Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Dialog Umar dengan Para Sahabat Lain Tentang Surah Al-Baqoroh Ayat 266

قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَوْمًا لِأَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَ تَرَوْنَ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ: {أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ} [البقرة: 266] ؟ قَالُوا: اللَّهُ أَعْلَمُ، فَغَضِبَ عُمَرُ فَقَالَ: «قُولُوا نَعْلَمُ أَوْ لاَ نَعْلَمُ» فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِي نَفْسِي مِنْهَا شَيْءٌ يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، قَالَ عُمَرُ: «يَا ابْنَ أَخِي قُلْ وَلاَ تَحْقِرْ نَفْسَكَ» ، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: ضُرِبَتْ مَثَلًا لِعَمَلٍ، قَالَ عُمَرُ: «أَيُّ عَمَلٍ؟» قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: لِعَمَلٍ، قَالَ عُمَرُ: «لِرَجُلٍ غَنِيٍّ يَعْمَلُ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ بَعَثَ اللَّهُ لَهُ الشَّيْطَانَ، فَعَمِلَ بِالْمَعَاصِي حَتَّى أَغْرَقَ أَعْمَالَهُ»

Umar –semoga Allah meridhainya- berkata pada suatu hari kepada para Sahabat Nabi shollallahu alaihi wasallam: Apakah pendapat kalian, ayat berikut ini turun terkait dengan siapa?

أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

Apakah salah seorang di antara kalian ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. Kemudian, datanglah masa tua, sedangkan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu, kebun itu ditiup angin kencang yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan(-nya) (Q.S al-Baqoroh ayat 266).

Para Sahabat berkata: Allah yang lebih tahu. Umar marah dan berkata: Ucapkan: Kami mengetahui atau kami tidak mengetahui. Ibnu Abbas kemudian berkata: Ada terbetik penjelasan dalam diri saya (mengenai ayat itu) wahai Amirul Mukminin. Umar berkata: Wahai putra saudaraku, ucapkanlah. Janganlah engkau menganggap rendah dirimu. Ibnu Abbas berkata: Itu adalah suatu permisalan terhadap amalan. Umar berkata: Amal apa? Ibnu Abbas berkata: Terhadap amalan. Umar berkata: Terhadap seorang laki-laki kaya yang melakukan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla kemudian Allah mengirimkan setan padanya, ia beramal dengan kemaksiatan hingga menenggelamkan amalannya (H.R al-Bukhari)

Beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari hadits tersebut, di antaranya:

Pertama: Kebiasaan di kalangan Sahabat Nabi adalah dialog ilmiah, tanya jawab yang berlandaskan ilmu. Seperti membahas makna ayat alQuran, hadits Nabi, atau hukum Islam dalam suatu permasalahan.

Kedua: Keutamaan Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas. Beliau memiliki keilmuan yang mendalam, meskipun usianya masih sangat muda dibandingkan Sahabat Nabi lain yang hadir di majelis Umar bin al-Khoththob. Ibnu Abbas mengisyaratkan pada makna yang benar, kemudian disetujui dan dilengkapi penjelasannya oleh Umar bin al-Khoththob.

Ketiga: Hal ini merupakan contoh penafsiran Sahabat Nabi terhadap ayat alQuran, benar-benar bisa dijadikan rujukan dalam memahami Kalam Allah. Jika memang berlandaskan riwayat yang shahih, seperti dalam hadits ini yang diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Keempat: Kekayaan berpotensi menggelincirkan seseorang. Dari sebelumnya taat kepada Allah bisa berubah tenggelam dalam kemaksiatan. Hal ini sebagai pengingat bagi kita agar tetap konsisten di atas ilmu yang benar dan ketaatan kepada Allah. Apabila tergelincir dalam kemaksiatan, segeralah bertobat kepada Allah Ta’ala. Jangan biarkan tenggelam dalam kemaksiatan atau penyimpangan itu.

Kelima: Berhati-hati dan waspada dari akhir kehidupan yang buruk. Bisa jadi seseorang di masa kehidupannya banyak mengisi umurnya dengan ketaatan kepada Allah, namun apabila ia kurang ikhlas dan kurang ditopang dengan kesesuaian dengan sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam, dikhawatirkan akhir kehidupannya adalah tidak baik. Kita memohon kepada Allah Ta’ala akhir kehidupan yang baik.


Disarikan dari sebagian referensi, di antaranya al-Ifshoh an Ma’aniy ash-Shihaah karya Ibnu Hubairah dan Tafsir atThobariy, dengan beberapa penyesuaian dan penambahan oleh Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan