Serial Kajian Kitabut Tauhid: Bab Ke-30: Termasuk Kesyirikan Meminta Hujan Terhadap Bintang-Bintang (Bagian Pertama)
Dalil Pertama
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
Dan kalian menyikapi rezeki yang kalian dapatkan dengan sikap mendustakan
(Q.S al-Waqi’ah: 82)
قاَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ مِنَ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ قَالُوا هَذِهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ حَتَّى بَلَغَ وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
Ibnu Abbas berkata: Manusia mendapatkan hujan di masa Nabi shollallahu alaihi wasallam. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Di antara manusia ada yang memasuki waktu pagi dalam keadaan bersyukur, dan sebagian kafir. Mereka berkata: Ini adalah rahmat Allah. Dan sebagian mereka berkata: sungguh benar bintang ini dan ini. Maka turunlah firman Allah:
فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ … وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
“Maka tidak, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang” (Q.S al-Waqiah ayat 75…hingga ayat al-Waqiah ayat 82)
(H.R Muslim)
Baca Juga:
- Serial Kajian Kitabut Tauhid: Seputar Ilmu Nujum (Perbintangan) Bagian Pertama
- Serial Kajian Kitabut Tauhid: Seputar Ilmu Nujum (Perbintangan) Bagian Kedua
Penjelasan Dalil Pertama
Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman tentang keadaan orang-orang yang ketika diturunkan kepadanya rezeki yaitu hujan, mereka justru mendustakan nikmat tersebut, dengan menisbatkan penyebab turunnya hujan adalah bintang-bintang. Padahal Allahlah Yang menakdirkan turunnya hujan itu atas kehendakNya. Harusnya mereka bersyukur dan mengungkapkan bahwa turunnya hujan adalah karena karunia dan rahmat Allah. Demikianlah yang dijelaskan oleh Sahabat Nabi Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma yang menjelaskan sebab turunnya ayat tersebut dalam Shahih Muslim.
Atsar Ibnu Abbas ini sebenarnya disebutkan pada bagian akhir bab, namun di sini disandingkan penyebutannya dengan dalil pertama ini untuk memperjelas bahwa ayat itu ditafsirkan dan dijelaskan sebab turunnya oleh Sahabat Nabi Ibnu Abbas.
Allah menyebut hujan pada ayat tersebut sebagai rezeki. Sebagaimana disebutkan dalam ayat lain bahwa hujan adalah sebagai rezeki:
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آَيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَنْ يُنِيبُ
Dialah (Allah) yang menampakkan kepada kalian ayat-ayatNya dan menurunkan (hujan) dari langit sebagai rezeki. Dan tidaklah yang mengingat (peringatan Allah) kecuali orang yang senantiasa kembali kepada Allah (Q.S Ghafir ayat 13)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa sebenarnya makna rezeki yang disebutkan dalam ayat itu tidak hanya terkait hujan saja, tapi lebih umum dari itu. Artinya, apa yang disebut oleh Sahabat Nabi itu sebagai salah satu macam rezeki, bukan artinya pembatasan bahwa orang-orang tersebut mendustakan rezeki dalam bentuk hujan saja. Karena konteks ayat itu (surat al-Waaqiah ayat 75-82) adalah penyebutan nikmat ilmu dan wahyu (al-Quran). Artinya, mereka juga mendustakan diturunkannya al-Quran tersebut. Sebagaimana riwayat perkataan al-Hasan al-Bashri:
بِئْسَمَا أَخَذَ قَوْمٌ لِأَنْفُسِهِمْ لَمْ يُرْزَقُوْا مِنْ كِتَابِ اللهِ إِلَّا التَّكْذِيْب بِهِ
Sungguh buruk yang diambil suatu kaum terhadap diri mereka. Tidaklah mereka diberi rezeki al-Quran kecuali mendustakannya (diriwayatkan oleh atThobary sebagai ucapan Qotadah yang menukil ucapan al-Hasan)
Oleh:
Abu Utsman Kharisman