Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Balasan Para Pembuat Kedustaan dan Pengusung Kebid’ahan

Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullah:

ﻟﻴﺲ ﻓﻲ اﻷﺭﺽ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ﺇﻻَّ ﻭﻫﻮ ﻳﺠﺪ ﺫﻟَّﺔ ﺗﻐﺸﺎﻩ، ﻗﺎﻝ: ﻭﻫﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ. ﻗﺎﻟﻮا: ﻭﺃﻳﻦ ﻫﻲ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ؟ ﻗﺎﻝ: ﺃﻣﺎ ﺳﻤﻌﺘﻢ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: {إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}، ﻗﺎﻟﻮا: ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻣﺤﻤَّﺪ؛ ﻫﺬﻩ ﻷﺻﺤﺎﺏ اﻟﻌﺠﻞ ﺧﺎﺻَّﺔ، ﻗﺎﻝ: ﻛﻼَّ اﺗﻠﻮا ﻣﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ {ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ اﻟْﻤُﻔْﺘَﺮِﻳﻦَ}، ﻓﻬﻲ ﻟﻜﻞِّ ﻣﻔﺘﺮ ﻭﻣﺒﺘﺪﻉ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ

“Tidaklah ada di bumi seorang ahlul bid’ah (pengusung kebid’ahan) kecuali dia akan mendapati kehinaan meliputinya.” Dan beliau berkata: “Dan hal itu ada dalam kitabullah (Al Qur’an).”

Mereka (orang-orang yang hadir) berkata: Dimana hal itu disebutkan dalam kitabullah?

Beliau berkata: “Apakah kalian tidak mendengar Firman Allah ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan patung anak sapi (sebagai sesembahan) mereka akan mendapatkan kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan di kehidupan dunia (QS: Al-A’raf 152)

Mereka berkata: Wahai Abu Muhammad, ayat ini untuk orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan secara khusus.

Dia berkata (Sufyan): “Sekali-kali tidak demikian! Bacalah ayat setelahnya,

ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ اﻟْﻤُﻔْﺘَﺮِﻳﻦَ

Demikianlah kami membalas orang-orang yang mengadakan kedustaan (dalam agama yakni kebid’ahan)

Maka ayat ini untuk setiap pembuat kedustaan dan pembuat kebid’ahan sampai hari kiamat.”

(Hilyatul Auliya’ (280/7))


Artikel bermanfaat lainnya: Menjauhi Perbuatan Dusta


Catatan ringkas untuk Atsar ini:

Yang pertama:

Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran Maimun Al-Hilaly Maulahum, Abu Muhammad al-Makki al-Kufi.

Lahir di Kufah pada tahun 107 Hijriyyah dan Wafat di Makkah pada tahun 198 Hijriyyah. Beliau adalah seorang Imam yang tsiqah dan termasuk perawi al-Imam al-Bukhari. Hadits yang pertama dalam Shahih al Bukhari melalui jalur beliau rahimahullah.

Kedua:

Yang mendukung tafsir dengan makna ini adalah potongan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma dari Nabi ﷺ :

وجُعِلَ الذُّلُّ و الصَّغارُ على من خالفَ أمري

“Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan atas orang-orang yang menyelisihi perintahku.” (Disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’: 2831)

Karena setiap para pengusung kebid’ahan mereka pasti menyelisihi perintah Nabi ﷺ.


Artikel bermanfaat lainnya: Keprihatinan Orang Beriman Terhadap Ritual Kemunkaran


Ketiga:

Lebih berbahaya lagi jika ada seseorang yang menggabungkan antara kedustaan dan kebid’ahan. Dia membuat kedustaan untuk melariskan kebid’ahan.

Sebagaimana kisah Samiri ketika mengeluarkan patung anak sapi untuk bani Israil, dia dan bani Israil yang mengikutinya mengatakan, “Ini adalah sesembahan kalian dan sesembahan Musa”. Maka mereka telah membuat kedustaan yang paling keji, bahwa patung anak sapi itu juga merupakan sesembahan Nabiyullah Musa ‘alaihis salam dan mereka juga mengadakan perkara baru dari kesyirikan dengan menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan selain Allah yang tidak dikenal sebelumnya dalam millah Nabiyullah Ibrahim ‘alahis salam.

Allah menyebutkan tentang kisah mereka:

فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَّهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَٰذَا إِلَٰهُكُمْ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ [طه : 88]

“Kemudian dia (Samiri) mengeluarkan untuk mereka patung anak sapi yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah sesembahan kalian dan sesembahan Musa, dan dia telah lupa”. [QS Thaha : 88]

Sebagaimana pula yang dilakukan oleh para pembuat hadits palsu atau para penukilnya yang mengetahui bahwa hadits tersebut tidak shahih penisbatannya kepada Nabi ﷺ tapi tetap disampaikan dalam rangka untuk mendukung kebid’ahan mereka, maka mereka juga diancam dengan beberapa hadits diantaranya:

عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Dari al Mughirah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak seperti berdusta atas nama orang yang lain. Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di Neraka”. (HR. al-Bukhari : 1229)

Dan sabda Nabi ﷺ:

مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

“Barangsiapa menceritakan sebuah hadits dariku, dia mengetahui bahwa hadits itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta.” (HR. Muslim di dalam Muqaddimahnya dan At-Tirmidzi)

Dan kedustaan adalah perbuatan keji, dan perbuatan keji mengantarkan kepada Neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud dalam shahih Muslim: 2607.


Artikel bermanfaat lainnya: Kebid’ahan Menghambat Istighfar dan Taubat


Keempat:

Atsar dari Sufyan bin Uyainah ini bagian akhirnya dengan perbedaan lafadz disebutkan oleh at-Thobary, al-Baghawi, dan Ibnu Katsir di dalam Tafsir mereka terhadap surat Al A’raf ayat 152. Dan diriwayatkan yang semakna dengan itu dari al-Imam Malik bin Anas sebagaimana disebutkan oleh al-Qurthuby dalam tafsirnya.

Wallahu a’lam.

 

Penulis:
Abu Ali Zain

Tinggalkan Balasan