Sab 11 Syawal 1445AH 20-4-2024AD

Kutipan Khotbah Syaikh Sholih bin Abdillah al-Fauzan hafidzahullah

Para hamba Allah sekalian…

Sesungguhnya hak anak dari orangtuanya haruslah dipenuhi sebelum hak orangtua dari anak mereka. Sebagian orang mengatakan, saya memiliki hak atas anak saya. Ya, tentu anda memiliki hak darinya, namun ia juga memiliki hak darimu yang harus engkau tunaikan sebelum engkau menuntut hakmu. Yaitu pendidikan untuknya. Oleh karena itu saat si anak telah tumbuh dewasa dalam keadaan terdidik di atas pendidikan yang baik, sedang orangtuanya telah lanjut usia, Allah jalla wa’ala memerintahkan sang anak untuk berucap:

وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً

Dan ucapkanlah, ‘Duhai Rabbku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku saat kecil.’ (QS al Isra’: 24)

Bagaimana kiranya jika orangtua tidak mendidiknya saat ia masih kecil?! Adakah ia bisa mengharapkan kebaikan dari sang anak?! Tentu tidak! Dan seribu tidak!

Sungguh seorang anak yang shalih merupakan penyejuk mata bagi orangtuanya, di saat hidupnya maupun setelah meninggal. Saat orangtuanya masih hidup, ia akan berbuat baik kepadanya, merawatnya, dan akan mengerjakan semua kebutuhannya terlebih jika orangtuanya sudah di usia renta. Ketika telah meninggal pun, ia akan mendoakan orangtuanya, melaksanakan seluruh wasiatnya, dan menyalurkan seluruh pemberiannya dengan baik. Berbagai urusan orangtuanya setelah meninggal akan ia gantikan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila seorang manusia meninggal dunia maka terputus amalannya kecuali tiga hal: sedekah yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak salih yang mendoakannya. (HR, Muslim)

Namun apabila sang anak rusak, dia malah akan mendoakan kejelekan untuk orangtuanya bukan mendoakan kebaikan. Dan (lagi-lagi) sebab itu semua adalah orangtua yang menelantarkan pendidikan anaknya saat kecil, sehingga sang anak mendurhakainya di masa tuanya saat masih hidup ataupun setelah meninggal.


Baca kutipan sebelumnya:
Menjaga Anak Agar Tetap Berada di Atas Fitrah


Bertakwalah anda sekalian dalam permasalahan anak-anak kalian…

Jangan sekali-kali menyia-nyiakan mereka. Ada sebagian orang yang mengira bahwa pendidikan untuk anak adalah dengan memberinya harta. Anda belikan ia mobil, anda puaskan seluruh keinginannya, lalu anda dengan ringannya berkata, sungguh aku demi Allah tidak pernah kurang sedikitpun dalam mendidik anakku. Anda merasa tidak pernah kurang padahal itulah kekurangan yang sesungguhnya, serta penyia-nyiaan untuknya. Harta dan mobil yang anda berikan kepadanya itulah penyia-nyiaan terhadapnya.

إنَّ الشَبابَ وَالفَراغَ وَالجِدَه
مَفسَدَةٌ لِلمَرءِ أَيُّ مَفسَدَة

Sesungguhnya masa muda, waktu luang, dan kemampuan finansial merupakan sumber kerusakan bagi seseorang

Anda berikan untuknya sarana-sarana menuju kerusakan. Anda penuhi sakunya dengan uang. Anda belikan ia mobil sehingga ia bisa pergi kemanapun yang ia kehendaki, dengan itu semua anda telah membiarkannya rusak. Benar, kami katakan, berilah anakmu, nafkahi ia, belikan ia mobil, namun jaga dia baik-baik, awasi seluruh aktifitasnya dan jangan sampai anda lengah. Jangan sekali-kali anda lengah darinya hingga ia terlanjur tumbuh besar kemudian menjadi pria dewasa, dan ia bisa melakukan apapun sesuai kehendak dirinya. Selama ia masih belum mencapai usia baligh ia masih berada dalam tanggungjawab anda. Anda akan ditanya tentangnya di hadapan Rabbmu, sedangkan kerusakan yang diperbuat oleh anakmu adalah akibat dirimu yang selalu melalaikannya.


