Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bab Kesembilan dari Kitabut Tauhid: Kesyirikan Orang yang Tabarruk Kepada Pohon, Batu, atau Semisalnya (bag.2)

KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-36)


Dalil Pertama:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (23)

Bagaimana pendapatmu tentang al-Laata dan Uzza. Serta Manat yang ketiga. Apakah bagi kalian jenis laki-laki, sedangkan bagi Allah jenis perempuan? Kalau demikian, itu adalah pembagian yang tidak adil. Itu hanyalah nama-nama yang kalian dan ayah-ayah kalian berikan sendiri, sama sekali Allah tidak menurunkan hujjah padanya. Tidaklah mereka mengikuti kecuali persangkaan dan hawa nafsu saja. Padahal sungguh telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka
(Q.S anNajm ayat 19-23)


Baca bagian sebelumnya: Bab Kesembilan dari Kitabut Tauhid: Kesyirikan Orang yang Tabarruk Kepada Pohon, Batu, atau Semisalnya (bag.1)


Penjelasan Dalil Pertama

Allah menyebutkan dalam ayat ini tentang 3 berhala sesembahan orang-orang musyrikin pada masa itu yang mereka beri nama Laata, Uzza, dan Manat. Sebenarnya pada masa itu terdapat banyak berhala, namun yang masyhur dan besar pengaruhnya adalah 3 berhala ini.

Ketiga nama ini diambilkan dari Nama-Nama Allah yang mereka yakini namun dirupakan dalam kata benda jenis perempuan dalam bahasa Arab.

al-Laata berasal dari kata Allah, namun diubah dalam kata benda jenis perempuan.

Uzza berasal dari kata al-‘Aziiz (Yang Maha Perkasa).

Serta Manat berasal dari kata al-Mannan (Yang Maha Memberi Karunia).

Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Ibnu Abbas dan Mujahid dinukil dalam Tafsir al-Baghowy, demikian juga dalam Tafsir Jalalain pada surat al-A’raaf ayat 180. Orang-orang musyrikin itu menganggap bahwa berhala-berhala itu adalah anak-anak perempuan Allah (Tafsir atThobary).

Dari ayat ini juga kita mengetahui bahwa orang-orang musyrikin itu juga mengagungkan Allah. Terbukti pemberian nama berhalanya saja diambilkan dari Nama-Nama Allah yang mereka yakini. Hanya saja mereka melakukan penyimpangan dalam penisbatan nama itu ke jenis perempuan.

Padahal bagi mereka jenis perempuan adalah suatu hal yang lebih rendah dan hina dibandingkan jenis laki-laki. Terbukti jika mereka diberi karunia seorang anak perempuan, mereka merasa malu dan terhina. Sebagaimana disebutkan dalam surat anNahl ayat 58 dan 59. Maka apakah pantas mereka menisbatkan anak perempuan bagi Allah padahal mereka hanya ridha jika diberi anak laki-laki? Ini jelas pembagian yang tidak adil.


Artikel penting lainnya: Pengakuan Akan Sebab Fisik (Kauni) Fenomena Alam Bukan Alasan Mengabaikan Sebab Syar’inya


Dalam ayat ini juga Allah mengajak orang-orang musyrikin itu berpikir: Apakah Laata, Uzza, dan Manat yang kalian agungkan itu bisa memberikan manfaat maupun mudharat? Tentu saja tidak. Padahal berhala-berhala itu yang berupa pohon, batu, maupun kuburan sama sekali tidak bisa memberikan manfaat atau mudharat, tidak juga merupakan sebab syar’i ataupun qodariy untuk mendapatkan manfaat atau menolak mudharat.

Inilah kesesuaian dalil pertama dengan bab ini yang menunjukkan bahwa tabarruk (meminta keberkahan) melalui pohon atau batu adalah kesyirikan. Sebagaimana orang-orang musyrikin dahulu melakukan kesyirikan dengan mengagungkan, berkurban, beri’tikaf dengan pohon atau batu yang mereka jadikan sesembahan.


Artikel bermanfaat lainnya: Keprihatinan Orang Beriman Terhadap Ritual Kemunkaran


Keadaan Laata, Uzza, dan Manat

1. Laata

Laata adalah bebatuan yang berbentuk rumah yang diagungkan oleh musyrikin Quraisy. Tempatnya di Thaif (sebagaimana penjelasan Qotadah). (Disarikan dari Tafsir atThobariy)

Sebagian Ulama menyatakan bahwa Laata sebenarnya adalah kuburan seorang sholih yang kebiasaannya adalah menumbuk halus adonan tepung guna dihidangkan untuk para Jamaah Haji. Sebagaimana diketahui, orang-orang musyrikin itu juga melakukan haji namun perbuatan hajinya di atas kesyirikan.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي قَوْلِهِ {اللَّاتَ وَالْعُزَّى} كَانَ اللَّاتُ رَجُلًا يَلُتُّ سَوِيقَ الْحَاجِّ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tentang firman Allah: al-Laata wal Uzza: (Laata) itu dulunya adalah seorang laki-laki yang menumbuk tepung bagi jamaah haji (Riwayat al-Bukhari)

Mujahid -murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas- menyatakan:

كَانَ يَلُتُّ السَّوِيْقَ لِلْحَاجِّ، فَعُكِفَ عَلَى قَبْرِهِ

Latta adalah seseorang yang (kebiasaannya) menumbuk tepung untuk bagi jamaah haji, kemudian (setelah meninggal) kuburannya menjadi (tempat) I’tikaf (Riwayat Ibnu Jarir dengan sanad yang shahih)

Dalam hal ini ada 2 qiroat (bacaan) surat anNajm ayat 19 tersebut, jumhur (mayoritas Ulama) membaca huruf ta’ tanpa ditasydid, sedangkan sebagian bacaan dibaca dengan ta’ ditasydid. Sehingga bacaan yang ditasydid itu adalah dibaca:

أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَّ وَ الْعُزَّى

Setelah Fathu Makkah, delegasi dari Thaif, dari Bani Tsaqif datang ke Madinah. Mereka pada dasarnya khawatir diperangi oleh kaum muslimin. Nabi kemudian menyediakan kemah-kemah di sekeliling masjid Nabawi untuk mereka agar mereka mendengar bacaan al-Quran dan melihat kaum muslimin sholat. Pemimpin mereka kemudian menyatakan mau masuk Islam dengan syarat sebagian sholat digugurkan untuk mereka dan agar Latta jangan dihancurkan.

Tapi Nabi menolak. Beliau tetap mewajibkan mereka untuk mengerjakan seluruh sholat 5 waktu dan tetap menghancurkan Latta. Mereka terus meminta kepada beliau agar menunda penghancuran Latta selama tiga tahun. Nabi menolak. Mereka menawar lagi agar jangan dihancurkan setahun, terus mereka menawar dan menyatakan sebulan jangan dihancurkan dulu. Tapi Nabi tetap bersikeras bahwa Latta harus dihancurkan. Akhirnya mereka menyatakan: Baiklah, tapi janganlah kami sendiri yang menghancurkannya.

Nabi kemudian mengutus Abu Sufyan dan al-Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya, hingga Latta pun dihancurkan dan harta yang ada di bawahnya (hasil persembahan orang-orang) diambil dan diserahkan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Kemudian harta itu oleh Rasul digunakan untuk membayar hutang mendiang Urwah bin Mas’ud dan saudaranya al-Aswad bin Mas’ud. (Disarikan dari as-Siiroh anNabawiyyah karya Ibn Katsir)

2. Uzza

Uzza adalah pohon yang memiliki bangunan dan kain-kain penutup yang terletak di Nakhlah (antara Makkah dengan Thaif). Kaum Quraisy mengagungkannya, sehingga saat perang Uhud, Abu Sufyan yang saat itu masih kafir berseru: Kami memiliki Uzza, sedangkan kalian tidak memiliki Uzza. Nabi memerintahkan para Sahabatnya untuk membalas ucapan itu: Allah adalah maula (penolong dan pelindung) kami, sedangkan kalian tidak memiliki maula. (Tafsir Ibn Katsir)

