Bersabar dalam Keterasingan dan Kondisi Minoritas Saat Berpegang dengan Sunnah

Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Jika engkau menaati mayoritas manusia di bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah… (Q.S al-An’aam ayat 116)
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam bermula dalam keadaan asing, dan nantinya akan kembali menjadi asing sebagaimana permulaannya. Maka keberuntunganlah bagi orang-orang yang terasing (H.R Muslim dari Abu Hurairah)
إِنَّ اْلِإسْلَامَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Sesungguhnya Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing sebagaimana permulaannya. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing. Ada Sahabat bertanya: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Yaitu orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak (H.R Abu Amr ad-Daaniy dalam as-Sunan al-Waaridah fil fitan dan al-Aajurriy dalam al-Ghurabaa’ dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)
Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan:
وَإِيَّاك أَنْ تَغْتَرَّ بِمَا يَغْتَرُّ بِهِ الْجَاهِلُوْنَ فَإِنَّهُمْ يَقُولُوْنَ لَوْ كَانَ هَؤُلَاءِ عَلَى حَقٍّ لَمْ يَكُونُوْا أَقَلَّ النَّاسِ عَدَدًا وَالنَّاسُ عَلَى خِلَافِهِمْ
Berhati-hatilah engkau, jangan sampai terperdaya sebagaimana terperdayanya orang-orang yang bodoh. Mereka (orang-orang bodoh) berkata: “Kalau seandainya mereka berada di atas kebenaran, niscaya mereka tidak menjadi golongan yang paling sedikit jumlahnya, sedangkan orang-orang banyak yang menyelisihi mereka” (Miftah Daaris Sa’adah 1/147)
Ibnu Rajab al-Hanbaliy rahimahullah menyatakan:
وَاعْلَمْ يَا أُخَيَّ أَنَّ مَنْ أَرَادَ طُوْبَى صَبَرَ عَلَى الْغُرْبَةِ وَلَمْ يَسْتَوْحِشِ الْوِحْدَة
Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya orang yang menginginkan keberuntungan, hendaknya ia bersabar dalam keterasingan, dan jangan merasa bersedih dengan kondisi bersendirian (arRisaalah al-Waadhihah 2/376)
Penulis: Abu Utsman Kharisman