Anggapan Sial untuk Beraktifitas di Hari-hari Tertentu
Pertanyaan:
Terkait waktu-waktu, pergeseran hari dan malam, ada orang berkata: Safar tidak disukai dilakukan pada hari Rabu, atau Kamis, atau Sabtu. Atau tidak disukai memotong-motong bahan kain atau menjahit atau memintal benang di hari-hari tersebut. Atau, (anggapan) tidak disukainya melakukan jima’ (hubungan suami istri) di malam tertentu karena kekhawatiran terhadap anak. (Apakah anggapan ini dibenarkan)?
Jawaban Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
Segala puji bagi Allah. Ini semuanya batil. Tidak ada asalnya.
Justru jika seseorang beristikharah kepada Allah Ta’ala kemudian melakukan perbuatan yang mubah, silakan ia lakukan. Di waktu kapanpun yang mudah baginya. Tidaklah dibenci melakukan perbuatan memotong bahan kain, menjahit, atau menenun, maupun aktivitas lain di hari tertentu. Tidak pula dibenci melakukan jima’ di malam atau hari tertentu.
Nabi shollallahu alaihi wasallam telah melarang tathoyyur (anggapan sial terhadap sesuatu yang tidak beralasan syar’i ataupun qodari, pent). Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulamiy ia berkata:
قُلْت يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّ مِنَّا قَوْمًا يَأْتُونَ الْكُهَّانَ، قَالَ: فَلَا تَأْتُوهُمْ قُلْت: مِنَّا قَوْمٌ يَتَطَيَّرُونَ. قَالَ: ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ
Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya di antara kami ada kaum yang mendatangi para tukang ramal. Nabi bersabda: Janganlah mendatangi mereka. Aku berkata: Di antara kami ada kaum yang bertathoyyur. Nabi bersabda: Jika ada perasaan itu (anggapan sial terhadap hal yang tidak beralasan, pent) di dalam diri kalian, janganlah menghalangi kalian (untuk mengerjakan rencana kalian, pent).
(H.R Muslim,pent)
Artikel penting lainnya:
- Pengakuan Akan Sebab Fisik (Kauni) Fenomena Alam Bukan Alasan Mengabaikan Sebab Syar’inya
- Khotbah Jumat: Bahaya Kesyirikan
Jika Nabi melarang seseorang agar jangan terhambat melakukan sesuatu yang sudah menjadi tekad dia karena sebab tathoyyur, lalu bagaimana dengan (anggapan sial) terhadap hari atau malam tertentu. (Tentu lebih terlarang lagi, pent).
Dianjurkan untuk safar di hari Kamis, Sabtu, dan Senin tanpa ada larangan pada seluruh hari. Kecuali hari Jumat, jika akan menyebabkan seorang terlewatkan dari shalat Jumat, ada perbedaan pendapat di antara para Ulama. Adapun aktivitas kerajinan/ produksi dan jima’, tidaklah dibenci dilakukan di hari tertentu.
Wallaahu A’lam
(al-Fatawa al-Kubro (4/411-412)
Naskah Asli dalam Bahasa Arab:
مَسْأَلَةٌ: فِي الْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي، مِثْلَ أَنْ يَقُولَ: السَّفَرُ يُكْرَهُ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، أَوْ الْخَمِيسِ، أَوْ السَّبْتِ، أَوْ يُكْرَهُ التَّفْصِيلُ أَوْ الْخِيَاطَةُ أَوْ الْغَزْلُ فِي هَذِهِ الْأَيَّامِ ؛ أَوْ يُكْرَهُ الْجِمَاعُ فِي لَيْلَةٍ مِنْ اللَّيَالِي وَيَخَافُ عَلَى الْوَلَدِ.
الْجَوَابُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ. هَذَا كُلُّهُ بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ، بَلْ الرَّجُلُ إذَا اسْتَخَارَ اللَّهَ تَعَالَى وَفَعَلَ شَيْئًا مُبَاحًا فَلْيَفْعَلْهُ فِي أَيِّ وَقْتٍ تَيَسَّرَ. وَلَا يُكْرَهُ التَّفْصِيلُ وَلَا الْخِيَاطَةُ، وَلَا الْغَزْلُ وَلَا نَحْوُ ذَلِكَ مِنْ الْأَفْعَالِ فِي يَوْمٍ مِنْ الْأَيَّامِ. وَلَا يُكْرَهُ الْجِمَاعُ فِي لَيْلَةٍ مِنْ اللَّيَالِي، وَلَا يَوْمٍ مِنْ الْأَيَّامِ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَى عَنْ التَّطَيُّرِ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ: {قُلْت يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّ مِنَّا قَوْمًا يَأْتُونَ الْكُهَّانَ، قَالَ: فَلَا تَأْتُوهُمْ قُلْت: مِنَّا قَوْمٌ يَتَطَيَّرُونَ. قَالَ: ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ}. فَإِذَا كَانَ قَدْ نَهَى عَنْ أَنْ يَصُدَّهُ الطِّيَرَةُ عَمَّا عَزَمَ عَلَيْهِ، فَكَيْف بِالْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي. وَلَكِنْ يُسْتَحَبُّ السَّفَرُ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَيَوْمَ السَّبْتِ، وَيَوْمَ الِاثْنَيْنِ مِنْ غَيْرِ نَهْيٍ عَنْ سَائِرِ الْأَيَّامِ إلَّا يَوْمَ الْجُمُعَةِ إذَا كَانَتْ الْجُمُعَةُ تَفُوتُهُ بِالسَّفَرِ، فَفِيهِ نِزَاعٌ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ. وَأَمَّا الصِّنَاعَاتُ، وَالْجِمَاعُ فَلَا يُكْرَهُ فِي شَيْءٍ مِنْ الْأَيَّامِ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ. ( الفتاوى الكبرى لشيخ الإسلام ابن تيمية (4\411-412)
Penerjemah:
Abu Utsman Kharisman