Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bahaya Kesyirikan dan Pengaruhnya yang Sangat Buruk Bagi Seseorang (Bagian Ke-3)

SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (BAG KE-16)


BAB KEEMPAT:
TAKUT DARI KESYIRIKAN

Dalil Ketiga:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

Sesungguhnya salah satu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil. Para Sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah ? Beliau bersabda: Riya’. Allah Azza Wa Jalla berkata kepada mereka (orang-orang yang riya’) pada hari kiamat saat manusia telah diberi balasan pada amalan-amalannya: Pergilah kalian kepada orang yang menjadi sasaran riya’ (tempat memamerkan amalan) kalian di dunia, lihatlah apakah kalian bisa mendapatkan balasan dari mereka ?!
(H.R Ahmad dari Mahmud bin Labiib, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany dan dishahihkan al-Albany).


baca bagian sebelumnya: Bahaya Kesyirikan dan Pengaruhnya yang Sangat Buruk Bagi Seseorang (Bagian Ke-2)


Penjelasan:

Riya’ adalah melakukan amalan untuk ditampakkan kepada manusia dalam rangka mendapat pujian dari mereka. Muallif (penulis Kitabut Tauhid) meletakkan hadits ini dalam bab tentang Takut terhadap Kesyirikan, karena riya’ adalah kesyirikan, dan salah satu hal yang paling dikhawatirkan Nabi terjadi pada orang-orang yang beriman.

Disebutkan dalam sebuah hadits tentang 3 orang yang pertama kali dipanggil dalam Pengadilan Allah pada hari kiamat. Yaitu orang yang meninggal dalam pertempuran jihad fii sabiilillah, seorang Ulama’, dan seorang yang banyak menginfakkan hartanya di jalan kebaikan saat di dunia. Mereka semua mengaku melakukannya ikhlas karena Allah, namun Allah dustakan pengakuan mereka. Sesungguhnya mereka melakukan ibadah-ibadah yang besar itu untuk mendapat pujian manusia, dan mereka telah mendapatkannya. Kemudian mereka diseret pada wajahnya dan dilemparkan ke anNaar (Neraka). Kita memohon keselamatan kepada Allah dari penyakit riya’ dan adzab anNaar (Neraka).

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

Sesungguhnya orang yang pertama kali didadili pada hari kiamat adalah seseorang yang dianggap mati syahid. Ia didatangkan dan Allah sebutkan kenikmatan-kenikmatanNya. Ia pun mengakui kenikmatan-kenikmatan itu. Allah bertanya kepadanya: Apa yang kamu lakukan untuk mensyukuri kenikmatan-kenikmatan itu? Ia berkata: Aku berperang karenaMu hingga mati syahid. Allah berfirman: engkau dusta. Sesungguhnya engkau berperang agar dikatakan bahwa engkau pemberani. Itu telah dikatakan kepadamu. Kemudian diperintahkan agar ia diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke anNaar (neraka).

Dan didatangkan seseorang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Quran. Kemudian disebutkan nikmat-nikmat Allah terhadapnya dan diapun mengakuinya. Allah bertanya kepadanya: Apa yang kamu lakukan untuk mensyukuri kenikmatan-kenikmatan itu? Ia menjawab: Aku mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca alQuran untukMu. Allah mengatakan: engkau dusta! Engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan sebagai seorang yang berilmu dan engkau membaca alQuran dengan tujuan supaya dikatakan sebagai pembaca Quran (yang baik) dan itu telah dikatakan manusia terhadapmu. Kemudian diperintahkan agar ia diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke anNaar.

Dan didatangkan juga seseorang yang Allah luaskan hartanya. Ia diingatkan dengan nikmat-nikmat Allah dan diapun mengakuinya. Allah bertanya: Apa yang kau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu? Ia berkata: Tidaklah aku tinggalkan sebuah jalanpun untuk berinfaq kecuali aku infaqkan karenaMu. Allah berfirman: engkau dusta. Sesungguhnya engkau melakukan hal itu agar dikatakan bahwa engkau dermawan. Dan itu telah dikatakan kepadamu. Kemudian diperintahkan agar ia diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke anNaar.

(H.R Muslim dari Abu Hurairah)


silakan membaca pula: Terjemah At-Tafsir Al-Muyassar Surah Al-Bayyinah


Begitu berbahayanya riya’, sehingga kita hendaknya menjauhinya, dan kalaupun sempat terbetik perasaan riya’, harusnya berjuang untuk menghilangkannya dan menggantikannya dengan ikhlas kepada Allah semata.

Ada kesalahpahaman dari sebagian orang. Mereka mengatakan: Aku tidak mau sholat di masjid karena khawatir riya’. Ini adalah kesalahan. Sesungguhnya sholat di masjid bagi laki-laki adalah perintah Nabi. Jika seseorang sudah berniat kuat datang ke masjid untuk sholat berjamaah, maka datanglah dengan ikhlas karena Allah. Kalau seseorang meninggalkan suatu amalan kebaikan karena khawatir omongan manusia maka sesungguhnya itu juga adalah riya’.

Seorang Ulama, al-Fudhail bin ‘Iyaadh rahimahullah berkata:

تَرْكُ الْعَمَلِ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ هُوَ الرِّيَاءَ وَالْعَمَل مِنْ أَجْلِ النَّاسِ هُوَ الشِّرْكُ

Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan melakukan amalan karena manusia adalah kesyirikan (diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’ (8/95)).

InsyaAllah pembahasan lebih lanjut tentang riya’ akan dibahas dalam bab tersendiri pada kajian-kajian berikutnya.

 

Penulis: Abu Utsman Kharisman

 

Tinggalkan Balasan