Untaian Nasihat Syaikh Utsaimin Terkait Kedatangan Ramadhan Bagian Ketiga: Seputar Shalat Tarawih
Perkara ketiga adalah ibadah shalat (tarawih). Shalat malam di bulan Ramadhan telah dihasung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang menegakkan shalat di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap (pahala) diampuni dosanya yang telah lalu
(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah, pent)
Dan shalat malam di bulan Ramadhan mencakup seluruh shalat sunnah yang dilakukan di malam hari, dan shalat tarawih termasuk padanya tanpa diragukan lagi.
Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk benar-benar memperhatikannya dan menjaga keistikamahan dalam melaksanakannya. Hendaknya dia juga bersemangat untuk melaksanakannya bersama imam hingga selesai. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang melaksanakan shalat bersama imam hingga selesai dicatat untuknya (pahala) shalat semalam penuh
(HR. Ash-habus Sunan dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, pent)
Kemudian para imam yang mengimami manusia dalam shalat tarawih, hendaknya dia bertakwa kepada Allah terhadap orang-orang yang Allah jadikan dia sebagai imam untuk mereka. Hendaknya para imam melaksanakan shalat dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa agar makmum bisa melakukan kewajiban dan sunnah-sunnah shalat dengan sempurna sesuai kemampuan. Adapun yang dilakukan oleh kebanyakan manusia ketika shalat tarawih di hari-hari ini, mereka melaksanakannya dengan sangat cepat sehingga menghilangkan thuma’ninah. Padahal thuma’ninah adalah salah satu rukun shalat yang tidak sah shalat tanpanya.
Maka perbuatan (melaksanakan gerakan shalat dengan sangat cepat) semacam itu haram untuk mereka lakukan. Pertama karena mereka meninggalkan thum’aninah. Dan yang kedua walaupun misalnya anggaplah mereka tidak sampai meninggalkan thuma’ninah, namun hal itu tetap membuat makmum yang di belakang mereka keletihan (mengikuti gerakan yang terlampau cepat) dan tidak mampu melaksanakan kewajiban shalat dengan sempurna. Oleh karena itu (perlu diperhatikan) bahwa seseorang yang shalat mengimami manusia tidaklah sama dengan seseorang yang shalat sendirian.
(Seorang yang menjadi imam) wajib untuk memperhatikan para makmum sehingga dia bisa benar-benar menunaikan amanah terkait mereka. Dia tunaikan shalat sesuai tata cara yang disyariatkan.
Para ulama rahimahumullah menyebutkan bahwa makruh hukumnya seorang imam melakukan gerakan dengan sangat cepat sehingga makmum tidak bisa melaksanakan sunnah dalam shalat. Maka bagaimana lagi apabila seorang imam melakukan gerakan dengan sangat cepat sehingga makmum tidak bisa melakukan suatu hal yang wajib hukumnya dalam shalat?!
Artikel lain yang semoga bermanfaat:
- Pertanyaan Tentang Shalat Tarawih dan Witir
- Fatwa Syaikh Bin Baz tentang Mengeraskan Bacaan Shalawat di Antara Rakaat Tarawih
- Seseorang yang Bangun Sebelum Sahur dan Ingin Shalat Malam Lagi
Yang terpenting, nasihat yang ingin saya sampaikan kepada diri saya pribadi pertama kali kemudian saudara-saudara muslimin sekalian ialah: hendaknya kembali kepada Allah azza wajalla dan bertobat kepada-Nya. Serta melaksanakan ketaatan kepada-Nya semaksimal kemampuan di bulan Ramadhan maupun bulan yang lainnya.
Sumber: Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin (19/32-35)
Naskah asli:
أما الأمر الثالث فهو القيام، قيام رمضان الذي حث عليه الرسول عليه الصلاة والسلام في قوله: «من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له من ذنبه» وقيام رمضان يشمل صلاة التطوع في لياليه، وصلاة التراويح المعروفة من قيام رمضان بلا شك، ولهذا ينبغي للمرء أن يعتني بها ويحافظ عليها، وأن يحرص على أن يقوم مع الإمام حتى ينصرف. لقول النبي-صلى الله عليه وسلم-: «من قام مع الإمام حتى ينصرف كتب له قيام ليلة» . ويجب على الأئمة الذين يصلون بالناس صلاة التراويح، يجب عليهم أن يتقوا الله فيمن جعلهم الله هم أئمة لهم، فيصلوا التراويح بطمأنينة وتأن حتى يتمكن من خلفهم من فعل الواجبات والمستحبات بقدر الإمكان، أما ما يفعل كثير من الناس اليوم في صلاة التراويح تجد الواحد منهم يسرع فيها إسراعاً مخلاًّ بالطمأنينة، والطمأنينة ركن من أركان الصلاة، لا تصح إلا بها. فإن هذا محرم عليهم: أولاً: لأنهم يتركون الطمأنينة، وثانياً: لأنهم ولو قدر أنهم لا يتركون الطمأنينة، فإنهم يكونون سبباً لإتعاب من وراءهم وعدم قيامهم بالواجب، ولهذا الإنسان الذي يصلي بالناس ليس كالإنسان الذي يصلي لنفسه، فيجب عليه مراعاة الناس بحيث يؤدي الأمانة فيهم، ويقوم بالصلاة على الوجه المطلوب، وقد ذكر العلماء رحمهم الله أنه يكره للإمام أن يسرع سرعة تمنع المأموم من فعل ما يسن، فكيف إذا أسرع سرعة تمنع المأموم من فعل ما يجب؟! المهم أن النصيحة التي أوجهها إلى نفسي أولاً وإلى إخواني المسلمين ثانياً: هي الإنابة إلى الله عز وجل، والتوبة إليه، والقيام بطاعته بقدر الإمكان في شهر رمضان وفي غيره
?️ Diterjemahkan oleh:
Abu Dzayyal Muhammad Wafi