Penyembuhan Penyakit Jiwa
Pertanyaan:
“Apakah seorang mukmin bisa sakit jiwa, dan apa itu penyakit jiwa menurut syariat serta bagaimana cara menyembuhkannya. Seperti rasa putus asa. Apakah penyesalan bisa menyebabkan putus asa? Di sini, dokter-dokter mengobati penyakit ini dengan obat-obatan modern ala Amerika dan Eropa dan tidak menggunakan pengobatan rohani. Berilah kami nasihat, wahai Syaikh, semoga Allah memberi anda kebaikan.”
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
“Tidak diragukan lagi bahwa manusia bisa mengalami penyakit jiwa karena kecemasan akan masa depan dan kesedihan atas masa lalu. Penyakit jiwa ini lebih banyak berdampak pada tubuh daripada penyakit fisik yang bisa dirasakan. Pengobatan bagi penyakit ini adalah dengan hal-hal yang diajarkan dalam syariat, yaitu dengan ruqyah syar’iyyah. (Hal itu) lebih efektif daripada obat-obatan atau pengobatan secara fisik, sebagaimana telah diketahui.
Salah satu obat syar’iyyah yang sahih adalah doa yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud – semoga Allah meridhainya -, bahwa tidak ada seorang mukmin pun yang merasa gelisah, cemas, atau sedih, lalu ia berdoa:
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
‘Ya Allah, aku ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku dalam kekuasaan-Mu, hukum-Mu telah berlaku kepadaku, keputusan-Mu telah adil kepadaku, aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama milik-Mu yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu; untuk menjadikan Al-Qur’an yang agung sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku, dan pembasmi kecemasanku dan kesedihanku.” Kecuali jika Allah memberikan jalan keluar kepadanya.
Ini merupakan obat syar’iyyah. Selain itu, seseorang dapat mengucapkan,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Siapa yang ingin mengetahui lebih banyak, hendaknya merujuk kepada apa yang telah ditulis oleh para ulama dalam bab dzikir seperti kitab Al Wabilu Ash-Shayyib karya Ibnul Qayyim, Al-Kalim Ath-Thayyib karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al-Adzkar karya An-Nawawi, dan Zadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim.
Namun ketika iman melemah, penerimaan terhadap obat syar’iyyah pun melemah. Sehingga orang-orang sekarang lebih sering mengandalkan obat-obatan fisik daripada obat syar’iyyah. Dan ketika iman kuat, obat syar’iyyah sangat efektif, bahkan kadang lebih cepat dari obat-obatan fisik.
Kita semua tahu kisah tentang seorang sahabat yang diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu pasukan tempur dan mereka singgah di suatu kabilah Arab, akan tetapi kabilah tersebut menolak memberi mereka jamuan. Kemudian Allah menghendaki pemimpin mereka digigit oleh ular. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya: “Pergilah kalian kepada kaum yang sempat singgah tadi, bisa saja di antara mereka ada yang dapat meruqyah.”
Para sahabat berkata kepada mereka: ‘Kami tidak akan meruqyah pemimpin kalian kecuali jika kalian memberikan kami sejumlah domba.’ Mereka pun setuju. Salah seorang sahabat dari pasukan itu kemudian membacakan surah Al-Fatihah kepada orang yang digigit ular itu. Ya, surah Al-Fatihah saja. Dan seketika orang yang tersengat tersebut bangkit seolah-olah ia terlepas dari ikatan. Sungguh, Maha Besar Allah! Apa artinya? Orang tersebut seakan-akan bangkit terlepas dari sbeuah ikatan. Laksana onta yang terlepas ikatannya lalu meloncat dengan cepat.
Demikianlah pengaruh membaca Al-Fatihah pada orang yang tersengat ular tersebut karena berasal dari hati yang penuh dengan iman. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya setelah mereka kembali kepada beliau:
وما يدريك أنها رقية
‘Bagaimana engkau tahu bahwa (surah Al-Fatihah) itu adalah ruqyah?’
Namun di zaman kita ini, agama telah melemah, demikian pula iman. Manusia lebih mengandalkan hal-hal yang tampak dan dapat dirasakan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa mereka telah ditimpa dengan musibah tersebut.
Dan di sisi lain, muncul para dukun yang mempermainkan akal manusia, kemampuan serta harta benda mereka. Orang-orang itu mengklaim bahwa mereka adalah pembaca al-Qur’an dan orang-orang baik. Padahal mereka tak lain adalah orang-orang yang merampas harta secara bathil. Mereka bukan pembaca al-Qur’an atau orang yang baik, melainkan orang-orang yang menipu agar mendapatkan harta manusia dengan cara yang bathil. Mereka menertawakan akal orang-orang yang berhasil mereka tipu.
