Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Fiqh Pemberian Nafkah Untuk Istri, Kerabat, Maupun Hewan Peliharaan Dalam Kitab Manhajus Salikin

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan:

Seseorang wajib memberikan nafkah kepada istrinya, memberi pakaian dan tempat tinggal yang ma’ruf sesuai keadaan (kemampuan) sang suami. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا

Seseorang yang berkelapangan, hendaknya memberikan nafkah sesuai kelapangannya. Barang siapa yang disempitkan rezekinya, hendaknya memberikan nafkah sesuai dengan yang Allah berikan kepadanya. Allah tidaklah membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya…(Q.S atTholaaq ayat 7)

Sang suami diharuskan memberikan nafkah wajib itu jika istri memintanya. Dalam hadits Jabir yang diriwayatkan oleh Muslim:

وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

…Mereka (para istri) berhak mendapatkan nafkah dan pakaian dari kalian (para suami) secara ma’ruf (baik)…(H.R Muslim)

Wajib bagi seseorang memberikan nafkah kepada Ushul (ayah/ibu dan leluhur ke atasnya yang masih hidup, pent) dan Furu’ (anak, cucu, dan seterusnya ke bawah yang sudah ada, pen) yang termasuk kategori fakir jika seseorang itu kaya (mampu). Demikian juga wajib memberikan nafkah kepada orang-orang yang akan menjadi ahli warisnya secara fardl (ditentukan kadarnya dalam alQuran, misalkan setengah, seperempat, seperdelapan, dan semisalnya, pen) maupun ta’shib (menunggu sisa hasil pembagian, pen).

Dalam hadits dinyatakan:

لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ وَلَا يُكَلَّفُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا يُطِيقُ

Bagi seorang hamba sahaya ia berhak mendapatkan makanan, pakaian, dan tidak dibebani dengan pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya (H.R Muslim)

Jika seorang hamba sahaya meminta untuk menikah, wajib bagi tuannya untuk menikahkannya.

Seseorang wajib memberikan makan, minum, dan tidak membebani binatang peliharaannya dengan sesuatu yang membahayakannya. Dalam suatu hadits dinyatakan:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ

Cukup bagi seseorang berdosa jika ia menahan makanan terhadap (manusia atau hewan) yang berada di bawah kepemilikannya (H.R Muslim)


Naskah Asli dalam Bahasa Arab:

عَلَى الْإِنْسَانِ نَفَقَةُ زَوْجَتِهِ وَكِسْوَتُهَا وَمَسْكَنُهَا بِالْمَعْرُوفِ بِحَسَبِ حَالِ الزَّوْجِ؛ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا} [اَلطَّلَاقُ: 7]

وَيُلْزَمُ بِالْوَاجِبِ مِنْ ذَلِكَ إِذَا طَلَبَتْ،وَفِي حَدِيثِ جَابِرٍ اَلَّذِي رَوَاهُ مُسْلِمٌ: “وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ” وعلى الإنسان

أ- نفقة أصوله وفروعه الفقراء إذا كان غنيًّا

بِ- وَكَذَلِكَ مَنْ يَرِثُهُ بِفَرْضٍ أَوْ تَعْصِيب

وَفِي الْحَدِيثِ: “لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ، وَلَا يُكَلَّفُ مِنْ اَلْعَمَلِ إِلَّا مَا يُطِيقُ” رَوَاهُ مُسْلِم. وَإِنْ طَلَبَ اَلتَّزَوُّجَ زَوَّجَهُ وُجُوبًا.وَعَلَى الْإِنْسَانِ أَنْ يُقِيتَ بَهَائِمه طَعَامًا وَشَرَابًا، وَلَا يُكَلِّفُهَا مَا يَضُرُّهَا،وَفِي الْحَدِيثِ: “كَفَى بِالْمرِء إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ” رَوَاهُ مُسْلِم

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan