Geografi, Antara Bagian yang Diperlukan dan yang Tidak
Bagi anda yang pernah belajar geografi, fisika ataupun astronomi tentu tidak mudah melupakan teori yang diajarkan. Termasuk konsep bahwa bumi itu bentuknya bulat dan berputar pada porosnya serta bergerak mengelilingi matahari. Gerakan itu disebut para ‘ahli’ di bidang tersebut sebagai gerak rotasi dan revolusi.
Pernahkah kita berusaha mencari tahu buktinya? Atau sudahkah ada di antara anak-anak kita yang kritis menanyakannya?
Muslim yang baik tentu akan menjadikan rujukan tertingginya dalil-dalil Al Quran dan hadits (diistilahkan juga sebagai dalil sam’iyyah) dibandingkan teori logika (aqliyyah).
Demikianlah para ulama yang merupakan sosok pembimbing ummat mengajarkan metode bersikap terhadap pengetahuan modern, terkhusus yang muncul dari pemikiran kalangan yang tidak beriman apalagi penentang wahyu.
Berikut ini salah satu fatwa dari Syaikh Muhammad bin Ibrohim AlusySyaikh rahimahullah, mantan Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia di era mulai masuk dan diajarkannya pengetahuan umum termasuk geografi di sekolah-sekolah anak-anak muslimin ketika itu, hampir 70 tahun lampau. Semoga masih relevan sebagai bahan pencerahan bagi kita.
ﻣﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺇﻟﻰ ﺣﻀﺮﺓ اﻟﻤﻜﺮﻡ ﻋﻠﻲ اﻟﻌﺒﺪ اﻟﻌﺰﻳﺰ اﻟﻤﺸﺎﺭﻱ.
اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ. ﻭﺑﻌﺪ:
ﺇﺟﺎﺑﺔ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎﺑﻜﻢ ﺗﺎﺭﻳﺦ 21/8/1374ﻫـ ﻧﻘﻮﻝ:
اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ- ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺪﺭﺱ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎﻫﺪ ﻭاﻟﻤﺪاﺭﺱ ﺑﻨﺠﺪ ﻭاﻟﺤﺠﺎﺯ ﻭﻣﺎ ﻳﺘﺒﻌﻬﻤﺎ ﻫﺬﻩ اﻟﺴﻨﻮاﺕ ﻣﻤﺎ ﻳﺴﻤﻰ ﺑﺘﻘﻮﻳﻢ اﻟﺒﻠﺪاﻥ ﺃﻭ ﺟﻌﺮاﻓﻴﺔ اﻷﺭﺽ ﻫﻮ ﻣﻦ اﻟﺠﺎﺋﺰ؛ ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻷﻗﺎﻟﻴﻢ ﻭاﻟﺒﺤﺎﺭ ﻭاﻟﺨﻠﺠﺎﻥ ﻭاﻟﻘﺎﺭاﺕ ﻭاﻟﺠﺒﺎﻝ ﻭاﻷﻭﺩﻳﺔ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ اﺷﺘﻤﻠﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻷﺭﺽ؛ ﻓﺈﻧﻪ ﻓﻲ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻓﺮﻉ ﻣﻦ ﻓﺮﻭﻉ اﻟﺘﺎﺭﻳﺦ، ﻭﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﻔﺎﺋﺪﺓ ﺟﻨﺲ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ اﻟﺘﺎﺭﻳﺦ.
ﻧﻌﻢ: ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﻔﻦ ﺃﺑﺤﺚ ﻣﺜﻞ ﻛﺮﻭﻳﺔ اﻷﺭﺽ ﻭﺩﻭﺭاﻧﻬﺎ ﻭاﻟﻜﻼﻡ ﻓﻲ اﻟﺸﻤﺲ ﻭاﻟﻘﻤﺮ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﺑﺤﺚ ﺩﻭﺭاﻥ اﻷﺭﺽ ﻓﻬﺬﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﻘﺮﺭﺓ ﻭﻻ ﻣﺪﺭﻭﺳﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎﻫﺪ ﻭاﻟﻤﺪاﺭﺱ.
ﻭاﻟﺒﺤﺚ ﻓﻲ ﻛﺮﻭﻳﺔ اﻷﺭﺽ ﻭﻋﺪﻣﻬﺎ ﻣﻔﻬﻮﻡ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﻭﻋﻠﻤﺎء اﻟﻬﻴﺌﺔ ﻣﺠﻤﻌﻮﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻮﻝ ﺑﻜﺮﻭﻳﺘﻬﺎ، ﻭﻣﻦ ﻫﺆﻻء ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﻣﺤﻘﻘﻲ اﻟﻌﻠﻤﺎء، ﻭاﻷﻣﺮ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺳﻬﻞ، ﻭﺃﻣﺎ ﺩﻭﺭاﻥ اﻷﺭﺽ ﻭﺑﺤﺜﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﺸﻤﺲ ﻭاﻟﻘﻤﺮ اﻟﻤﻘﺮﺭﻭﻥ ﺑﺎﻟﺒﺤﺚ ﻓﻲ ﺩﻭﺭاﻥ اﻷﺭﺽ ﻓﺒﺎﻃﻞ، ﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻈﻮاﻫﺮ اﻟﻨﺼﻮﺹ، ﻭاﻟﻘﺎﺋﻠﻮﻥ ﺑﻪ ﻟﻴﺲ ﻣﻌﻬﻢ ﺣﺠﺔ ﻋﻘﻠﻴﺔ ﺃﺻﻼ، ﻛﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻣﻌﻬﻢ ﺣﺠﺔ ﺳﻤﻌﻴﺔ ﺃﺑﺪا، ﻭﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﺬﻟﻚ ﻗﺎﺋﻞ ﻣﻦ ﻗﺪﻣﺎء اﻟﻔﻼﺳﻔﺔ، ﻭﻻ ﻣﻦ ﻳﻨﺘﺴﺐ ﺇﻟﻰ اﻹﺳﻼﻡ ﻣﻨﻬﻢ، ﺣﺘﻰ ﻧﺒﻎ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻟﻘﺮﻭﻥ اﻟﻮﺳﻄﻰ -ﻫﺠﺮﻳﺎ- ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭﺑﻌﺾ ﻋﻠﻤﺎء اﻟﻤﻠﺔ ﻓﺼﻴﺢ ﺑﻬﻢ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺟﺎﻧﺐ، ﻭﺧﻤﺪﺕ ﺗﻠﻚ اﻟﻤﻘﺎﻟﺔ، ﻭﻧﺴﻴﺖ.
ﺛﻢ ﺇﻧﻪ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﻭﻥ اﻷﺧﻴﺮﺓ ﻓﺎﻩ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﻦ ﻓﺎﻩ ﻣﻦ اﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭاﺗﺒﻌﻪ ﻣﻦ اﺗﺒﻌﻪ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻘﻮﻝ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻤﻦ ﻳﻨﺘﺴﺐ ﻟﻹﺳﻼﻡ ﺣﺘﻰ ﻓﺸﺎ اﻟﻘﻮﻝ ﺑﺬﻟﻚ، ﻭﺃﻗﻴﻤﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺩﻻﺋﻞ ﻋﻘﻠﻴﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺰﻋﻤﻮﻥ، ﻭﻟﻴﺴﺖ ﻓﻲ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺇﻻ ﺷﺒﻬﺎ ﻭاﻫﻴﺔ، ﻭﺧﻴﺎﻻﺕ ﺳﺎﻗﻄﺔ، ﻳﻌﺮﻑ ﺫﻟﻚ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻭﻗﻒ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻤﻦ ﻟﻪ ﺗﺼﻮﺭ، ﻭﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ.
