Perjalanan Lebih dari Seribu Kilometer Mendapatkan Satu Kalam Ulama
Ucapan hikmah dari seorang Ulama yang berlandaskan dalil-dalil alQuran dan hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah bagaikan permata yang tak ternilai harganya. Seorang Ulama dengan kedalaman ilmunya dalam merangkum ayat-ayat alQuran, hadits Nabi, maupun atsar Sahabat, akan menghasilkan sebuah kalimat hikmah yang bermanfaat bagi kaum muslimin untuk dipetik faidahnya.
Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah (wafat tahun 181 H) menempuh perjalanan menuntut ilmu dari Marw (saat ini daerah Merv di Turkmenistan) ke ar-Rayy (wilayah Teheran Iran saat ini) yang berjarak lebih dari seribu kilometer (sekitar 1.257 km). Perjalanan jauh apalagi ditempuh dengan kendaraan hewan tunggangan saat itu.
Beliau bertemu dengan Harun bin al-Mughiroh, yang menyampaikan sebuah ucapan al-Hasan al-Bashriy – seorang Ulama Salaf dari generasi Tabiin -. Ucapan al-Hasan al-Bashri tersebut adalah:
لَا تَشْتَرِ مَوَدَّةَ أَلْفِ رَجُلٍ بِعَدَاوَةِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
Jangan engkau beli kecintaan seribu laki-laki dengan kebencian terhadap seorang laki-laki (riwayat al-Khothib al-Bagdhadiy dalam kitab ar-Rihlah fi Tholabil Hadits (1/155), Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (21/289), al-Baihaqiy dalam Syuabul Iman)
Mendengar satu nukilan kalimat dari al-Hasan al-Bashriy yang begitu indah, Abdullah bin al-Mubarak menyatakan:
مَا وَضَعْتُ رَحْلِي مِنْ مَرْوَ إِلَّا لِهَذَا الْحَدِيثِ
Tidaklah aku letakkan pelana untaku sejak perjalanan dari Marw kecuali untuk mendengar 1 kalimat ini (riwayat al-Khothib al-Baghdadiy dalam ar-Rihlah fi Tholabil Hadits)
Apakah makna ucapan al-Hasan al-Bashri itu? Maknanya adalah jangan kamu mengejar kecintaan dari seribu orang, untuk memusuhi seorang saja yang tidak layak kamu musuhi. Jika seribu orang meminta kepadamu: Kami akan mencintaimu, mendukungmu, jika kamu membenci fulan. Padahal fulan adalah seorang muslim Ahlussunnah yang tidak layak dibenci, justru seharusnya dicintai karena Allah, jangan kau lakukan itu. Jangan kau membeli kecintaan seribu orang dengan memusuhi satu orang. Karena membenci dan memusuhi seorang yang tidak layak dibenci dan dimusuhi adalah suatu kedzhaliman. Satu kedzhaliman tidak bisa ditukar dengan kecintaan dari seribu orang sekalipun.
Beda halnya jika ia layak dibenci karena Allah. Jika orang itu jelas-jelas musuh Allah. Dengan hujjah yang jelas, dengan bimbingan Ulama. Dalam kondisi itu, jangan ikut-ikutan mencintainya, meski berjuta orang mencintainya, ketika konsekuensi keilmuanmu mengharuskan membencinya karena Allah.
Intinya, cinta dan bencinya orang beriman seharusnya karena Allah. Bukan karena ikut-ikutan orang lain.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحَبُّ فِي اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ
Tali keimanan yang terkuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah (H.R Abu Dawud atThoyalisiy, Ahmad, dan lainnya, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)
Wallaahu A’lam.
Penulis: Abu Utsman Kharisman