Maka manusia saat ini berada di antara dua sikap berlebihan yang saling bertentangan. Ada yang bersikap berlebihan sehingga meyakini tidak ada pengaruh dari ruqyah sama sekali. Dan di antara mereka ada yang berlebihan dalam mempermainkan akal manusia dengan mengandalkan bacaan-bacaan palsu yang menyesatkan dan menipu. Ada pula yang berada di tengah-tengah (antara 2 golongan yang bersikap berlebihan tersebut).”
Sumber: Fatawa Al Haram Al Makki (1408-13b)
Transkrip dalam Bahasa Arab:
علاج الأمراض النفسي
شيخ محمد ابن صالح العثيمين رحمه الله
السائل : يقول : هل المؤمن يمرض نفسيا وما هو المرض النفسي في الشرع وكيفية علاجه مثل القنط وهل النفس اللوامة تسبب القنط فالأطباء هنا يعالجون المرض بالأدوية العصرية بطريقة أمريكا وأوروبا ولا يستعملون العلاج الروحي أفتنا ياشيخ جزاك الله خير
الشيخ : لا شك أن الإنسان يصاب بالإمراض النفسية بالهم للمستقبل والحزن على الماضي وتفعل الأمراض النفسية بالبدن أكثر مما تفعله الأمراض الحسية البدنية ودواه هذه الأمراض بالأمور الشرعية أي بالرقى الشرعية أنجح من دواء أو من علاجها بالأدوية الحسية كما هو معروف ومن أدويتها الحديث الصحيح عن ابن مسعود رضي الله عنه أنه ما من مؤمن يصيبه هم أو غم أو حزن فيقول : ( اللهم إني عبدك بن عبدك بن أمتك ناصيتي بيدك ماض فيّ حكمك عدل في قضاؤك أسألك اللهم بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك أو علمته أحدا من خلقك أو استأثرت به في علم الغيب عندك أن تجعل القرآن العظيم ربيع قلبي ونور صدري وجلاء حزني وذهاب همي وغمي إلا فرج الله عنه ) هذا من الأدوية الشرعية وكذلك من الأدوية الشرعية أن يقول الإنسان لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين ومن أراد مزيدا من ذلك فليرجع إلى ما كتبه العلماء في هذا الباب في باب الأذكار كالوابل الصيب لابن القيم و* الكلم الطيب * لشيخ الإسلام ابن تيمية و* الأذكار * للنووي وكذلك * زاد المعاد * لابن القيم لكن لما ضعف الإيمان ضعف قبول النفس للأدوية الشرعية وصار الناس الآن يعتمدون على الأدوية الحسية أكثر من اعتمادهم على الأدوية الشرعية ولما كان الإيمان قويا كانت الأدوية الشرعية مؤثرة تماما بل إن تأثيرها أسرع من تأثير الأدوية الحسية ولا يخفى علينا جميعا قصة الرجل الذي بعثه النبي صلى الله عليه وسلم في سرية فنزلوا على قوم السرية نزلت على قوم من العرب ولكن هؤلاء القوم منعوا ضيافتهم لم يضيفوهم فشاء الله عز وجل أن لدغ سيد القوم لدغته حية فقال بعضهم لبعض اذهبوا إلى هؤلاء القوم الذين نزلوا لعلكم تجدون عندهم راقيا يرقى هذا المريض الذي لدغته الحية فقال الصحابة لهم : لا نرقى على سيدكم إلا إذا أعطيتمونا كذا وكذا من الغنم فقالوا لا بأس فذهب أحد القوم من السرية يقرأ على هذا اللّديغ سورة الفاتحة فقط قرأ سورة الفاتحة فقام هذا اللديغ كأنما نشط من عقال الله أكبر وش معنى ؟ كأنما نشط من عقال يعني كأنه بعير فك عقاله فقام بسرعة هكذا أثرت قراءة الفاتحة على هذا اللديغ لأنها صدرت من قلب مملوء إيمانا فقال النبي صلى الله عليه وسلم بعد أن رجعوا إليه : ( وما يدريك أنها رقية ) لكن في زمننا هذا ضعف الدين وضعف الإيمان وصار الناس يعتمدون على الأمور الحسية الظاهرة وابتلوا بها في الواقع ولكن ظهر في مقابل هؤلاء قوم أهل شعوذة ولعب بعقول الناس ومقدراتهم وأموالهم يزعمون أنهم قراء بررة ولكنهم أكلة مال بالباطل ليسوا قراء بررة بل هم أناس يبتزون أموال الناس بالباطل ويضحكون على عقول الناس فالناس بين طرفي نقيض منهم من تطرف ولم يرَ للقراءة أثرا إطلاقا ومنهم من تطرف ولعب بعقول الناس بالقراءات الكاذبة الخادعة ومنهم الوسط
فتاوى الحرم المكي-1408
Penerjemah: Abu Hatim Ismail