(ﺻ/ﻣ 17 ﻓﻲ 7/9/1374ﻫـ)
Artikel yang semoga bermanfaat pula:
- Terjemah At-Tafsir Al-Muyassar Surah Al-Insyiqaaq
- Meluruskan Pemahaman Terkait Sebab Kauni Fisik
- Terjemah At-Tafsir Al-Muyassar Surah Asy-Syams
Dari Muhammad bin Ibrohim, kepada yang kami hormati Ali Al Abdul Aziz Al Misyari.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, adapun setelahnya:
Sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang anda tuliskan tertanggal 21/8/1374 H, kami menyatakan:
Alhamdulillah, yang dipelajari di pondok-pondok pesantren dan madrasah-madrasah di Najd serta Hijaz begitu pula daerah lain yang mengikuti kedua wilayah tersebut pada tahun-tahun belakangan ini sekadar pengetahuan yang disebut sebagai ‘Ilmu Bumi’ (taqwim albuldan) atau ‘Geografi’ merupakan pengetahuan yang diperbolehkan.
Karena bidang ilmu tersebut tidak lebih dari sekadar mempelajari zona wilayah, lautan, teluk, benua, gunung, lembah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan cakupan kondisi bumi. Sesungguhnya bidang ilmu itu pada hakekatnya (bisa dikategorikan sebagai) bagian dari cabang-cabang bidang ilmu sejarah. Juga padanya terdapat tambahan pengetahuan dalam kategori yang lebih spesifik dibandingkan ilmu sejarah.
Memang benar, bahwa pada bidang ilmu tersebut terdapat pembahasan seperti tentang bumi yang berbentuk bola serta perputarannya. Juga pembicaraan tentang matahari dan bulan dikaitkan terhadap (teori) perputaran (rotasi maupun revolusi) bumi. Maka pembahasan seputar hal itu tidaklah disampaikan teorinya, tidak pula dipelajari di berbagai pondok pesantren maupun madrasah.
Sementara pembahasan tentang bentuk bola pada bumi maupun menghindari pembahasannya merupakan hal yang dipahami serta dikenal. Adapun para ulama anggota haiah (majelis ulama senior) semuanya bersepakat menyetujui pendapat bahwa bentuk bumi bulat. Sebagian beliau beberapa tokoh dari ulama peneliti (ahli tahqiq). Sehingga kesimpulan tentang hal ini mudah (ditolerir).
Sedangkan gerakan bumi berputar dan pembahasan mereka tentang matahari dan bulan, yang menjadi kesimpulan dalam pembahasannya bahwa gerakan bumi berputar adalah (teori yang) salah. Karena (teori) itu menyelisihi tekstual dalil-dalil ayat maupun hadits.
Sementara pihak-pihak yang menyuarakannya tidak membawa bukti logis secara mendasar. Sebagaimana mereka tentu tidak memiliki dalil sam’iyyah (alkitab dan assunnah) sama sekali. Tidak pula diketahui pendahulu teori tersebut dari kalangan filosof terdahulu. Begitu pula tidak ada dari tokoh yang berafiliasi ke dalam Islam dari kalangan mereka. Sampai pada abad pertengahan hijriyah baru kita dapati pihak yang mencetuskan hal itu dari kalangan ahli filsafat.
Sementara beberapa ulama agama ini mereka lantang membantah teori itu dari berbagai sisinya. Sehingga teori tersebut mulai padam, bahkan sudah pernah dilupakan. Jadi hal itupun sempat dilupakan.
Kemudian ternyata pada kurun terakhir ini, kalangan ahli filsafat kembali lantang menyuarakannya. Dan ada sekian pihak yang turut mengikuti teori ini.
Di antara mereka ada orang-orang yang berafiliasi kepada Islam, hingga menyebarluaslah pemahaman tentang hal itu. Dikonseplah sekian dalih logika sesuai keyakinan mereka. Padahal sebenarnya itu semua tidak lain hanyalah hal-hal rancu yang mengada-ada, ataupun khayalan yang telah runtuh. Setiap kalangan yang mencermati dan memiliki gambaran jelas tentu akan memahaminya.
Semoga sholawat tetap tercurahkan bagi (Nabi kita) Muhammad.
Ditulis pada jam 17 sore pada tanggal 7/9/1374 H.
(Fatawa wa Rosail Fadhilah Asy Syaikh Muhammad bin Ibrohim bin Abdillathif Alusy Syaikh, 13/107 no. 4454)
?️ Diterjemahkan oleh Abu Abdirrohman Sofian