Nasihat Untuk Orang yang Memulai Belajar Ilmu Agama di Usia Lanjut
Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah ditanya:
Apa yang anda nasihatkan terhadap seseorang yang memulai belajar ilmu agama ketika sudah berusia lanjut? Kemudian jika seandainya dia kesulitan mencari guru yang dia bisa belajar dan bermulazamah kepadanya, apakah dia tetap mendapatkan manfaat dari belajar ilmu agama tanpa bimbingan seorang guru?
Jawaban beliau rahimahullah:
Kita memohon kepada Allah ta’ala agar menolong orang yang diberikan keutamaan oleh-Nya berupa upaya untuk memulai belajar ilmu agama. Walaupun ilmu itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang sulit (dikuasai) sehingga membutuhkan perjuangan yang besar. Karena kita tahu bahwa semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin bertambah pula ukuran tubuhnya, sedangkan (kemampuan) pemahamannya semakin berkurang.
Orang yang akan memulai belajarnya ini hendaknya mencari seorang guru yang dia percaya keilmuannya untuk belajar kepadanya. Karena belajar ilmu agama kepada seorang guru itu lebih sempurna, lebih dekat (kepada kebenaran), dan lebih mudah.
Metode (belajar kepada guru) itu lebih sempurna karena seorang guru laksana literatur keilmuan, terlebih seorang guru yang memiliki keahlian dalam bidang nahwu, tafsir, hadits, fiqh dan selainnya.
Sebagai ganti dari seseorang butuh untuk membaca 20 kitab, dia bisa mendapatkan (kandungan yang ia baca dari kitab-kitab tersebut) dari seorang guru. Sehingga waktu yang dibutuhkan lebih sedikit. Demikian juga tentunya lebih dekat kepada keselamatan (dari kesalahan), sebab bisa jadi dia berpatokan pada suatu kitab yang ternyata metode penulisnya menyelisihi metode (yang diajarkan oleh) Salaf dalam hal pengambilan suatu dalil atau kesimpulan hukum (yang diambil).
Maka kami nasihatkan orang yang ingin belajar ilmu agama di usia lanjut tersebut untuk menekuni belajar di hadapan seorang guru yang terpercaya. Dia ambil ilmu dari guru tersebut. Hal itu lebih sempurna baginya.
Kemudian jangan pernah sekalipun berputus asa. Jangan mengatakan, saya sudah mencapai usia lanjut lagi uzur. Karena dengan itu berarti dia telah menghalangi dirinya untuk mendapatkan ilmu.
Sungguh dikisahkan bahwa ada seorang alim yang masuk masjid pada suatu hari setelah shalat dzuhur lalu ia langsung duduk. Kemudian ada seseorang yang menegur, berdirilah lakukan shalat 2 rakaat. Ia pun bangkit lalu melaksanakan shalat 2 rakaat. Pada hari yang lain ia masuk lagi ke masjid setelah shalat asar lalu mulai bertakbir untuk shalat 2 rakaat. Orang yang kemarin kembali menegurnya, jangan melaksanakan shalat sekarang karena ini adalah waktu terlarang (melaksanakan shalat).
Setelah itu ia bertekad, aku harus menuntut ilmu. Kemudian ia pun mulai belajar hingga menjadi seorang imam. Kebodohan yang ia alami saat itu menjadi sebab keilmuan yang akhirnya ia miliki.
Demikianlah apabila Allah mengetahui kebaikan niatmu dan Ia memberikan karunia taufik untukmu, maka sungguh engkau telah mengumpulkan bagian yang sangat banyak dari ilmu agama ini.
Sumber: Kitabul Ilmi (Pertanyaan nomor 63)
Naskah fatwa dalam bahasa Arab:
سئل الشيخ محمد بن صالح العثيمين – رحمه الله
بماذا تنصح من بدأ في طلب العلم على كبَر سنِّه ؟ وإن لم يتيسر له شيخ يأخذ منه ويلازمه فهل ينفعه طلب العلم بلا شيخ ؟
فأجاب :
نسأل الله تعالى أن يعين من أكرمه الله بالاتجاه إلى طلب العلم ، ولكن العلم في ذاته صعب يحتاج إلى جهد كبير ؛ لأننا نعلم أنه كلما تقدمت السن من الإنسان زاد حجمه ، وقل فهمه ، فهذا الرجل الذي بدأ الآن في طلب العلم ينبغي له أن يختار عالماً يثق بعلمه ليطلب العلم عليه ؛ لأن طلب العلم عن طريق المشايخ أوفر ، وأقرب ، وأيسر ، فهو أوفر ؛ لأن الشيخ عبارة عن موسوعة علمية ، لا سيما الذي عنده علم نافع في النحو ، والتفسير ، والحديث ، والفقه وغيره ، فبدلاً من أن يحتاج إلى قراءة عشرين كتاباً يتيسر تحصيله من الشيخ ، وهو لذلك يكون أقصر زمناً ، وهو أقرب للسلامة كذلك ؛ لأنه ربما يعتمد على كتاب ويكون نهج مؤلفه مخالفاً لنهج السلف سواء في الاستدلال أو في الأحكام .
فننصح هذا الرجل الذي يريد طلب العلم على الكبر أن يلزم شيخًا موثوقًا ، ويأخذ منه ؛ لأن ذلك أوفر له ، ولا ييأس ، ولا يقول بلغت من الكبر عتيًّا ؛ لأنه بذلك يَحرم نفسه من العلم .
وقد ذُكر أن بعض أهل العلم دخل المسجد يوماً بعد صلاة الظهر فجلس ، فقال له أحد الناس : قم فصل ركعتين ، فقام فصلى ركعتين ، وذات يوم دخل المسجد بعد صلاة العصر فكبَّر ليصلي ركعتين فقال له الرجل : لا تصلِّ فهذا وقت نهي ، فقال : لا بد أن أطلب العلم ، وبدأ في طلب العلم حتى صار إماماً ، فكان هذا الجهل سببًا لعلمه ، وإذا علم الله منك حسن النية ومنَّ عليك بالتوفيق : فقد تجمع من العلم الشيء الكثير
(كتاب العلم السؤال رقم 63)
Penerjemah: Abu Dzayyal Muhammad Wafi