Setelah Fathu Makkah, Nabi mengutus Kholid bin al-Walid untuk menghancurkan Uzza. Kisahnya tersebut dalam hadits riwayat anNasaai:

عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ ، قَالَ : لَمَّا فَتَحَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم مَكَّةَ ، بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى نَخْلَةٍ وَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ وَكَانَتْ عَلَى ثَلاَثِ سَمُرَاتٍ ، فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ عَلَيْهَا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم فَأَخْبَرَهُ ، فَقَالَ : ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا فَرَجَعَ خَالِدٌ فَلَمَّا نَظَرَتْ إِلَيْهِ السَّدَنَةُ وَهُمْ حُجَّابُهَا أَمْعَنُوا فِي الْجبَلِ وَهُمْ يَقُولُونَ : يَا عُزَّى خَبَلِيَّةٌ ، يَا عُزَّى عُورِيَّةٌ وَإِلاَّ فَمُوتِي بِرَغمٍ ، قَالَ : فَأَتَاهَا خَالِدٌ ، فَإِذَا امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ نَاشِرَةٌ شَعْرَهَا تَحْثِي التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا ، فَعَمَّمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم فَأَخْبَرَهُ ، قَالَ : تِلْكَ الْعُزَّى

Dari Abut Thufail beliau berkata: Ketika Rasulullah shollallahu alaihi wasallam membuka Makkah (Fathu Makkah) beliau mengutus Kholid bin al-Walid ke Nakhlah yang di sana terdapat al-Uzza. Maka Kholid bin al-Walid pun mendatanginya. Di tempat itu terdapat 3 samar (nama jenis pohon), kemudian beliau menebang pohon-pohon itu dan menghancurkan bangunan (rumah) yang berada di atasnya.

Kemudian beliau mendatangi Nabi shollallahu alaihi wasallam dan mengkhabarkannya. Nabi berkata: ‘Kembalilah karena engkau belum melakukan apa-apa.’ Kemudian ketika Kholid kembali para penjaga bangunan itu banyak (lari) di gunung melihat beliau sambil berteriak: ‘Wahai Uzza, jadikan dia gila. Wahai Uzza, jadikan dia picak matanya. Kalau tidak, matilah dengan celaka.’

Kemudian Kholid mendatanginya. Ternyata di sana terdapat seorang wanita telanjang dengan rambut acak-acakan melumurkan tanah pada kepalanya. Kemudian Kholid menyerangnya dengan pedang hingga wanita itu terbunuh. Kemudian beliau kembali kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam mengkhabarkan hal itu. Kemudian Nabi bersabda: ‘Itu adalah al-Uzza’.

(Riwayat Abu Ya’la dan anNasaai, dengan sanad yang shahih. Para perawi Abu Ya’la semuanya adalah rijal dalam al-Bukhari atau Muslim).

Uzza adalah sebutan untuk pohon-pohon itu dan ada Jin serta dukun-dukun yang menjaganya. Jika pohon itu ditebang dan jinnya masih ada, maka pengaruh keburukan bagi manusia masih ada. Karena itu, meski pohonnya telah ditebang, Nabi menyatakan bahwa Kholid bin al-Walid belum melakukan apa-apa. Kemudian saat kembali, Kholid membunuh sosok wanita yang merupakan jin atau dukun penjaga pohon itu (disarikan dari atTamhiid lisyarhi Kitaabit Tauhid).

3. Manat

Manat adalah berhala (berupa batu) yang terletak di antara Makkah dan Madinah. Orang-orang Madinah kalau akan berangkat haji dulu (saat Jahiliyyah) mereka berihram dari tempat itu (disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari Aisyah).

Ketika Fathu Makkah, Nabi memerintahkan Ali bin Abi Tholib untuk menghancurkan berhala itu.

 

Penulis:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan