Hukum Memakan Daging Binatang Sembelihan Bagi Orang yang Bernadzar
Pertanyaan:
Seorang pendengar dari Mosul Irak, yaitu Abdullah bin Abdil Karim mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama: Apakah boleh memakan daging sembelihan yang dinadzarkan. Artinya, jika saya bernadzar hendak menyembelih seekor kambing, kemudian saya pun menyembelihnya. Apakah boleh bagi saya untuk memakan dagingnya?
Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah:
Dalam hal ini ada rinciannya:
Jika orang yang bernadzar itu bernadzar menyembelih di rumahnya untuk ia makan bersama keluarga dan diberikan juga untuk para tetangga dan kerabatnya, teman, dan kenalannya, ini tidak mengapa.
Berdasarkan sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam (yang artinya): Sesuatu (amalan) itu pasti mengandung niat, dan setiap perkara tergantung apa yang diniatkan (H.R al-Bukhari dan Muslim, pent).
Adapun jika nadzarnya adalah untuk orang-orang fakir. Atau ia menyebutkan nadzar secara mutlak, tidak meniatkan sesuatu, maka diberikan kepada para fakir. Ia tidak boleh memakannya. Nadzar itu untuk para fakir dan orang-orang yang membutuhkan. Ia sembelih karena Allah Yang Maha Suci, kemudian dia bagikan kepada para fakir yang ia kenal di negerinya atau selainnya. Maka dengan itu terbebaslah ia dari tanggungan.
Perlu diketahui juga bahwasanya sebaiknya seseorang tidak bernadzar. Tidaklah disyariatkan bagi seorang hamba untuk (menyengaja) bernadzar. Justru hal itu dilarang.
Berdasarkan sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam (yang artinya): Janganlah kalian bernadzar, karena nadzar tidaklah menolak takdir Allah sedikitpun. (Nadzar itu) hanyalah dikeluarkan dari orang yang kikir (H.R Muslim, pent)
Namun, ketika seseorang telah (terlanjur) bernadzar sebagai ketaatan untuk Allah, wajib baginya menunaikan nadzarnya itu. Sebagaimana firman Allah:
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
Mereka menunaikan nadzarnya dan takut akan suatu hari yang keburukannya tersebar merata (Q.S al-Insaan ayat 7)
(Allah Ta’ala) memuji para hamba-Nya yang berbakti. Demikian juga Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang bernadzar untuk taat kepada Allah, maka taatilah Dia. Barang siapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, janganlah bermaksiat kepada-Nya” (H.R al-Bukhari, pent)
??Teks Bahasa Arab
السؤال:
مستمع من العراق الموصل، هو عبد الله بن عبد الكريم يسأل جمعًا من الأسئلة، في سؤاله الأول يقول: هل يجوز الأكل من لحم الذبيحة المنذورة، أي: إذا نذرت أن أذبح شاة، ثم ذبحتها هل يجوز لي الأكل من لحمها؟
الجواب:
هذا فيه تفصيل:
فإن كان الناذر نذرها نذر الذبيحة ليذبحها في بيته، ويأكل منها هو وأهله، وجيرانه، أو أقاربه أو غيرهم من أصدقائه، ومعارفه، فهذا لا بأس؛ لقول النبي ﷺ: إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى.
أما إن كان نذرها للفقراء، أو أطلق النذر، ولم ينو شيئًا؛ فإنها تصرف للفقراء، وليس له أن يأكل منها، بل النذور تكون للفقراء والمحاويج، يذبحها لله سبحانه ثم يوزعها بين الفقراء الذين يعرفهم في بلده أو غيرها، وبذلك تبرأ ذمته.
مع العلم بأنه لا ينبغي النذر، ولا يشرع للعبد أن ينذر، بل ينهى عن ذلك لقول النبي ﷺ: لا تنذروا فإن النذر لا يرد من قدر الله شيئًا، وإنما يستخرج به من البخيل.
لكن متى نذر طاعة لله وجب عليه الوفاء كما قال تعالى: يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا[الإنسان:7]، مدح به عباده الأبرار، وقال النبي ﷺ: من نذر أن يطيع الله فليطعه، ومن نذر أن يعصيه فلا يعصه.
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman