Ming 1 Jumadil awal 1446AH 3-11-2024AD
black corded telephone

Allah Ta’ala memberikan anugerah kepada manusia untuk bisa saling berkomunikasi satu sama lain. Manusia diajarkan oleh Allah untuk bisa menjelaskan dan menggambarkan isi hati dan pikirannya.

خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)

(Dialah Allah) yang menciptakan manusia. Mengajarkan kepada manusia bagaimana menjelaskan sesuatu (Q.S ar-Rahmaan ayat 3-4)

Dengan anugerah dari Allah Ta’ala ini manusia memiliki keistimewaan, tidak seperti makhluk lainnya. Anugerah Allah dalam kemudahan menjelaskan dan berkomunikasi tersebut harus disyukuri. Dimanfaatkan sesuai dengan bimbingan syar’i.

Komunikasi bisa secara lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan memuat tinggi rendah suara maupun intonasi yang menguatkan maksud penyampaian. Sehingga lawan bicara bisa lebih paham apakah orang yang diajak bicara dalam kondisi marah, senang, capek, jengkel, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi secara tulisan.

Meskipun sudah ada fitur emoticon dalam WA, namun penggunaannya harus memperhatikan adab-adab Islami. Di antaranya, jangan menggunakan emoticon makhluk bernyawa seperti manusia atau hewan. Hal itu juga berlaku pada penggunaan foto profil. Hindari menggunakan profil makhluk bernyawa.

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu diperintahkan dengan misi khusus oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam, salah satunya tidak membiarkan adanya gambar/patung makhluk bernyawa kecuali dihapus.

عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ قَالَ قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ

Dari Abul Hayyaaj al-Asadiy beliau berkata: Ali bin Abi Tholib berkata kepada saya: Maukah aku utus engkau dengan (misi) sebagaimana Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengutusku? Yaitu janganlah engkau tinggalkan suatu patung/ gambar makhluk bernyawa kecuali engkau hapus, dan tidaklah ada kuburan yang ditinggikan kecuali engkau ratakan (H.R Muslim)

Perhatikan pula dengan siapa anda berkomunikasi. Jagalah adab terhadap orang yang lebih tua, orang yang mestinya dihormati karena keilmuannya, dan semisalnya.

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّه

Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang yang tua, tidak menyayangi anak kecil, dan tidak mengetahui hak orang yang berilmu (H.R Ahmad, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Kadangkala media komunikasi WA dan semisalnya digunakan untuk bercanda atau bergurau. Tidak mengapa bergurau jika berada dalam batasan syar’i. Tujuan yang baik dalam bercanda adalah untuk merekatkan hubungan dan memasukkan kegembiraan ke dalam diri saudara kita.

Jangan menjadikan mayoritas isi kehidupan kita adalah bergurau dan bercanda, serta tertawa. Karena itu bisa mematikan hati.

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Janganlah engkau banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan hati (H.R atTirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Tidak boleh juga bergurau dengan isi gurauan yang mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi.

Ibnu Hibban rahimahullah menyatakan: “Candaan/ gurauan yang terpuji adalah yang tidak mengandung sesuatu yang dibenci Allah Azza Wa Jalla dan tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahmi” (Roudhotul ‘Uqolaa’ wa Nuzhatul Fudholaa’ (1/77))

Jangan pula berdusta dalam gurauan tersebut.

Nabi shollallahu alaihi wasallam mengancam dengan kecelakaan bagi seseorang yang bercerita dusta dengan tujuan membuat tertawa orang lain. Nabi mengancamnya sampai 3 kali, kecelakaan bagi mereka.

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Celaka bagi orang yang bercerita dengan berdusta untuk membuat suatu kaum tertawa. Celaka, sungguh celaka baginya (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ahmad, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:

لَا يَصْلُحُ الْكَذِبُ فِي جِدٍّ وَلَا هَزْلٍ، وَلَا أَنْ يَعِدَ أَحَدُكُمْ وَلَدَهُ شَيْئًا ثُمَّ لَا يُنْجِزُ لَهُ

Tidak boleh berdusta dalam keadaan sungguh-sungguh atau main-main, dan tidak boleh bagi seseorang menjanjikan sesuatu kepada anaknya kemudian tidak ia tepati (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)

Allah Ta’ala ancam para pendusta dengan adzab yang pedih:

…وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

…dan bagi mereka adzab yang pedih disebabkan kedustaan mereka (Q.S alBaqoroh:10)

Dalam berkomunikasi jangan menakut-nakuti saudara kita. Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim (yang lain)(H.R Abu Dawud, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dan Syaikh Muqbil)

Perhatikan pula adab di dalam grup. Jika ingin menyampaikan nasihat kepada seseorang, hendaknya sampaikan lewat japri (jalur pribadi), yang hanya diketahui oleh sang pemberi nasihat dan penerima nasihat saja. Jangan diumbar ke khalayak.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

مَنْ وَعَظَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ نَصَحَهُ وَزَانَهُ وَمَنْ وَعَظَهُ عَلاَنِيَةً فَقَدْ فَضَحَهُ وَخَانَهُ

Barangsiapa yang memberikan nasihat kepada saudaranya secara sembunyi-sembunyi maka sungguh ia telah bersikap anNashiihah kepadanya dan memperindahnya. Barangsiapa yang memberikan nasihat kepadanya secara terang-terangan, maka sungguh ia telah membongkar aibnya dan berkhianat kepadanya (Hilyatul Awliyaa’ (9/140))

Di WA juga ada fitur menelpon. Namun, ketika kita akan menelpon orang tertentu, minta izinlah terlebih dahulu. Apakah orang tersebut bersedia dihubungi via telpon atau tidak. Penggunaan komunikasi suara melalui jalur internet seperti pada WA, Skype, dan semisalnya akan mengkonsumsi paket data pada dua belah pihak. Berbeda dengan jalur telpon biasa yang kadangkala hanya satu pihak yang dibebani biaya.

Gunakanlah media komunikasi untuk bekerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam dosa dan permusuhan. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan saling tolong menolonglah dalam kebajikan dan taqwa, jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Q.S al-Maaidah:2)

Silakan gunakan media komunikasi itu untuk bermusyawarah dalam dakwah dan kebaikan. Menasihati saudara sesama muslim. Berkoordinir dalam menuntut ilmu ataupun ibadah. Jangan menggunakannya untuk mengajak pada dosa. Apapun bentuk dosa itu, baik berupa kesyirikan/ kekufuran, kebid’ahan, atau kemaksiatan. Jangan pula menggalang dukungan untuk menyebar permusuhan di antara saudara sesama muslim tanpa hak. Bukan pula untuk menggalang demonstrasi menentang kebijakan pemerintah muslim atau bahkan menyulut kerusuhan di mana-mana.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq dan pertolongan kepada kita semua.

Penulis: Abu Utsman Kharisman hafizhahullah

Sumber artikel: Grup WhatsApp Al I’tishom

Tinggalkan Balasan