Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Doa Penghilang Kesedihan, Kecemasan, dan Kegelisahan

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ وَحَزَنٌ: اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، ‌مَاضٍ ‌فِيَّ ‌حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا

Tidaklah seorang hamba ketika ditimpa kecemasan dan kesedihan mengucapkan:

ALLAAHUMMA INNII ‘ABDUKA IBNU ‘ABDIKA IBNU ‘AMATIKA. NAASHIYATII BI YADIKA. MAADHIN FIYYA HUKUMUK. ‘ADLUN FIYYA QODHOO-UK. AS-ALUKA BIKULLISMIN HUWA LAKA. SAMMAYTA BIHI NAFSAKA. AW ANZALTAHU FII KITAABIK. AW ‘ALLAMTAHU AHADAN MIN KHOLQIK. AWISTA’TSARTA BIHI FII ILMIL GHOYBI ‘INDAKA. AN TAJ’ALAL QUR’AANA ROBI’A QOLBII WA NUURO SHODRII WA JILAA-A HUZNII WA DZAHAABA HAMMII

(Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra dari seorang hamba laki-lakiMu, putra dari seorang hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku ada di Tangan-Mu. Telah berlalu bagiku hukum (ketentuan) Mu. Begitu adil takdir-Mu terhadapku. Aku meminta kepada-Mu dengan segala Nama yang Engkau miliki, yang Engkau beri nama diri-Mu dengan itu, atau yang Engkau turunkan dalam Kitab-Mu. Atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk-Mu. Atau yang Engkau simpan sebagai perbendaharaan ilmu ghaib di sisi-Mu. Agar engkau menjadikan alQuran sebagai penyejuk hatiku, penyinar dadaku, penyingkap kesedihanku, dan penghilang kecemasanku).

(Jika seorang mengucapkan doa itu), Allah akan menghilangkan kecemasannya dan menggantikan kesedihannya menjadi kegembiraan.

Mendengar sabda Nabi demikian, para Sahabat bertanya:

يَا رَسُولَ اللهِ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ؟

Wahai Rasulullah, apakah sebaiknya kami mempelajari doa itu?

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

أَجَلْ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ

Tentu, semestinya bagi orang yang mendengarnya, mengajarkan (kepada yang lain)

(H.R Ahmad, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Hadits itu

  1. Salah satu bentuk tawassul yang syar’i adalah bertawassul dengan Nama-Nama Allah dan Sifat-Sifat-Nya (atTawasul Anwa’uhu wa Ahkaamuhu karya Syaikh al-Albaniy 1/31).
  2. Nama-Nama Allah tidak terbatas hanya berjumlah 99 (Faidah dari Tafsir Ibn Katsir ketika menafsirkan surah al-A’raaf ayat 7).
  3. Segala perbuatan dan takdir Allah adalah adil (al-Fatawa al-Kubro karya Ibnu Taimiyyah 1/78).
  4. Ada di antara Nama-Nama Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya (Minhajus Sunnah anNabawiyyah karya Ibnu Taimiyyah 2/160).
  5. Keimanan terhadap takdir. Bahwa semua hukum Allah berlaku bagi para makhluk-Nya. Telah berlalu ketetapan takdir itu. Tidak terlepas dari para makhluk itu. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghindarinya (disarikan dari atThibbun Nabawiy karya Ibnul Qoyyim 1/153).
  6. alQuran adalah obat bagi hati (disarikan dari atThibbun Nabawiy karya Ibnul Qoyyim 1/153).
  7. Dianjurkannya membaca doa itu apabila tertimpa kesedihan atau kecemasan (al-Adzkar karya anNawawiy 1/235).

Oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan