Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Menukar Emas dengan Emas yang Rawan Terjatuh Pada Riba

Pertanyaan:

Saya melihat salah seorang wanita membeli emas di pasar. Namun dengan cara menukar emas yang ada pada dirinya berupa emas lama dengan emas baru. Kemudian ia membayar uang tambahan. Ketika saya bertanya tentang hal itu dan memberitahukan kepadanya bahwa yang semisal itu termasuk riba, ia berkata: Selama sudah dibayar ada tambahan uang, yang demikian bukan termasuk riba. Bagaimana pandangan anda tentang hal demikian? Apakah apa yang diucapkannya benar atau tidak? Saya juga berharap penjelasan lebih rinci karena banyak orang yang masih rancu memahami hal itu.

Jawaban Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzhahullah:

Tidak boleh menukar emas dengan emas dengan penambahan dirham (atau mata uang lain, pen). Karena itu termasuk riba. Baik beratnya sama atau berbeda. Intinya, kalau terjadi penukaran emas dengan emas, tidak boleh ada tambahan dirham ataupun bayaran ganti lain. Baik berupa dirham ataupun selain dirham. (Tidak boleh) menambahkan pembayaran yang bukan jenisnya (selain emas, pen) karena itu termasuk riba. Nabi shollallahu alaihi wasallam melarang dari hal semacam itu. Sebagaimana disebutkan hadits tentang kalung.

Apabila seseorang hendak menukar emas dengan emas yang lebih baik, mestinya ia jual dulu emas yang ia punya itu dengan dirham (atau mata uang lain, pen). Ia terima dirhamnya dan ia serahkan emas itu kepada pembelinya. Diserahterimakan harga pembayarannya. Kemudian dengan dirham itu ia bisa membeli emas lain sesuai keinginannya.

Pertanyaan lanjutan:

Meskipun yang bertransaksi itu adalah pembeli itu juga

Jawaban Syaikh Sholih al-Fauzan:

(Ya). Meskipun transaksinya dengan pembeli itu juga selama tercapai serahterima (tangan ke tangan) pada transaksi pertama maupun transaksi kedua. Artinya, ia jual emas pertama dan uangnya diserahterimakan. Kemudian dengan uang itu ia membeli emas lain dan terjadi serahterima. Terjadi serahterima langsung (tangan ke tangan) pada akad yang terakhir juga. Hal yang demikian tidak mengapa.

Pertanyaan lanjutan:

Kita kembali pada pembicaraan awal, anda menyatakan bahwa jika terjadi penukaran emas dengan emas meskipun terjadi perbedaan berat tidak boleh ada tambahan pembayaran sebagai ganti perbedaan berat itu?

Jawaban Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzhahullah:

Jika emas dengan emas ditukar, wajib sama (beratnya) dan terjadi serahterima langsung. Tidak boleh ada penambahan pembayaran lagi dengan emas atau selain emas. Penambahan itu tidak diperbolehkan. Sebagaimana tidak boleh ada penundaan serahterima (emas atau peraknya) di majelis akad. Harus terjadi serahterima langsung (tangan ke tangan) di majelis itu.


Sumber: Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan (2/516-517)

Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab

بيع الذهب بالذهب
سؤال: رأيت إحدى النساء تشتري ذهبًا من السوق، ولكن عن طريق تبديل الذهب الموجود معها القديم بذهب جديد، ودفعت زيادة نقدية، فلما سألتها عن ذلك، وأخبرتها أن مثل هذا العمل يعد ربًا قالت: إنها ما دامت دفعت زيادة نقدية فلا يكون هذا من قبيل الربا، فما رأيكم وهل ما تقوله صحيح أم لا؟ كما أرجو توضيح هذه المسألة بالتفصيل لأنها تشكل على الكثيرين وقد يقع فيها الكثير من الناس
الجواب: لا يجوز أن يبيع ذهبًا بذهب، ومع أحدهما دراهم، لأن هذا هو الربا، سواءً كان وزناهما واحد أو مختلف، المهم إذا باع ذهبًا بالذهب، فإنه لا يجوز أن يجعل مع أحد الذهبين دراهم، ولا عوض، سواءً كان دراهم أم غير دراهم، يعني يجعل معه شيء من غير جنسه لأن ذلك هو الربا، وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن مثل ذلك، كما في حديث القلادة، فإذا أراد الإنسان أن يستبدل ذهبًا عنده بذهب آخر أحسن مما عنده، فإنه يبيع الذهب الذي عنده بدراهم، ويستلم الدراهم ويسلم للمشتري، ويستلم الثمن منه، ثم يشتري بهذه الدراهم ذهبًا آخر حسب رغبته
سؤال: حتى لو كان من عند نفس المشتري؟
الجواب: حتى لو كان من عند نفس المشتري ما دام حصل التقابض في الأول وفي الثاني يعني باع عليه الذهب الأول واستلم القيمة، ثم اشترى بهذه القيمة منه ذهبًا آخر وسلم، وحصل التقابض بالعقد الأخير أيضًا فلا بأس بذلك
سؤال: نعود لأول الكلام، وهو قولكم الذهب بالذهب حتى لو كان فيه زيادة بالوزن أيضًا لا يجوز أخذ العوض، إذا قلنا: إن هذا العوض هو مقابل هذه الزيادة بالوزن؟
الجواب: إذا بيع الذهب بالذهب وجب التساوي والتقابض، فلا يجوز أن يزاد أحد العوضين على الآخر بذهب أو بشيء آخر غير الذهب. الزيادة لا تجوز، لأحد العوضين على الآخر كما أنه لا يجوز تأخير القبض عن المجلس، لا بد من التقابض في المجلس
مجموع فتاوى فضيلة الشيخ صالح بن فوزان 2/516-517

Catatan Penerjemah

Landasan hadits yang disampaikan oleh Syaikh Sholih al-Fauzan itu, di antaranya adalah :

عَنْ ‌عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  ‌الذَّهَبُ ‌بِالذَّهَبِ، وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ، وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ، وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ، وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ، وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ، مِثْلًا بِمِثْلٍ، سَوَاءً بِسَوَاءٍ، يَدًا بِيَدٍ، فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الْأَصْنَافُ، فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ، إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ

Dari Ubadah bin as-Shomit ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum bur dengan gandum bur, gandum syair dengan gandum syair, kurma dengan kurma, garam dengan garam, (harus) semisal dan setara, tangan ke tangan. Apabila jenis (yang ditukarkan) berbeda, silakan tukar sekehendak kalian, selama penukarannya serahterima langsung tangan ke tangan (H.R Muslim)

عَنْ ‌أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌الذَّهَبُ ‌بِالذَّهَبِ، وَزْنًا بِوَزْنٍ، مِثْلًا بِمِثْلٍ، وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ، وَزْنًا بِوَزْنٍ، مِثْلًا بِمِثْلٍ، فَمَنْ زَادَ أَوِ اسْتَزَادَ فَهُوَ رِبًا

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Emas dengan emas, harus sama beratnya, semisal dengannya, perak dengan perak harus sama beratnya, semisal dengannya. Barang siapa yang menambah atau minta tambah, itu adalah riba (H.R Muslim)

Sebagai contoh, si A memiliki emas tertentu hendak ditukar dengan emas milik B yang lebih bagus kualitasnya atau beratnya. Apabila si A menukar langsung emas itu ditambahi dengan pembayaran rupiah ke B, hal ini termasuk riba. Solusi yang disampaikan oleh Syaikh Sholih al-Fauzan dalam fatwa di atas adalah: Jual dulu emas si A itu menjadi rupiah, serahterima langsung antara emas dengan rupiahnya, kemudian dari rupiah itu bisa dibelikan emas apapun termasuk emas milik si B. Terserah berapa rupiah yang dibutuhkan untuk menebus emas si B asalkan serah terima emas dan rupiah itu terjadi secara kontan tangan ke tangan. Kalau emas si B sudah diberikan ke A, tapi bayarnya rupiah dari si A ke B ditunda beberapa waktu kemudian, tidak langsung saat itu, ini juga termasuk riba.

Wallaahu A’lam

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan