Ilmu Menyelamatkan Jiwa, Sedangkan Kebodohan Membinasakan
Seorang yang tidak berilmu, tapi memaksakan diri menjawab pertanyaan tidak didasari ilmu, bisa mengarahkan dirinya pada kebinasaan. Sebagaimana seorang ahli ibadah yang ditanya apakah orang yang telah membunuh 99 jiwa masih ada pintu tobat baginya, ahli ibadah itu menjawab tidak. Akibatnya, sang ahli ibadah itu dibunuh juga sehingga korbannya genap menjadi 100 orang.
كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنَ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً
Pada umat sebelum kalian ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Kemudian ia bertanya tentang siapakah penduduk bumi yang paling berilmu. Ia pun ditunjukkan pada seorang ahli ibadah. Ia mendatanginya dan berkata bahwasanya ia telah membunuh 99 jiwa. Apakah masih ada peluang tobat untuk dia. Ahli ibadah itu menjawab: Tidak. Orang itu pun membunuh ahli ibadah tersebut. Sehingga genaplah menjadi 100 jiwa (yang pernah dibunuhnya)…(H.R Muslim)
Sebaliknya, ilmu itu menyelamatkan. Dengan bimbingan ilmu yang benar, akhirnya pembunuh 100 jiwa itu terselamatkan dengan tobat hingga berakhir di surga.
Ilmu pula yang mencegah tertumpahnya darah sekian banyak orang. Abu Bakrah menyampaikan hadits kepada al-Hasan bin Ali, bahwa saat ia masih kecil, Abu Bakrah mendengar hadits Nabi bahwa al-Hasan akan menjadi sebab bersatunya 2 pasukan besar kaum muslimin yang akan berperang. Mendengar hadits itu, al-Hasan pun dengan kebesaran jiwanya mengalah, hingga dua pasukan besar kaum muslimin yang pada awalnya hendak berperang saling menumpahkan darah, justru berdamai dan bersaudara kembali.
فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ: نَلْقَاهُ فَنَقُولُ لَهُ الصُّلْحَ – قَالَ الحَسَنُ: وَلَقَدْ سَمِعْتُ أَبَا بَكْرَةَ، قَالَ: بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، جَاءَ الحَسَنُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ المُسْلِمِينَ
Abdullah bin Amir dan Abdurrahman bin Samuroh berkata: Kita akan bertemu dan mengajukan perdamaian. Al-Hasan berkata (menyetujuinya): Aku telah mendengar Abu Bakrah berkata: Ketika Nabi shollallahu alaihi wasallam berkhotbah, datanglah al-Hasan kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya putraku (cucuku) ini adalah pemuka, dan semoga Allah akan mendamaikan 2 pasukan kaum muslimin dengan sebab dia (H.R al-Bukhari)
Disarikan dengan penyesuaian dan penambahan, dari petikan muhadharah yang disampaikan oleh Syaikh Abbas bin Nashir al-Jaunah bertema: TUGAS MULIA PARA ULAMA DALAM MENJAGA KEMURNIAN AGAMA, Sabtu 11 Muharram 1445 H/29 Juli 2023 M dalam Daurah Umum Imam al-Muzani ke-2 di Ma’had Minhajul Atsar Jember
Oleh: Abu Utsman Kharisman