Baca juga:
Nasihat asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah bagi para wali santri


Maka bertakwalah kalian semua dalam urusan anak-anak kalian…

يُوصِيكُمْ اللَّهُ فِي أَوْلادِكُمْ

Allah mewasiatkan kepada kalian terkait urusan anak-anak kalian. (QS. an Nisa’: 11)

Anak-anak adalah beban yang Allah pikulkan kepada orangtuanya, maka orangtuanya harus bertakwa kepada Allah. Anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada orangtua, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah dalam mengembannya. Tentu itu semua membuat letih dan membutuhkan kesabaran. Orang yang tidak memiliki kesabaran dalam menghadapi rasa lelah ketika mengurus anaknya ia akan menelantarkan sang anak.

Sebagian orang mengeluh, saya tidak memiliki kemampuan, hidayah itu hanya di tangan Allah. (Saudaraku), anda belum melakukan apapun lalu mengatakan bahwa anda tidak memiliki kemampuan! Benar, hidayah memang di tangan Allah. Jika anda memang benar bersungguh-sungguh dalam meraihnya, maka sungguh Allah begitu dekat lagi Mahamengabulkan.

Namun jika anda malah menyia-nyiakan berbagai sebab meraih hidayah tersebut anda tidak akan mendapatkannya. Bahkan anda akan mendapatkan yang sebaliknya (kesesatan).

?? Teks Arab:

عباد الله، إن حق الولد على والده سابق لحق الوالد على ولده، بعض النَّاس يقول أنا لي حق على الولد، نعم لك حق؛ لكن هو أيضا له حق عليك قبل حقك، وذلك بتربيته، ولذلك إذا بلغ وهو رجل صالح بالتربية الصالحة وكبر والده واحتاج إلى البر، الله جلَّ وعلا أمر الولد أن يقول: (وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً)، كيف إذا لم يربيه وهو صغير؟ هل يرجو منه البر؟ لا، كلا وألف كلا، إن الوالد الصالح قرة عين أبيه حيًا وميتا، ففي الحياة يبر به ويخدمه ويقوم بمصالحه خصوصًا إذا كبر، وبعد الموت يدعو له وينفذ وصاياه، وأوقافه، ويتولى شؤونه بعد موته خليفة لوالده، قال صلى الله عليه وسلم: إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ، أمَّا إذا كان الولد فاسداً فإنه يدعو عليه، ولا يدعو له، والسبب في ذلك هو الوالد الذي ضيع ولده صغيرًا فعقه كبيرًا حيًا وميتا.

فاتقوا الله في أولادكم، لا تضيعوهم، بعض النَّاس يظن أن تربية الولد أن يعطى المال، تشترى له السيارة، توفر له الشهوات، ويقول أنا والله ما قصرت مع ابني، ما قصرت إلا قصرت هذا هو التقصير والضياع، هذا المال الذي تعطيه إياه، وهذه السيارة التي تشتريها له هذا ضياع له:

إنَّ الشَبابَ وَالفَراغَ وَالجِدَه **مَفسَدَةٌ لِلمَرءِ أَيُّ مَفسَدَة

فأنت أعطيته وسائل الفساد، ملئت جيبه بالمال، وأعطيته السيارة التي يذهب بها إلى حيث يشاء فأنت عرضته للفساد، نعم نقول أعطي ولدك، أنفق عليه، اشتري له سيارة؛ لكن لاحظه وراقب تصرفاته ولا تهمله، لا تهمل ولدك حتى يكبر ويصير رجلًا، يتصرف لنفسه ما دام أنَّه دون البلوغ فهو في عهدتك، وأنت مسئول عنه أمام ربك، وفساده بسببك، وبسبب إهمالك.

فاتقوا الله في أولادكم: (يُوصِيكُمْ اللَّهُ فِي أَوْلادِكُمْ)، فالأولاد حملٌ حمل الله به الوالد، فعليه أن يتقي الله، أمانة أتمنه الله فعليه أن يتقي الله في أمانته، الولد لاشك يحتاج إلى تعب، يحتاج إلى صبر، فالذي ليس عنده صبر ولا يصبر التعب مع ولده فإنه يضيعه، بعض النَّاس يقول أنا ما بيدي حيله، الهداية بيد الله، أنت ما بذلت شيء حتى تقول أنا ما بيدي حيله، الهداية بيد الله إذا تسببت في طلب الهداية، فالله قريب مجيب؛ لكن إذا ضيعت أسباب الهداية فلن تحصل لك الهداية؛ بل تحصل لك العكس.

Diterjemahkan oleh:
Abu Dzayyal Muhammad Wafi

Sumber:
Petikan khutbah Jumat Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzhahullah

Tinggalkan Balasan