Sel 22 Rabiul akhir 1447AH 14-10-2025AD

Kapankah Duduk Tawarruk dan Iftirasy dalam Shalat?

Ada 2 macam duduk yang disunnahkan di dalam shalat. Mayoritasnya adalah duduk iftirasy dan dalam kondisi tertentu duduk tawarruk untuk duduk tahiyyat akhir dalam shalat yang memiliki 2 tasyahhud.

Duduk iftirasy adalah duduk dengan menghamparkan telapak kaki kiri hingga diduduki, sedangkan telapak kaki kanan ditegakkan sedemikian sehingga diharapkan jari-jari kaki kanan bisa diarahkan menghadap kiblat.

Secara asal, semua duduk di dalam shalat adalah iftirasy. Hal ini berdasarkan hadits Sahabat Nabi Wail bin Hujr radhiyallahu anhu:

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

Dari Wail bin Hujr ia berkata: Aku melihat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam ketika duduk di dalam shalat, beliau membentangkan (iftirasy) telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan (H.R Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)

Demikian juga hadits Abdullah bin Umar menunjukkan bahwa secara asal, duduk di dalam shalat sunnahnya adalah iftirasy. Baik duduk di antara dua sujud maupun duduk tasyahhud. Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma menyatakan:

إِنَّ مِنَ السُّنَّةِ فِي الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى إِذَا جَلَسْتَ فِي الصَّلَاةِ

Sesungguhnya termasuk sunnah dalam shalat, engkau membaringkan telapak kaki kirimu dan menegakkan telapak kaki kananmu jika engkau duduk dalam shalat (H.R Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)

Duduk tasyahhud, asalnya adalah iftirasy, juga berdasarkan hadits Wail bin Hujr:

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ، قَالَ: قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ، قُلْتُ: لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا جَلَسَ، يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ،: افْتَرَشَ رِجْلَهُ اليُسْرَى، وَوَضَعَ يَدَهُ اليُسْرَى، يَعْنِي، عَلَى فَخِذِهِ اليُسْرَى، وَنَصَبَ رِجْلَهُ اليُمْنَى

Dari Wail bin Hujr ia berkata: Aku tiba di Madinah. Aku berkata: Sungguhnya aku akan benar-benar melihat Rasululullah shollallahu alaihi wasallam. Ketika beliau duduk, yaitu bertasyahhud, beliau menghamparkan (iftirasy) telapak kaki kiri dan meletakkan telapak tangan kiri di atas paha kiri dan menegakkan telapak kaki kanan (H.R atTirmidzi)

Juga berdasarkan hadits Aisyah, duduk tasyahhud awal adalah berupa iftirasy.

وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ، وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

Nabi biasanya setiap dua rakaat mengucapkan tahiyyat. Beliau menghamparkan telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan (H.R Muslim dari Aisyah)

Sedangkan apabila shalat itu memiliki 2 tasyahhud, berdasarkan hadits Abu Humaid as-Saa’idiy tasyahhud awal duduknya adalah iftirasy, sedangkan tasyahhud akhir duduknya adalah tawarruk.

فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى، وَنَصَبَ اليُمْنَى، وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى، وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ

Apabila Nabi duduk di dua rakaat, beliau menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan. Apabila beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengedepankan telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki yang lain (kanan) dan duduk (pantat beliau) menyentuh lantai/tanah (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Humaid as-Saaidiy).

Al-Imam Abu Dawud dalam Sunannya juga meriwayatkan hadits semakna dengan ini dari al-Imam Ahmad bin Hanbal. Al-Imam Ahmad bin Hanbal sendiri dalam pandangan yang masyhur dari beliau mengartikan hadits Abu Said al-Khudriy – yang beliau riwayatkan tersebut- bahwa duduk tawarruk tersebut dilakukan untuk duduk tahiyyat akhir pada shalat yang memiliki 2 tasyahhud, seperti shalat Dzhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Sedangkan untuk shalat yang hanya memiliki satu tasyahhud seperti shalat Subuh, shalat Jumat, atau shalat witir yang hanya 1 rakaat, duduk di rakaat terakhirnya adalah iftirasy. Berdasarkan hadits Wail bin Hujr, Abdullah bin Umar dan Aisyah.

Pendapat ini dikuatkan oleh para Ulama lain di antaranya Ibnu Qudamah, Ibnul Qoyyim, Syaikh Bin Baz, Syaikh al-Albaniy, dan Syaikh Ibn Utsaimin.


Baca Juga: Meninggalkan Suatu Sunnah (dalam Shalat) Agar Tidak Menyakiti Orang Lain


Namun, pembahasan duduk iftirasy dan tawarruk adalah hal yang berkaitan dengan mana yang lebih utama (afdholiyyah). Bahkan, kadangkala kita perlu berpindah dari yang sebaiknya duduk tawarruk, namun dengan pertimbangan kalau shaf shalat begitu rapat dan berdesakan, sehingga dikhawatirkan menyakiti saudara muslim yang di samping kita, adalah hal yang bijak jika kita merubahnya menjadi iftirasy. Karena menyakiti orang lain adalah haram, sedangkan mengerjakan tawarruk di saat itu hanyalah sunnah. Bukan rukun atau kewajiban.

Wallaahu A’lam.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan