banyak dosa sehingga perlu pengampunan, tidak. Lebih tepatnya jika dianalogikan dengan perintah dan teladan arRasul sendiri untuk banyak beristighfar, bersholawat untuk beliau, sama sekali tidak berarti beliau berdosa, bahkan beliau ma’shum dari dosa. Namun semua jenis ibadah – termasuk istighfar – akan mengangkat derajat orang yang melakukannya semakin tinggi dan dekat kepada Allah Ta’ala. Bagaimana dengan kita?

  7. Menunjukkan diperbolehkannya meminta didoakan kepada orang yang shalih. Termasuk jikapun dia tidak lebih utama dari yang meminta didoakan. Sebagaimana Umar (pemuka Sahabat) jelas lebih utama dari Uwais (Tabi’i) dianjurkan meminta doa ampunan bagi dirinya kepada Uwais, dan beliau memintanya. Inilah keyakinan salafiyyun yang dilabeli wahhabi oleh musuh Islam, cukup telak membungkam tudingan mereka bahwa tawassul dan isti’anah secara mutlak dibid’ahkan.

  8. Karomah Allah subhanahu wata’ala kepada para wali-Nya sebagaimana pada Uwais rahimahullah, yang dikenal sangat berbakti kepada orang tuanya, terkhusus (dalam konteks ini) ibu, zuhud dalam urusan dunia, dan menjauhi ketenaran. Allah limpahkan kelebihan kepada beliau berupa:

– terlepasnya dari penyakit kulit/sopak
– mustajabnya doa yang beliau panjatkan
– taufiq untuk senantiasa tepat janji,
– hikmah dan keutamaan lainnya

Semoga menjadi pelecut bakti kita kepada orangtua yang dilandasi iman & taqwa.

والله الموفق لما يحبه

=====================
Disarikan dan diolah dari:
* alMinhaj; Syarh Shohih Muslim karya alHafidz anNawawiy rahimahullah
* DalilulFalihin karya Ibnu ‘Allan asySyafi’iy rahimahullah
* alAhadits alMaudhu’iy – alJami’ah alMadinah al’Alimiyyah

Oleh: Abu Abdirrahman Sofian عفى الله عنه ولوالديه وللمؤمنين … آمين

Tinggalkan Balasan