Bersatu Mencegah Kemaksiatan
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika zina dan riba telah nampak tersebar di suatu kampung, sungguh mereka telah menghalalkan bagi diri mereka sendiri datangnya adzab Allah (H.R al-Hakim dari Ibnu Abbas, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy dan al-Albaniy)
Seorang muslim tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri. Ia bagian dari komunitas masyarakat. Janganlah bersikap apatis tanpa memikirkan kebaikan bagi lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Jika ada kebaikan yang bisa disebarkan, baik faidah ilmu Dien, ataupun kebaikan lain, lakukanlah. Berdakwah tidak harus di mimbar atau mikrofon majelis ta’lim. Tebarkan tulisan yang bermanfaat, sampaikan kebaikan dengan hikmah.
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Manusia yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (H.R atThobaroniy, dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah)
Baca Juga: Jangan Duduk Bersama Pelaku Kemungkaran Tanpa Meningkari Mereka
Jika seseorang bisa bergaul akrab dengan warga masyarakat sekitar, bisa mewarnai dengan kebaikan, tidak terwarnai dengan keburukan, bersabar di atas ketaatan, maka itulah orang beriman yang lebih baik dan mendapat pahala yang lebih besar.
اْلمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ اْلمُؤْمِنِ الَّذِيْ لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka mendapatkan pahala yang lebih besar dibandingkan mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar dari gangguan mereka “(H.R Ahmad, Ibnu Majah, al-Hafidz menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan, asy-Syaikh Al-Albaani menshahihkannya dalam ‘Shahiihul Jaami’)
Cegah dan larang berbagai kemunkaran secara baik dan tepat. Tidak main hakim sendiri. Namun, bersikap elegan dengan berkoordinasi dengan pihak yang berwenang. Pemimpin kita yang muslim beserta aparat keamanan di bawahnya memiliki hak untuk kita hargai, hormati, dan taati dalam hal yang ma’ruf.
Tersebarnya kemaksiatan di suatu wilayah akan merugikan penduduk di wilayah itu, meski di dalamnya ada orang-orang sholih. Adzab Allah akan mengenai wilayah itu secara merata. Tidak hanya mengenai orang yang berdosa saja. Jika orang-orang yang baik diam tidak mengingkarinya, hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan takutlah akan fitnah yang tidak hanya akan menimpa orang-orang dzhalim di antara kalian saja. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah adzabNya sangat pedih (Q.S al-Anfaal ayat 25)
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda dengan makna yang menguatkan ayat tersebut:
إِذَا ظَهَرَ السُّوءُ فِي الْأَرْضِ أَنْزَلَ اللَّهُ بِأَهْلِ الْأَرْضِ بَأْسَهُ قَالَتْ وَفِيهِمْ أَهْلُ طَاعَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ نَعَمْ ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى
Jika keburukan telah nampak jelas di muka bumi, Allah akan menurunkan siksaanNya bagi penduduk bumi. Aisyah bertanya: Padahal di antara mereka ada orang-orang yang taat kepada Allah Azza Wa Jalla? Nabi menyatakan: Ya. Kemudian (setelah kaum taat meninggal dalam musibah akibat siksaan itu), mereka akan dikembalikan menuju rahmat Allah Ta’ala (H.R Ahmad dari Aisyah, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)
Baca Juga: Kapan Seorang Hamba Mengetahui Sebuah Musibah Merupakan Ujian Atau Adzab?
Hadits Ibnu Abbas yang dikemukakan di permulaan tulisan ini menunjukkan demikian bahayanya kemaksiatan zina dan riba jika nampak jelas ada di suatu wilayah. Adzab Allah akan menimpa wilayah itu.
Perbuatan keji zina yang meluas, akan mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit mematikan yang belum pernah ada sebelumnya.
لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِم الَّذِينَ مَضَوْا
Tidaklah perbuatan keji (seperti zina) nampak jelas hingga terang-terangan dilakukan di suatu kaum kecuali akan tersebar pada mereka wabah tha’un dan penyakit-penyakit yang tidak pernah ada sebelumnya (H.R Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar, dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Ibn Majah)
Sungguh benar sabda Rasul shollallahu alaihi wasallam. Penyakit AIDS adalah satu dari berbagai penyakit akibat hubungan seksual yang bebas, kemudian menular melalui berbagai media. Penyakit itu mematikan dan belum ditemukan obatnya yang diakui secara luas, sampai saat tulisan ini dibuat.
Nabi shollallahu alaihi wasallam juga menjamin kebaikan bagi umatnya, selama belum tersebar terlahirnya anak-anak akibat perbuatan zina.
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا لَمْ يَفْشُ فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا فَإِذَا فَشَا فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا فَيُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعِقَابٍ
Senantiasa umatku berada dalam kebaikan selama belum tersebar adanya anak zina. Jika telah tersebar pada mereka anak zina, hampir saja Allah Azza Wa Jalla akan menimpakan secara merata siksaan (H.R Ahmad dari Maimunah, dihasankan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dan Syaikh al-Albaniy)
Dosa-dosa yang dilakukan akan berakibat kerugian besar menimpa suatu kaum. Balasan dari Allah untuk mereka sesuai dengan amal perbuatan.
مَا نَقَضَ قَوْمٌ الْعَهْدَ قَطُّ إِلاَّ كَانَ الْقَتْلُ بَيْنَهُمْ، وَمَا ظَهَرَتْ فَاحِشَةٌ فِى قَوْمٍ قَطُّ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِمُ الْمَوْتَ، وَلاَ مَنَعَ قَوْمٌ الزَّكَاةَ إِلاَّ حَبَسَ اللَّهُ عَنْهُمُ الْقَطْرَ
Tidaklah suatu kaum melanggar perjanjian, kecuali akan terjadi pembunuhan di antara mereka. Tidaklah perbuatan keji (seperti zina) nampak jelas di suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan terjadinya kematian terhadap mereka. Tidaklah suatu kaum menahan zakat, kecuali Allah akan menahan turunnya hujan (H.R al-Baihaqiy dalam Sunan al-Kubro dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadits as-Shahihah)
Dosa riba juga merupakan dosa besar. Tidak ada suatu dosa yang diumumkan perang dari Allah dan Rasul-Nya terhadap pelakunya selain dosa riba.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (278) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ (279)
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah yang tersisa dari riba jika kalian adalah orang yang beriman. Jika hal itu tidak kalian lakukan, umumkanlah peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian bertaubat, kalian mendapatkan pokok harta kalian. Kalian tidak mendzhalimi dan tidak didzhalimi (Q.S al-Baqoroh ayat 278-279)
Bahkan, kadar dosa riba di sisi Allah bisa jauh lebih besar dibandingkan perbuatan zina.
إِنَّ الدِّرْهَمَ يُصِيْبُهُ الرَّجُلُ مِنَ الرِّبَا أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ فِي الْخَطِيْئَةِ مِنْ سِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ زَنْيَةٍ يَزْنِيْهَا الرَّجُلُ
Sesungguhnya dirham yang diperoleh seseorang dari riba, dosanya lebih besar di sisi Allah dibandingkan 36 perbuatan zina (H.R Ibnu Abid Dunya dan al-Baihaqiy, dinyatakan hasan li ghoirihi oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib)
الرِّبَا اثْنَانِ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أَدْنَاهَا مِثْلَ إِتْيَانِ الرَّجُلِ أُمَّهُ
Riba itu memiliki 72 pintu. Yang paling rendah (dosanya) adalah seperti seseorang bersetubuh dengan ibunya (H.R atThobaroniy dari al-Baraa’ bin Aazib, dinyatakan hasan li ghoirihi oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq dan pertolongan kepada segenap kaum muslimin…
Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman